Dendam nya usai

91 2 0
                                    

-Anastasya claudia

Aku terdiam diri menatap bagian kota jakarta dari atas apartemen ku. Pikiran ku berkecamuk. Kenangan kenangan buruk berusaha aku genggam, tapi terus mengalir turun melewati sela jemariku, seolah aku sedang berusaha menggenggam setangkup air. Kenangan-kenangan yang selama ini berusaha aku jaga tetap segar, agar terus teringat demi dendam yang ingin aku balaskan. Kenangan kenangan yang kini memudar dan otakku mulai meneriakan pertanyaan kenapa? Apa yang sedang aku lakukan? Untuk apa semua pembalasaan ini? Apakah aku akan puas setelah menghancurkan pria itu? Benarkah begitu?

Dan lagi lagi jariku mencari, meraba bagian dalam saku jaket yang aku kenakan, hingga menyentuh sebuah bandul. Bandul yang menyimpan sepasang foto ayah dan anak. Foto yang di jadikan pengingat, wajah anak itu wajah yang seharunya aku benci. Wajah yang kemudian begitu aku cintai.

Aku terus membawa-bawa bandul itu untuk membantuku mengingat hal hal buruk, sedangkan yang terus aku ingat hanyalah dimana aku jatuh cinta. Hari dimana terjatuh dan menjadi milikku.

Kata-kata ayah angkatku terus mengiang-ngiang dikepala, seolah aku baru saja mendengarnya. Seolah pria itu ada di hadapanku dan kembali mengulang semua kalimat kalimat tersebut agar aku mau berhenti. Agar aku memikirkan semuanya kembali.

Flasback

" aku hanya membantumu menjadi sukses Anast. Hanya itu. Aku tidak bisa membantumu membalaskan dendam."

" kenapa dady?."

Gunawan terdiam menatap anast, mengambil tempat di atas kursi kayu yang mengeluarkan suara berderit saat diduduki. " apa yang kau dapatkan dari pembalasan dendam? Kepuasan? Mungkin saja. Tapi bahagia? Kurasa tidak. Kau sudah terluka, tidak ada cara untuk memperbaikinya. Apa kau pikid melihat kehancuran orang yang telah membuatmh terluka akan membantu menyembuhkannya? Percayalah padaku Anastasya, itu tidak akan terjadi. Balas dendam hanya akan membuatnya semakin parah."

" itu merupakan satu-satunya cara untuk menuntut keadilan." sergah Anast.

" kau masih muda, Anastasya. 15 tahun kau bilang? Masih banyak yang belum kau lihat dan saksikan. Jangan sia siakan hidupmu untuk hal ini. Masa depanmu masih panjang."

" berhenti mengatakan hal hal klise seperti itu padaku!" ucap anast geram. " mengaku sajalah, alasan kau tidak mau balas dendam adalah karena wanita itu bukan? Cinta benar benar omong kosong. Kata itu membuatmu terlihat bodoh."

" kau benar." gunawan setuju. " tentu saja kau benar. Itu memang alasanku untuk tidak memikirkan balas dendam, menuntut keadilan, atau apapun istilah yang kau gunakan. Karena pada suatu waktu--yang berlangsung cukup lama, aku pernah mati matian jatuh cinta padanya. Bagaimana mungkun aku terpikir untuk menyakitinya?."

" ya.ya" sambung gunawan saat melihat sorot mata Anast. " dia menyakitiku. Tapi itu tidak relevan. Coba kau pikirkan baik-baik. Hanya karena dia menyakitiku, apakah aku harus membalasnya dengan cara yang sama? Jika semua orang di bumi berfikir seperti itu. Mau jadi apa dunia yang kita tinggali ini?."

" lagipula, kalaupun aku melakukannya, hasilnya tidak akan baik." sambung gunawan. " karena jika ada perasaan cinta yang ikut campur di dalamnya, meski sedikit saja, balas dendammu tidak akan pernah sempurna. Akan ada saat dimana kau meragu. Akan ada saat dimana dia menatapmu, dan kau merasa bingung, merasa tidak, ingin berfikir ulang, bertanya tanya apakah kau benar-benar ingin menghancurkannya. Sedetik saja kau terfikir ingin berhenti, maka sebesar apapun dendam mu padanya, semuanya aka sia sia saja. Dendam itu akan berbalik menghantammu."

Gunawan mengulurkan tangan, mengusap rambut Anast, berharap dia bisa mengerti.

" perlu kau tahu Anast," lanjutnya lagi. " Cinta memang membuatmu lemah. Tapi, disaat yang bersamaan, cinta juga membuatmu kuat. Dan tidak terkalahkan."

ME ANASTASYA CLAUDIA (Willson Febian Grey)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang