skandal

143 6 0
                                    

Willson menggeliatkan badanya malas, membuka kelopak matanya yang terasa begitu berat, dan membiarkan tangan nya menggapai-gapai mencari ponselnya yang kini berbunyi nyaring. Dapat!

"Aku akan menjemputmu sekarang. Jangan keluar dari tempatmu berada sampai aku datang. Dan periksa internet."

Willson melongo ketika telepon diputus begitu saja oleh Anast. Untuk beberapa saat dia diam tak bergerak, berusaha mengulangi kalimat-kalimat tadi sampai dia bisa menangkap apa maksudnya dengan otak yang belum berproses sempurna. Dua menit kemudian, dia sudah mengetikan namanya di mesin pencari dan menemukan judul artikel yang nyaris membuat matanya melompat keluarbdi bagian paling atas.

PENGUSAHA MUDA SUKSES WILLSON FEBIAN KEDAPATAN SEDANG BERKENCAN DENGAN PENGAWAL NYA SENDIRI.

Dia tidak perlu membaca artikelnya karena dua buah foto terpampang besar di bawah judul. Sudut pengambilan nya sangat jelas ketika willson dan Anast akan memasuki mobil willson. Siapapun yang melihat pasti langsung tahu bahwa itu adalah dia.

Willson menendang selimut, bangkit dari tempat tidur, dan pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajah.

Setiap berita pasti akan membawa nama baik diriku, tapi sekarang hanya sedang berdua dengan Anast pengawal ku kenapa langsung heboh dan membuat berita yang tidak tidak batinnya.
Willson mengambil topi hitam dan memakai nya, lalu duduk di sofa ruang tamu. Menunggu.

Anast akan datang. Dan, seharusnya dia bersyukur karena kejadian ini malah akan semakin membuatnya untuk tidak betah bekerja sebagai pengawal dirinya.
Untuk pertama kalinya setelah bertahun-tahun, dia takut seseorang berpikiran salah tentangnya.

Maka seperti biasa, mulutnya lagi lagi terkatup. Diam ketika Anast berada di depannya.

" Aku tidak tahu kenapa mereka membuat berita yang tidak tidak tentang kau dan aku." willson buka suara, merasa jengah karena Anast sedari tadi tidak mengucapkan sepatah katapun padanya.

" Apa kau mendengar ku bertanya?."
Willson sudah terbiasa dengan nada dingin wanita itu gunakan setiap kali bicara padanya. Tapi nada kecewa yang kini tersirat dalam suara Anast membuatnya merasa benar-benar telah melakukan kesalahan yang besar. Melihat bagaimana wanita tersebut tidak sedikitpun melirik ke arah willson.

Setelah mereka hendak berjalan kesebuah mobil hitam, sebuah lemparan batu kecil tepat di wajah Anast, mengenai pelipis. Tapi Anast tidak bisa menahan ringisan ketika semakin banyak batu kerikil menghantam pelipisnya yang entah darimana lemparan itu berasal.

" Kau teluka!" teriak willson marah setelah mereka sampai di mobil mewah dan willson menyingkirkan jas yang tersambir di kepala Anast.

Ada tetesan darah di kening Anast, akibat lemparan yang tak terduga. Anast tidak menyahut, hanya meraih beberapa lembar tisue dan mengelapnya asal.

" Darahnya tidak berhenti. Kita harus ke rumah sakit." ucap willson panik.

" Cemaskan saja pamor jiwa pengusaha mu itu." Anast berkata ketus. " Ada tempat yang bisa kau tuju?." lanjutnya.
" karena berita itu pasti paparazi ada dimana mana, terutama perusahaan mu."

"Rumah sakit!." ulang willson keras kepala.
" kenapa? Kau terluka?."
"Kau yang luka Anast!." sergah willson dongkol.

" aku bisa mengurus diriku sendiri."

" Tapi aku harus bertanggung jawab kalau kau terluka karena melindungiku."

" itu tidak tertera dalam surat kontrak, bukan kau yang menggaji ku, Tuan Will."

"Tetap saja--."

" tanggung jawabku untuk memastikan kau baik baik saja, apalagi setelah berita itu. Aku terluka adalah resiko pekerjaan." potong Anast tak acuh, tanpa melirik lemparan kotak tisue ke pangkuan nya.

" Bersihkan wajah mu." ujar willson ketus.
Dia bahkan sudah lupa berita yang sedang menimpanya yang membuat nama baik nya tercoreng jelek. Karena terlalu mengkhawatirkan Anast. Wanita yang bahkan tidak menghargai perhatiannya sedikitpun.

Willson mengusap wajahnya, mengusapkan tisue naik turun untuk mengelap keringat yang bercucuran. Lalu melemparkan gumpalan gumpalan tisue kotor itu ke tempat sampah kecil yang tersedia di dekat kakinya.

" kau memang tidak pernah bertindak seperti orang normal ya? Seharusnya kau mengeluh bahwa ini semua terjadi karena aku, seharusnya kau membentak dan memarahiku. Seperti yang akan di lakukan pengawal lain, apalagi berita ini bersangkutan dengan mu juga. Apa yang kau pikirkan? Bahkan kau tidak bertanya padaku?."  willson mulai jengah dengan sikap dingin Anast. Padahal kan wanita yang berada di beritanya adalah Anast. Tapu anast tetap santai dan dingin seakan masalah ini akan selesai begitu saja.

" kita mau kemana?." willson bertanya setelah menyadari bahwa Anast itu melewati apartemennya di daerah jakarta selatan, begitu saja, dan terus mengarah ke daerah jakarta pusat.

" L-park."
"Ada apa disana?."
"Apartemen ku!"
" APAAA??."

L-park, jakarta pusat, Apartemen mulia.

" kau tidak pernah bilang bahwa kau orang kaya."

Willson masih terperengah, tapi menyempatkan diri untuk mengaggumi tempat tinggal Anast dia tengah-tengah keterkejutan nya.

"Apa kau harus tahu semua tentangku?." jawab Anast malas.
" maksudku, kalau kau orang sekaya ini, kenapa kau harus bekerja sebagai pengawal ku segala? Kau bisa saja memimpin perusahaan keluarga atau semacam nya."

Kekagetan nya wajar, karena lokasi apartemen ini terkenal dengan harganya yang super mahal. Dan setahunya apartemen-apartemen disini bisa berharga 1 M bahkan sampai tiga kali lipatnya.

semua ini hasil jerih payah Anast sendiri, selama dia membuka usaha cafe yang sudah tersebar di penjuru kota dan hasil jerih payahnya dalam bekerja di berbagai bidang dan hasil kepintaran otaknya yang membuat dirinya sama sekali tidak akrab dengan keluarga nya bahkan ketemu oun hampir tidak pernah karena Anast yang terlalau sibuk dengan setiap kerjaan yang sedang ia lakukan.

" kau bisa menggunakan kamar mandi di ujung." Anast menunjuk ke arah lorong, kemudian menyerahkan tas berisi pakaian ganti yang selalu tersedia di mobil.

" kapan, kira kira, kita bisa mengobrol seperti orang normal? Aku bertanya dan kau menjawab?" willson berkata sinis, menyentakan topi nya, lalu berjalan menuju arah yang ditunjukan.

Tentu saja, lagi-lagi dia tidak mendapat tanggapan apa-apa.

Setelah mereka semua sedang duduk santai, willson memakasa Anast untu mengobati luka di pelipis nya dan akhirnya Anast mengalah pada pria yang menjadi BOS nya.

Dengan hati hati willson meneteskan obat merah ke lukanya, " selesai."

Willson tersenyum puas setelah menempelkan plester kecil untuk menutupi luka gores di pelipis Anast.
Willson menatap wajah Anast sepanjang pengobatan berlangsung, Anast tampak tidak peduli sama sekali ataupun memperlihatkan raut kesakitan. Willson sudah sangat hafal semua ekspresi Anast  tentu saja. Hanya ada tiga : datar tanpa ekspresi tapi tetap cantik, dingin, dan mengejekm pasti ada yang salah dengan saraf wanita tersebut karena tidak bisa di gerakan untuk membentuk senyum di depan mata willson.

" Boleh aku melihat kamarmu?."
"Tidak."
" Apa ini apartemen pribadimu? Keluargamu kaya ya?."
" Bukan urusanmu."

Willson mengabaikan keketusan wanita itu dan bangkit dari kursi.

" Aku haus. Dapurmu dimana? Aku minta air--." ujar willson melihat kesekeliling ruangan.

" Apa kau benar benar seorang CEO yang bahkan sikap mu tidak mencerminkan tegas sama sekali," Anast menatap willson intens.

" Saya--"
" Berada di apartemen wanita dan kau berharap agar aku kesal dengan sikap mu itu agar aku bisa berhenti bekerja sebagai pengawal dirimu. Bukan begitu?."

"Say tidak--"

Wajah Anast semakin terlihat marah, dan memiringkan kepalanya.
" Biar ku katakan padamu dengan jelas, aku akan tetap bekerja sebagai pengawalmu, karena aku sangat menyukai pekerjaan ini."

Nada suara perkataan Anast membuat willson menatap tak percaya. Dan terdiam diri di tempat.

ME ANASTASYA CLAUDIA (Willson Febian Grey)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang