wanita ini

75 4 0
                                    

Anast memandangi pria itu. Yang berdiri disana, lebih kurang tujuh meter jauhnya, tampak melamun dengan pandangan tertuju pada pasangan yang duduk di atas kursi taman asyik berciuman. Di matanya, pria itu tampak begitu kesepian, tampak begitu rapuh, seolah bisa saja pecah berkeping keping setiap saat.
Dia kan laki laki kenapa harus melihat orang asyik berciuman dengan tatapan sedih, bukanya dia tampan, kaya bisa mendapatkan lebih dari itu. Pikir Anast.

Anast mengosongkan pikirannya. Berusaha tidak memikirkan apa apa. Hanya memusatkan pandangan pada pria itu, dan dalam kondisi itulah Anast harus berani membuat Bos nya tidak sesedih itu, setidaknya Bos nya itu tidak menampakan wajah melas karena melihat adegan berciuman di depan nya.
Anast mengambil langkah, berjalan menghampiri dalam gerakan cepat. Dan sesampainya di depan pria tersebut, dia mencampakan rambutnya yang tergerai lepas, mencampakan sikap yang beraninya, mencampakan sikap yang konyol nya.

Anast menarik wajah willson berani dengan kedua tangannya, wajah yang selama ini begitu ingin disentunya, lalu menundukan wajah.
Mata willson membelalak, tapi sisi waras dalam dirinya berteriak bahwa willson tidak punya waktu lama untuk terus merasa terkejut. Jadi yang willson lakukan kemudia hanya menutup mata, memegang pinggang Anast dengan kedua tangannya lembut, dan mencondongkan tubuhnya lebih dekat ketika Anast memiringkan wajah untuk memperdalam ciuman.

Sebentar saja, Anast meyakinkan diri sendiri. Hanya sebentar, hanya sebentar untuk menciumnya seakan akan willson adalah miliknya, seakan akan willson adalah orang yang di cintainya.

Mungkin saja willson hanya melamun dan bermimpi karena semua ini terasa begitu tidak nyata dan mustahil terjadi, ketika seorang cewe yang ia sukai mulai menciumnya duluan tanpa tahu apa sebabnya. Tapi tekanan hangat jemari Anast di pinggangnya, napas wanita itu yang kini willson hirup, dan aroma parfum yang begitu familier tertangkap dengan sempurna oleh seluruh indranya. Mimpinya.... Tidak mungkin bisa seindah ini.

Anast melepaskannya beberapa detik kemudian, yang terasa begitu singkat hingga willson tanpa sadar menggapai ke depan untuk kembali menarik Anast mendekat. Dan, tatapan itulah yang lagi lagi willson hadapi. Tatapan dingin menusuk yang menghapus apapun yang baru terjadi sepersekian detik yang lalu.

Willson mengusap mukanya frustasi, berusaha mencari cari sesuatu dalam pandangan tajam itu. Gairah... Apa saja. Tapi tidak ada yang ditemukannya selain sorot mematikan tersebut.

" kenapa?." willson bertanya, dengan rambut yang begitu acak acakan dan muka yang kesal.

" karena kau terlihat begitu menyedihkan tuan." sahut Anast tanpa ampun. " Berdiri disini. Memandangi pasangan itu dengan iri."

Willson ingin sekali menutup telinga, tapi rentetan kalimat yang wanita itu ucapkan mencegahnya.

" kau mengajak ku berkencan bukan? Anggap saja itu usahaku menyenangkanmu."

Flasback

Anast tersadar dari tidurnya ketika matahari pagi sudah menyinari ruangannya, matanya mencoba mencari cari seseorang.

" kau sudah bangun?" willson menghampiri Anast yang masih sibuk mengucek matanya.

" minum dulu tehnya."

Anast mengangguk, lalu duduk dan meminum teh buatan willson.

" apa kau masih sedih?." tanya willson.

" tidak. Aku tidak mau terlalut dalam kesedihan lama lama, hanya bisa mengganggu konsentrasi saja." jawab Anast. Mulutnya masih sibuk meniup teh yang masih panas.

" bagaimana kalau kita kencan?." willson kini dengan hati hati melirik ke arah Anast.

Anast nampak berpikir sejenak, dan selanjutnya Anast hanya menganggukan kepalanya.

" kita hanya akan ketaman saja ko." sahut willson.
Dan lagi lagi hanya di jawab dengan anggukan oleh Anast.

Flasback off

Willson masih terdiam bingung, apa dia semenyedihkan itukah hingga ada seorang wanita yang menciumnya duluan karena hanya melihat ekspresi wajah willson.

" Apa kau sudah puas, ayo pulang. Ini semua mulai membosankan."

Willson tanpa sadar melayangkan sebuah tamparan yang cukup keras tanpa memperdulikan siapa orang yang di tamparnya. Membenci dirinya sendiri. Wanita ini membangkitkan segala hal buruk dalam dirinya. Amarah menumpuk, menahan perasaan yang begitu dalam.

" Kau menamparku? Kau tidak berfikir ingin membuat drama di tempat seperti ini kan?." tukas Anast dingin, tangannya mengelus pipi bekas tamparan willson.

" kenapa? Bukankah kita pernah di beritakan berkencan bersama? Ditambah satu lagi apa salahnya?." jawab willson tegas penuh amarah.

Kerumunan mulai terbentuk karena suaranya yang cukup keras, dan untuk sekali ini, willson tidak merasa terganggu.

" kau mau mempermalukan dirimu sendiri tuan?."

" bukankah selama aku di beritakan dengan mu sudah memalukan?." sergah willson.
" Biarkan saja semua orang tahu bahwa aku mati matian menarik perhatian seorang wanita dan di tolak mentah mentah dengan cara yang tidak masuk akal. Kalian tahu? Wanita ini," tunjuk willson ke arah Anast, semakin mengeraskan suaranya." mungkin satu satunya wanita yang tidak sudi meliriku, bahkan untuk sebentar saja. Wanita ini.... Mungkin satu satunya wanita yang hatinya tidak tergerak sedikitpun bahkan ketika aku dengan tidak tahu malunya menyodorkan diriku secara cuma cuma." willson memgerang frustasi.

" Hentikan." cegah Anast.
Peringatan bernada datar itu di abaikannya.

" wanita ini.... Seseorang yang untuk sedetik terlihat begitu perhatian, tapi di detik berikutnya bersikap begitu dingin. Wanita ini.... Melihat kesemua orang kecuali kearahku, tapi menjadi orang pertama yang tahu datangnya ancaman dan terus menerus menyelamatkan ku tanpa memedulikan keselamatan dirinya hanya karena dia digaji besar untuk melindungiku. Wanita ini..... Membuatku terus bertanya tanya kenapa aku menyukainya. Kenapa dari begitu banya wanita, harus dia? Dan tidak ada jawaban yang tersedia."

" kenapa? Karena dia cantikah? Karena dia tidak tertarik padaku jadi aku merasa tertantang ingin mendapatkannya? Karena aku terus berjalan di belakangnya, meandangi punggungnya, dan tanpa sadar malah mengikutinya kemana mana? Lucu." willson meringis. " Aku, pria paling di inginkan satu indonesia, karena perusahaan ku. Malah mengejar seorang yang tidak menginginkanku. Ada ratusan wanita yang mengantre untuk sekedar mendapatkan perhatianku, tapi malah wanita inilah yang ingin kudapatkan perhatiannya."

Anast menangis, suara menyesakan itu berasal dari mulut willson, bosnya sendiri. Kini Anast merasa malu, sangat malu. Karena Anast yakin pasti banyak orang yang merekam dan pastinya akan menyebarkan video kejadian ini ke media sosial.

Willson menatap Anast lekat. Wanita yang kini sedang menahan tangisnya agar tidak terisak sangat deras.

" Apa yang begitu salah dari diriku sampai kau merasa benci padaku untuk membiarkanku mendekat... Anastastya?."










Hey?
Hey?
Hey?
Maaf ya ceritanya gak nyambung, soalnya ngetiknya itu asal yang ada di pikiran aja heheh *garuk garuk kepala tapi gak gatel*

Tapi gapapa ya gak nyambung juga?

Kalian masih tetap mau baca kan?
Kan?
Kan? *tatapan memelas*

Maaf juga kalau masih banyak typo dimana mana, *makin melas*

Ya maklum lah, author kan masih bocah ingusan yang tidak tahu apa apa yang kalau dimarahin aja langsung nangis di pojokan. *korek korek tanah*

Faktor kangen sama willson nih jadi gak jelas author nya :D *galau*

Happy reading :)

ME ANASTASYA CLAUDIA (Willson Febian Grey)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang