PW part 7 - Sebelum Nanti

17.3K 1.8K 226
                                    

            Dering telepon rumah menggema keras di ruang keluarga Baraswaji. Rainaya berlari tergopoh dari arah dapur dan buru-buru mengangkat sambungan.

"Halo... assalamu'alaikum...," ucap Rainaya, ramah.

"Wa'alaikumsalam...," balas suara di seberang. "Ini Attariq. Ini Budhe Ranti, bukan?"

"Oh, Mas Attar, ya. Ini Rainaya, Mas. Ada apa ya, Mas?"

"Hape Mas-mu di kemanakan, Nay? Saya hubungi dari tadi tapi nggak diangkat."

Rainaya melirik ke balakng lewat bahu. "Oh, Mas Raidan lagi bantuin Bapak benerin genting belakang rumah, Mas, hapenya di kamar."

Attar mengangguk. "Kalau Pakde Bara ada? Ada yang mau saya sampaikan," ujarnya.

"Sebentar, ya, Mas. Saya panggilkan Bapak dulu."

Rainaya buru-buru melesat ke belakang, memanggil Bapak yang sedang mengangsurkan genting pada Raidan yang berdiri di atas palang. "Pak, ada telepon dari Mas Attar. Mau ngomong sama Bapak, katanya," kata Rainaya.

Lelaki separuh baya itu mengangguk, mengabaikan delikan ingin tahu Raidan, dan buru-buru mencuci tangan sebelum menerima telepon. "Assalamu'alaikum warrahmatullah, Tar...," ucapnya, tenang.

"Wa'alaikumsalam warrahmatullah, Pakde," balas Attar, tak kalah tenang.

"Ono opo, Le? Tumbenan mau ngomong sama saya," ujar Baraswaji memulai.

Attar tersenyum tipis. "Ini... soal lamarannya Raidan, Pakde," sahut Attar. "Akhir minggu ini Pakde sekeluarga bisa ke rumah? Airin mau kenal sama yang melamarnya."

"Oh, alhamdulillah. Saya kira bakal dikabari dua minggu lagi. Cepat, ya, ternyata," komentar Baraswaji, kedua sudut bibirnya terangkat tipis. "Memangnya adikmu sudah siap ketemuan, Tar?"

"Sudah, Pakde, ini Airin sendiri yang minta. Saya juga sudah tanya Bapak."

Baraswaji mengangguk. "Oh, ya, bagus kalau begitu."

"Pakde sekeluarga bisa datang?"

"Oh, tentu. Tentu saya bisa datang. Idan pasti guling-guling kesenangan ini kalo dengar kabar begini. Jam berapa ngomong-ngomong saya datangnya, Tar?"

Di seberang, Attar tertawa pelan. "Habis zuhur aja, Pakde, biar enak," katanya.

Baraswaji mengangguk lagi. "Ya, ya, habis zuhur saya sekeluarga pasti datang. Ngomong-ngomong, ini pertanda baik bukan, Tar?"

Attar ikut mengangguk walau yakin lawan bicaranya tidak melihat. "Insya Allah baik, Pakde...."

"Alhamdulillah...." Baraswaji tersenyum lebar, mengangguk-angguk kecil dan tertawa saat membicarakan hal lain dengan Attar. Sedetik kemudian ia menutup sambungan setelah mengucapkan salam. Begitu ia berbalik, ia agak berjengit karena Raidan sudah berdiri di belakangnya dengan ekspresi menyelidik.

"Tadi itu Attar, ya, Pak?" tanya Raidan. "Dia bilang apa aja, Pak?"

"Menurutmu dia bilang apa kalau sampai ngomong langsung sama Bapak?" balas Baraswaji.

Raidan menggumam. Di belakangnya, Raisa dan Rainaya saling lirik.

"Jangan nggodain Idan, Pak, nanti kalang kabut, lagi," goda Raisa, terkekeh geli.

PINK WEDDINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang