Halooo, semuaanyaaaaa saya kembaliii!! :D
Maaf cuma bawa satu chapter, saya lagi kekurangan ide nulis PW >,< tapi semoga chapter ini tetap bisa menghibur yaaa
Buat teman-teman yang akan atau sedang mudik atau bahkan udah sampai di kampung halaman tercinta, hati-hati di jalan, jaga kesehatan dan SELAMAT LEBARAANN! SELAMAT BERKUMPUL BERSAMA KELUARGA!! Tolong sampaikan salam saya untuk keluarga teman-teman semuaa ^_^
Saya pribadi memohon maaf lahir dan batin kalau-kalau saya punya banyak salah, atau kata-kata yang menyinggung atau bikin kalian nggak nyaman selama nongkrong di lapak ini. mari kita sambut hari yang suci dengan saling memaafkan J
Oke, pokoknya kalian semua jangan lupa bahagiaaaa!!
Selamat membaca yaaaa... *lempar flying kiss* wkwkwk
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Kasak-kusuk berisik mengiringi langkah Airin menuju kelas. Berulang kali ekor matanya menyipit tajam, melirik kiri dan kanan sambil curi-curi dengar dan hal yang ditangkapnya tetap sama; CALON ISTRI RAIDAN.
Airin mengangkat sebelah alis tinggi-tinggi, lalu mempercepat langkah. Ketika melihat sosok Faye, ia buru-buru menggeretnya sambil menarik kursi terdekat untuk cewek itu kemudian duduk di sampingnya. "Kayaknya lagi ada hot news. Gosip apa lagi?" tanya Airin, memelankan suara sambil melirik kanan dan kiri.
"Lo nggak buka grup WhatsApp kelas?" tanya balik Faye.
Airin menggeleng. "Paket gue abis, belum beli lagi. Emangnya ada apaan, sih?"
"Club penggemarnya Raidan lagi kebakaran jenggot," ucap Faye.
Sepasang alis Airin terangkat. "Ha? Emangnya mereka pada punya jenggot?"
Faye memutar bola mata. Ia mengeluarkan telepon genggam dan menunjukkan sebuah foto hasil screenshoot dari akun Instagram Rainaya. Ada Raidan di foto itu beserta seorang perempuan berhijab yang sedang dipakaikan cincin oleh Raidan. Wajah perempuan itu tidak terlalu jelas karena menunduk dalam dan gambar itu diambil dari samping.
Mas-ku dan calon kakak ipar kesayangan. Semoga lancar sampai hari H, ya. Aamiin.
Airin merampas telepon genggam Faye, mendekatkan ke wajahnya, lalu dalam sekejap bola matanya membesar maksimal dan mulutnya menganga. "Apa-apaan nih?" pekiknya tanpa sadar.
Faye mengeplak kepalanya cukup keras. "Nggak pake teriak juga, kali," komentarnya, gemas.
"Sakit, Fay," keluh Airin, mengusap kepala sambil mengerucutkan bibir. "Galak banget lo sama gue. Masih pagi, juga," sungutnya.
Faye nyengir tanpa dosa. "Anggap aja sarapan pagi," katanya.
Airin mendengus, kembali merampas telepon genggam Faye dan memerhatikan foto di hadapannya. Airin membaca ulang caption yang tertera di bawah foto tersebut. "Itu kan gue," bisiknya kemudian. "Dari mana Mbak Rainaya dapet foto itu?"
"Dari acara waktu itu, mungkin?" Faye mengedik bahu.
"Itu kan hampir tiga minggu yang lalu, kok beritanya baru heboh sekarang?"
"Mungkin karena Mbak Rainaya baru berani show off sekarang?" sahut Faye. "Tapi emangnya keluarga lo sama keluarga Mas Raidan udah nentuin tanggal? Kok Mbak Rainaya kasih captionnya gitu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PINK WEDDING
RomanceKehidupan Airin yang biasa-biasa aja, normal, lurus kayak kali deres, mendadak berguncang seratus delapan puluh derajat setelah kepulangan kedua orangtuanya dari Yogyakarta. Kepulangan yang semula ditunggu dengan segudang rindu, mendadak amblas tak...