🎵Pamungkas - One Only
::: Udah tau nggak bakal bersama, tapi masih coba-coba, sakit jiwa? :::
***
Aden menyenderkan tubuhnya di sebuah sofa tunggal dengan mata terpejam menahan kantuk. Semalaman dia tak bisa tidur karena gangguan dari sahabat somplaknya, Senja. Chelsea sendiri sudah terlelap di sebuah kamar di rumah Senja. Terpaksa karena sudah tidak ada kamar kosong, Aden tidur di sofa ruang keluarga di lantai atas dekat dengan kamar Senja. Pada akhirnya dia tak bisa tidur karena setiap dia memejamkan matanya, Senja selalu mengganggunya dan mengajaknya bercerita ngalor ngidul tak ada habisnya.
Di kamar paling pojok, Chelsea terbangun tepat saat jam menunjukkan pukul enam pagi. Dia pergi ke kamar mandi, mencuci muka lalu mencepol rambutnya. Setelahnya dia keluar dari kamar sambil menguap, berjalan menuju tempat Aden yang masih terkantuk-kantuk di sofa.
Saat sampai di tempat Aden, Chelsea terdiam. Merasa kasian dengan Aden yang tampak tak nyaman dengan sofa dan cara tidurnya.
Chelsea mengambil tempat di dekat Aden lalu menghela Aden untuk menidurkan kepalanya di pahanya.
Aden cepat membuka matanya, dan langsung bertatapan dengan Chelsea.
"Udah tidur! Mata lo merah," ucap Chelsea sambil mengusap pelan kepala Aden.
"Ngantuk," gumam Aden.
Aden mulai memejamkan matanya, dan sepertinya keberadaan Chelsea membantu karena setelah itu Aden tertidur dengan nyenyaknya.
***
Hari ini Chelsea dan Aden bolos lagi, terkadang Chelsea merasa takut, tapi di sisi lain dia juga senang.
Chelsea dan Aden keluar dari rumah Senja untuk mencari makan. Akhirnya mereka berakhir dengan nasi bungkus sederhana di tangan masing-masing, dan duduk di taman seperti gelandangan.
"Kaya gelandangan ya kita?" celetuk Chelsea tiba-tiba.
"Kita? Lo kali, gue mah orang ganteng," kata Aden sambil nyengir.
Chelsea cemberut. "Iya deh, berarti lo pacaran sama gelandangan. Nggak papa, ntar gue cari cowok lain yang lebih kaya biar nggak jadi gelandangan."
Sebenarnya itu hanyalah candaan, tapi sepertinya Aden menganggapnya serius.
"Chel..."
"Apa?" tanya Chelsea tanpa mengalihkan tatapannya pada nasi bungkus di tangannya.
"Maaf ya, gue cuma bisa ngasih makanan sederhana. Seharusnya lo bisa makan enak," Aden menyendok nasi bungkusnya dengan enggan.
Chelsea langsung menoleh saat itu juga, terkejut dengan ucapan Aden. "Hei..." tangannya bergerak mengangkat wajah Aden dan menatapnya dengan senyum termanis miliknya.
"Bercanda Den, gue nggak bermaksud ngomong gitu. Ini hal baru buat gue, memang sulit soalnya gue terbiasa apa-apa mudah. Tapi sama lo gue jadi ngerasa bebas," ucap Chelsea dengan senyum lebar miliknya.
"Ini apa yang gue mau dari dulu, tanpa tekanan orang tua, tanpa aturan, tanpa kekangan, bebas..." pandangan Chelsea menerawang.
Aden ikut tersenyum, Chelsea tipe cewek yang bisa diajak susah. Cocok kan ya sama Aden?
Setelah memakan makanan sederhana itu Aden dan Chelsea beranjak dari sana dan pergi menggunakan motor milik Aden.
Chelsea hampir tertidur selama perjalanan. Dia tidak tau Aden mau membawanya ke mana, yang dia tahu perjalanan yang dilalui sangatlah lama.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raden (New Version)
Teen FictionNEW VERSION Aden, sebagai pemeran utama yang bertindak sebagai cowok konyol -bukan bermaksud tidak serius-. Pecicilan, walau terkadang suka mewek kalo nggak Ada orang. Chelsea, sebagai pemeran utama cewek. Sadis, ciumable, moodboosternya Aden tentu...