PW part 8 - One Step Closer

8.5K 1.1K 54
                                    

Hello, it's me, miss J wkwkwk

Ada yang kangen Pak Raidan dan Airin? yuk, mari dinikmati. Semoga masih bisa menghibur yaa...

Happy reading, semuaaaaa

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Langkah kaki Attar terhenti di depan ruang tv begitu mendengar alunan lagu yang lirik-liriknya sudah tak lagi asing di telinga. Lelaki itu menaikan alis, melirik ke bagian sofa dan menemukan Airin, Angga serta Faye sedang heboh berkaraoke sambil berjoget-joget ria. Ketiganya bernyanyi nyaris berteriak, membuat keadaan rumah bising dalam sekejap.

Attar menggeleng dan menghela napas panjang. Pemandangan di depannya bukan lagi sesuatu yang aneh. Angga dan Airin sering memonopoli ruang tv hanya untuk menyalurkan hobi nyanyi mereka. Ditambah Faye, ketiganya sudah tak lagi bisa ditolong. Jika sudah membentuk trio begitu, Attar cuma bisa membuang udara banyak-banyak, berdoa agar kesabarannya tidak cepat terkuras.

"Jangan kaget. Rumah gue udah biasa rame. Apalagi malam minggu begini," ucap Attar pada Raidan yang sejak tadi mengekor di belakang. "Duduk, Dan. Gue ambil minum dulu," lanjutnya setelah meletakkan tas di atas meja pendek di tengah ruangan.

Raidan mengangguk kecil dan duduk. Satu kakinya ditumpukkan ke atas kakinya yang lain lalu melipat kedua tangan di dada. Pandangannya tertuju pada Airin yang sedang bernyanyi sambil mengibas-ngibaskan ujung hijabnya seolah itu adalah rambutnya, sementara jari telunjuknya menunjuk-nunjuk Angga yang memegangi dada seolah baru saja tertembak.

Lagu berganti dan Raidan nyaris menyemburkan tawa melihat Angga yang jatuh menubruk sofa saat Airin dan Faye mendorongnya dengan rusuh dan kembali bernyanyi saat layar tv menunjukkan lirik lagu dari tujuh lelaki tampan yang menari enerjik. Airin dan Faye mengikuti gerakan dengan susah payah dan sesekali saling bertubrukan.

"Nih kopi lo." Attar meletakkan secangkir kopi yang masih mengepul ke hadapan Raidan, kemudian ikut duduk di sampingnya. Jas kerja dan dasinya sudah tanggal, menyisakan kemeja biru pupus yang digulung sampai siku. "Ada bagusnya lo lihat kelakuan ajaib Airin dari sekarang, jadi lo bisa mempertimbangkan ulang niat lo," ucapnya datar.

Raidan menyesap kopinya perlahan. "Nggak ada yang perlu gue pertimbangkan ulang, Tar. Mau bagaimana pun Airin, gue pasti terima," katanya.

Attar mendengus tipis. "Ngomong langsung di depan orangnya sana," ujarnya.

Raidan mengangguk.

Tepat ketika itu, alunan musik berhenti. Airin dan Faye berbalik dan serentak terkejut. Bola mata keduanya membesar maksimal.

"Pak Raidan!?" seru Airin.

"Mas Attar!?" teriak Faye.

Angga melirik dari balik sofa, lalu nyengir lima jari. "Yo, Mas!" sapanya, lalu gegas mendekat.

"Ibu sama Bapak ke mana, Ga?" tanya Attar, mengabaikan Raidan yang diam-diam mengulum tawa melihat Airin memasang tampang curiga.

"Ibu sama Bapak lagi ngambil pesanan kue buat besok," jawab Angga. "Mas nggak bawa apa-apa? Lapar nih abis konser," lanjutnya sambil memegangi perut.

"Dih, tadi kan Mas Angga udah makan." Airin bersungut sambil membenahi perlengkapan karaoke.

"Namanya juga cowok, Dek, perutnya besar," balas Angga, nyengir lebar.

PINK WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang