PW part 15 - A Lot Like Love

10.4K 1.1K 123
                                    

Hai haiii dosen ganteng dan istrinya balik lagiii *lambai-lambai tangan*

Maaf cuma bawa 1 chapter, tapi semoga tetap bisa dinikmati, yaa hehehe

So, happy reading, teman-temaannn ^^

Berulang kali Raidan melirik Airin dari arah dapur dengan dahi berlipat. Sesekali alisnya terangkat saat mendengar Airin mendesis sebal sekaligus gemas. Saat ini perempuan itu sedang duduk bersila di depan meja pendek di tengah ruangan. Matanya yang bulat menatap lurus-lurus layar laptop yang terbuka di hadapannya. Di sekelilingnya, belasan buku ekonomi dan perbankan terhampar berantakan, ditambah puluhan lembar tugas akhir yang penuh coretan dan mesti diperbaiki. Beberapa kali kening Airin berkerut-kerut dalam dan tatapannya menyipit tajam, lalu kemudian disusul decakan sebal serta kepalan gemas di kedua tangan.

Menjejalkan satu tangan ke dalam saku celana, Raidan menyandarkan pinggang di meja pantri seraya menyeruput kopi yang masih mengepul. Tatapannya tertuju lurus pada Airin yang kali ini sedang mengerutkan kening dalam-dalam, lalu sedetik kemudian menjerit gemas.

Mengangkat alis, Raidan meletakkan cangkir kopi di meja, lalu mendekati Airin yang sedang mengacak-acak rambutnya gemas. "Butuh bantuan?" tanya Raidan tiba-tiba.

Airin mendelik galak. "Nggak usah, makasih," jawabnya judes.

Sebelah alis Raidan terangkat. "Beneran nggak mau saya bantu? Selagi saya masih di sini?"

Airin mendengus. "Mau Bapak masih di sini atau nggak, saya nggak akan minta bantuan. Saya bisa ngurus tugas akhir saya sendiri," balasnya.

Raidan mengedik bahu. "Oke."

Ekor mata Airin melirik cepat saat Raidan bergerak menjauh untuk mengambil cangkir kopi dan kembali duduk di sampingnya tanpa suara. "Sudah sampai mana tugas akhir kamu?" tanya lelaki itu setelah menandaskan hampir setengah isi cangkir di tangan.

Tidak ada sahutan. Airin tidak bergerak sama sekali dari posisinya.

Menaikkan sebelah alis, Raidan meletakkan cangkirnya agak jauh, kemudian merapatkan diri sampai bahunya bertubrukan dengan bahu Airin yang saat ini mengenakan kaus lengan pendek dan celana piyama panjang. Ekor matanya mencuri-curi pandang pada hasil kerja perempuan itu, tapi wangi menyenangkan dari rambut Airin yang masih basah dan dibiarkan tergerai, membuat Raidan memejamkan mata sejenak.

"Kamu ganti sampo, ya?" tanya lelaki itu sambil mengendus-endus helaian rambut Airin.

Airin bergidik geli dan bergeser dengan tampang ketus. "Nggak usah dekat-dekat," cetusnya.

Raidan menatapnya beberapa saat lalu mengembuskan napas. "Kamu masih marah?"

Tidak ada sahutan.

"Ai?"

Airin mendelik, kemudian mengubah duduk hingga berhadapan dengan Raidan. "Sekarang saya yang tanya. Kalau saya harus pergi selama seminggu dan baru kasih tau Bapak sehari sebelum hari keberangkatan, sementara besoknya kita ada janji jalan-jalan bareng, Bapak kesal atau nggak?"

Raidan manggut-manggut. "Saya minta maaf," ucapnya. "Saya udah berusaha menolak, tapi nggak ada orang lain yang bisa menggantikan."

Airin tidak menanggapi. Semalam Raidan pulang agak terlambat dan membawa serta surat tugas untuk menghadiri seminar di salah satu universitas di Malaysia selama satu minggu. Tidak ada kabar sebelumnya dan tiba-tiba surat itu tersorong di hadapannya begitu saja.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 01, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

PINK WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang