Happy reading Rai dan Ai, ya... ^^
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Airin mengerjap beberapa kali setelah membaca sebaris nama yang tertera dalam kolom lembar pengajuan judul tugas akhir yang baru diambilnya dari bagian Tata Usaha. Ia mengucek mata sambil berjalan pelan, lalu membacanya sekali lagi dari jarak dekat hanya untuk memastikan kalau ia tidak salah lihat. Tetapi, sebaris nama di sana tidak berubah, tetap R, A, I, D, A, N.
RAIDAN.
Punggung Airin menegak. Matanya melotot maksimal dan jantungnya berdentam kencang. Sensasi asing merayap di tengkuk, menggelitik perutnya, membuatnya melompat menuruni anak tangga dan berlari kesetanan menuju kelas.
"FAYE!"
Airin menjerit histeris, menolehkan setiap kepala ke arahnya dengan pandangan ingin tahu. Ketika mendapati Faye sedang berdiskusi dengan Arif, sang ketua kelas, sambil menunjuk-nunjuk selembar kertas, Airin langsung mendekat dan menariknya keluar.
Faye memperotes kesal. "Lo apa-apan sih!? Woy! Sakit tangan gue, Dodol!"
Airin baru melepaskan tangan Faye saat mereka sudah jauh dari kelas. Sambil menahan kesal, Airin menunjukkan lembar pengajuan judul skripsinya pada Faye.
Alis Faye terangkat tinggi. "Apaan?"
"Baca," balas Airin, singkat.
Faye menyambar kertas itu dan membacanya. Suaranya sempat memelan saat membaca keterangan di bagian kolom Dosen Pembimbing Teknik dan semakin pelan saat menemukan nama Raidan di sana.
"Oh, Raidan? Lo dapet dostek Raidan?" tanya Faye, enteng. "Terus?"
Kening Airin mengerut. "Kok terus, Fay? Ya nggak ada terus-terusan lah. Itu gue kasih tau. Lo nggak kaget?"
"Kenapa gue harus kaget?" balas Faye.
"Ya karena itu Raidan?" Airin tidak yakin.
"Memangnya kenapa kalo Raidan? Lo aneh banget, sih. Ini cuma Raidan, oke, nggak usah lebay," gerutu Faye.
Sudut bibir Airin berkedut kesal. "Lo bisa bilang begitu karena nggak di posisi gue, ya. Coba lo jadi gue sebentar aja," balasnya. Sebenarnya memang bukan hal yang buruk-buruk amat sih, tapi tetap saja Airin kesal. Setiap hal yang berhubungan dengan Raidan tidak pernah bisa membuatnya kalem.
Faye mendengus. "Ya, ya, ya. Coba jadi aku sebentar saja," ulang Faye, menyanyikan sebaris lirik lagu dengan judul yang sama, kemudian tertawa senang.
Airin menoyor kepala Faye dengan gemas. Tapi Faye malah tertawa lebih keras.
"Fay, ih... lo nggak simpati banget, sih, sama gue? Sahabat lo ini bakal berhadapan sama dosen paling nyebelin, oke? Bukannya simpati, malah diketawain," gerutu Airin.
Faye berdecak. "Lebay lo. Itu kan cuma Raidan, bukan mantan pacar," ucapnya.
"Ya kali mantan pacar gue seganteng itu," dengus Airin.
"Ciyeee... ngakuin juga kalo Raidan ganteng," goda Faye, tertawa jahil.
"Dih, apaan—"
"Siapa yang ganteng?"
Faye dan Airin berbalik serentak. Tahu-tahu saja Raidan sudah berdiri di belakang mereka dengan tatapan ingin tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PINK WEDDING
RomanceKehidupan Airin yang biasa-biasa aja, normal, lurus kayak kali deres, mendadak berguncang seratus delapan puluh derajat setelah kepulangan kedua orangtuanya dari Yogyakarta. Kepulangan yang semula ditunggu dengan segudang rindu, mendadak amblas tak...