🎵Terlanjur Mencinta - Ziva Magnolya
:::
"Atau kita harus break dulu?"
Chelsea, bahkan Aden sendiri kaget dengan ucapannya barusan. Aden secara tidak sadar malah menyakiti dirinya sendiri. Mungkin menurut Aden dengan begitu mereka bisa merefreskan pikiran dan mulai berpikir bagaimana ujung hubungan mereka. Apa mau diteruskan atau berhenti di sana. Toh mereka masih SMA.
Chelsea terisak, sedangkan Aden diam di tempatnya sambil mengamati Chelsea. Dia hanya butuh berpikir untuk saat ini, Aden yakin perasaannya pada Chelsea masih sama walau hubungan mereka masih baru. Akan tetapi dengan break, pasti ada hikmah yang akan mereka dapatkan. Dengan begitu juga Aden bisa mengendurkan sedikit penjagaan mama Chelsea pada Chelsea jika tau hubungan mereka berakhir.
"Kita butuh waktu," ucap Aden akhirnya.
***
"Yang usul break emang siapa?" tanya Senja dari luar kamar.
"Gue!" teriak Aden sewot. Ya! Dia memang yang mengusulkan break, tapi rasanya dia sendiri yang galau. Chelsea tampaknya baik-baik saja, karena beberapa waktu yang lalu dia masih bisa berkomentar di instagram. Aden kesal!
"Kenapa sekarang lo yang galau?" Aden mendengus, kenapa Senja nggak pergi saja sih?!
Aden menutup kedua telinganya dengan bantal, dia tidak mau mendengarkan ceramahan Senja lagi. Dia muak, benar memang dia yang mengusulkan untuk break, dan Aden sadar dia memang goblok. Harusnya dia tidak asal ngomong.
"Ya elah, cemen banget jadi cowok," celetuk Senja dari balik pintu.
Bodo amat Nja! Pergi aja sono, bukannya bikin damai malah jadi provokator. Batin Aden.
"Ck. Nggak seru lo!" teriak Senja lagi dan Aden menanggapinya dengan lemparan bantal ke arah pintu. Senja langsung diam, dan tak bersuara lagi.
Aden mencoba memejamkan matanya. Dia sedang ingin sendirian, setelah kejadian siang tadi, Aden butuh sendiri untuk memikirkan banyak hal. Terutama tentang dia dan Chelsea.
"Den..." Kepala Senja menyembul dari pintu. Dan Aden menggeram, lalu bangun dan mengacak rambutnya hingga terlihat seperti sarang burung. Berantakan, tidak hanya rambut, tapi kamarnya juga. Padahal Aden tidak pernah suka apapun itu yang berantakan, dia terbiasa rapi.
"Lo kenapa sih sampai segitunya? Cewek nggak buat lo kenyang kali Den, bisa dicari yang lain! Kalo bukan jodoh ya udah terima takdir dong! Gue pinjem motor lo," ucap Senja santai sambil menadahkan tangannya pada Aden. Aden mencebikkan bibirnya, lalu dengan kesal menarik kunci motor dari saku celana jeansnya.
"Nih. Pergi sono!" usirnya setelah itu dan Senja menurut tanpa protes.
Setelah Senja pergi, Aden menggaruk tengkuknya dan baru sadar kalau sekarang dia tidak bisa kemana-mana. Ah iya!
"Goblok!" makinya pada diri sendiri. "Ngapain gue kasih ke Senja?!" Aden lalu mengacak rambutnya, lagi.
Merasa ponselnya bergetar dalam sakunya, Aden segera memeriksa ponselnya. Ada line masuk dari Senja.
Senja : Gue bawa motornya, biar lo nggak keluyuran. Gue tau lo lagi suntuk, tapi nggak usah terlalu dipikirin. Tenangin diri dulu, motor lo gue sita sampai lo tenang.
"Senja kampret!" maki Aden lagi. "Kok gue nggak sadar sih, Aden bego! Terus gue makan gimana?"
Aden mengetik balasan untuk Senja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raden (New Version)
Teen FictionNEW VERSION Aden, sebagai pemeran utama yang bertindak sebagai cowok konyol -bukan bermaksud tidak serius-. Pecicilan, walau terkadang suka mewek kalo nggak Ada orang. Chelsea, sebagai pemeran utama cewek. Sadis, ciumable, moodboosternya Aden tentu...