antara willson dan rayhan

86 2 0
                                    

" yang benar saja. Kau mau tampil di depan umum dengan gaun seperti itu? Dan kau mau menjadi pendamping willson ke acara peresmian perusahaan terbesar itu?."

Anast dengan sengaja menggoda rayhan dengan berputar putar di depannya.

" cantik kan?." ujarnya sambil tersenyum lebar.

" kau nyaris terlihat setengah telanjang bagiku."

Gaun itu tanpa lengan, berpotongan rendah dan menunjukan separuh dada bagian atas itu. Bagian bawahnya sendiri berada jauh di bawah lutut. Dan rayhan hanya bisa menghela nafas saat Anast melangkah mendahuluinya untuk menyambut willson yang baru datang, memperlihatkan bagian punggungnya yang juga terpampang lebar. Hari ini Anast akan mendampingi willson ke acara peresmiaan perusahaan rekan bisnis willson.
Anast sudah menolaknya tapi willson memaksa dan yang bisa dilakukan Anast hanya pasrah dan mengikuti perintah Bos nya.

" kau kelihatan luar biasa, daripada terus memakai jaket hitam," sapa willson, tidak bisa mengalihkan tatapan nya sedikitpun dari pemandangan indah di depannya. Willson terang terangan menunjukan kekagumannya, sehingga membuat rayhan tidak bisa menahan dengusan.

Gelaran karpet merah penuh wartawan, juga teriakan riuh. Anast terlihat santai menikmati bagaimana kamera kamera itu menerkam tubuhnya dan willson. Anast menaikan alisnya ketika melihat wanita yang pernah bertengkar dengan nya datang, dengan gaun satin pinknya yang berpotongan dada rendah, ada tatapan licik di mata wanita itu, dan Anast curiga bahwa wanita tersebut sedang memikirkan sesuatu untuk dilakukan kepadanya.

" Ayo." willson meraih sikunya, menuntunnya untuk masuk ruangan megah itu.

Anast mengerutkan kening melihat wanita itu tersenyum padanya, saat mereka kemudian berpapasan, Anast bermaksud mangalah dan balas tersenyum. Kesalahan besar karena. Karena sedetik kemudian, tidak tahu penyebabnya, wanita yang bernama sofia itu tiba tiba terhuyung ke arahnya, menggapai gapai mencari pegangan, dan meraih bagian depan dreas Anast yang tertarik turun dan sedikit memperlihatkan dadanya.

Dengan cepat Anast membenarkan posisi gaunnya, tapi tidak berani mengangkat wajah. Ini sudah di luar kemampuannya. Dia juga punya batasan. Dan insiden ini tidak mungkin di hadapinya mengingat sofia adalah seorang yang terkenal sedangkan dirinya hanya seorang pengawal yang sedang menemani bosnya.

Anast merasakan sesuatu di sampirkan ke sekeliling bahunya. Sebuah jaket. Dalam satu kerjapan kemudian, wajahnya tersembunyi di dalam dekapan seseorang, dan pipinya menekan sebuah dada bidang yang keras. Dia hanya perlu menarik napas, menghirup aroma maskulin, untuk tahu siapa pria yang telah menyelamatkannya.

" kita pulang." Rayhan berkata di dekat telinganya agar bisa terdengar di tengah kericuhaan yang terjadi.
Anast mengangguk. Tidak peduli betapa malunya diri Anast karena kejadian yang terduga ini, yang tentu saja membuat dia ingin pulang.

-- Apartemen Ritzville, jakarta

Rayhan membukakan pintu, berbaik hati menawarkan lengannya untuk membantu Anast turun. Lalu mengantarkan Anast hingga ke lobi depan apartemen.

" masuklah." ujar rayhan, mau tidak mau memperhatikan bagaimana jaketnya tampak kebesaraan di tubuh Anast, juga tangan Anast yang terlipat di depan dada, seolah sedang memeluk dirinya sendiri.

" Aku pulang dulu. Besok aku kesini lagi, pastikan istirahatmu cukup," kata Rayhan. " selamat malam Anast, aku mencintaimu." rayhan hendak berbalik keluar apartemen

Anast tidak tahu apa yang memicunya, apa yang membuatnya mendapat keberanian untuk menghentikan rayhan. Menahan langkah pria itu dengan menarik bagian belakang kemejanya. Mungkin karena kejadian malam ini.

Perlahan Rayhan berbalik, menunduk menatap Anast.
"Berhati hatilah." Anast berujar pelan, nyaris selirih bisikan. " kau tidak bisa mencintaiku. Tunggulah sampai aku yang menyukaimu terlebih dahulu!."

" Anastasya..."

" Berhati hatilah, " ulangnya. " Berhati hatilah, rayhan." Anast menundukan kepala, untuk pertama kalinya tidak berani menatap rayhan langsung di tepat mata. " Karena aku akan menyakitumu kelak, tunggulah aku sampai aku benar benar mencintaimu duluan." dan rayhan pun kembali melanjutkan langkah nya untuk keluar dari apartemen Anast.

Berjalan dengan hati yang penuh luka, karena secara tidak langsung Anast telah menolak cintanya. Tapi apa maksud dari omongan anast tadi? Rayhan hanya berfikir kalau dirinya pasti masih mempunyai kesempatan lain. Kesempatan untuk mencintai Anast. Hanya tinggal menunggu kepastiaan dari Anast saja.

--------

" Rasanya aneh," Anast bergumam. " aku berasa jadi artis, melihat orang orang membela ku di video kejadian semalam."

Anast mengomentari artikel yang baru saja selesai di bacanya. Mereka mengomentari tindakan kekanakan Sofia yang melakukan  hal hal yang tidak semena mena.

" dengan video itu, mereka akan tampak memalukan jika tidak membelamu." timpal rayhan.

Kini rayhan sedang berada di sebuah cafe dekat kantor willson, Anast yang meminta rayhan untuk bertemu dengannya. Meskipun semalam Rayhan sempat terluka karena kata kata anast, dan sekarang dia harus menyembunyikan hatinya itu.

" tapi masih ada yang mengomentari sikap tidak profesionalku karena memilih kabur denganmu. Sungguh aku seperti artis sekarang!!."

" kau mengharapkan apa Anast? Mereka yang membela atau membenci?."

Percakapan mereka terhenti saat pintu cafe terbuka. Anast melihat willson berdiri disana.

" willson? Sedang apa disini?."

Willson menutup pintu cafe, dan melangkah menghampirinya. Willson menyipitkan kedua matanya setelah tau cowo yang sedang berada di dekat Anast. Tapi dia tetap saja bersikap acuh layaknya dia tidak kenal saudaranya ini Rayhan.

" Aku mengkhawatirkanmu setelah insiden tadi malam. Kau tidak apa apa?."

" selain rasa malu setengah mati?." Anast mengatakannya dengan nada bercanda. " aku tidak apa apa."

" Baguslah kalau begitu." Raut cemas langsung hilang dari wajah willson. " Omong-omong, aku membawakanmu sesuatu."

Willson mengulurkan bungkusan yang di bawanya, dan mengeluarkan dua buah kotak persegi panjang dari dalamnya.

" Sepatu?." Anast bertanya dengan nada bingung.

" Ya. Aku tahu. Aku ingin memberikanmu ini sebagai permintaan maaf ku atas kejadian semalam, aku membelikan dua jenis sepatu untukmu."
Willson berjongkok, meletakan kotak-kotak itu ke lantai. Dia membuka kotak pertama dan mengeluarkan sepasang high heels berwarna hitam.
" kau bisa menggunakan sepatu cantik ini kemanapun kau mau. Dan saat sepatu ini membuat kakimu lelah," dia membuka kotak satunya, " kau bisa menggantinya dengan sepatu keds ini. Memakainya untuk berlari pulang padaku."

" Apa-apaan dengan ekspresi jijik di wajahmu?" tuduh Anast setelah dia mengantarkan willson keluar.

" Aku baru tahu ada pria senorak itu di dunia."

" kau saja yang tidak romantis." ejek Anast mendorong kotak berisi high heels ke samping. Anast mencoba sepatu keds itu, lalu mengangkat kakinya untuk di pamerkan pada rayhan setelah dia selesai mengikatkan masing-masing tali. " cantik kan?."

" hemm."

Anast mencebik mendengar jawaban dari Rayhan. Otaknya berputar, memikirkan sesuatu. Beberapa detik kemudian, " Hei, kau mau aku memakai sepatu ini untuk berlari padamu?." godanya, tertawa tawa dalam hati.

" Sebaliknya," Rayhan berkata muram. " jika kau berniat mengenakannya, jangan pakai sepatu itu untuk berlari padaku. Tapi berlarilah yang jauh, sekencang kencangnya dariku. Sebelum aku berhasil menangkapmu."

ME ANASTASYA CLAUDIA (Willson Febian Grey)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang