🎵Justin bieber - Hold on
::: Nggak tau kenapa, suka aja tanpa alasan :::
***
"Dingin ya?" tanya Aden pada Chelsea yang duduk tak jauh darinya.
"Enggak biasa aja," jawab Chelsea sambil tersenyum ke arah Aden.
Bohong! Sudah jelas sejak tadi Chelsea terus mengusap lengannya yang tak tertutup dan menggigil kedinginan karena cuaca yang tak bersahabat malam ini.
Setelah duel kedua mereka selesai, Aden dan Chelsea terlalu asik mengobrol hingga tak menyadari jika malam semakin larut dan hujan turun begitu derasnya. Mereka duduk berdekatan di sofa yang berada di sana, di ruangan gelap yang hanya diterangi kilatan petir dari luar. Beberapa orang masih ada yang bermain, tapi ada juga yang sudah masuk kamar untuk istirahat atau melakukan kegiatan malam mereka.
Aden sendiri sejak tadi terus mengamati Chelsea yang terus menerus menggigil kedinginan, dengan wajah pucat mirip mayat hidup.
"Sini deh!" Aden meminta Chelsea mendekat.
"Apa?"
"Sini gue peluk, biar nggak kedinginan lagi. Lo udah hampir mati kedinginan gitu,"
Chelsea yang tak mengerti maksud Aden hanya diam sambil mengerjapkan matanya beberapa kali. Hingga akhirnya Aden sendiri yang membawa Chelsea mendekat, tak memperdulikan rontaan Chelsea, Aden tetap membawa Chelsea ke dalam pelukannya.
"A-aden gue malu..." lirih Chelsea membuat Aden terkekeh pelan. Kepalanya dia istirahatkan di puncak kepala Chelsea sambil menghirup aroma vanila yang menguar dari rambut halus cewek itu.
"Nggak usah malu sama calon pacar."
"Eh maksudnya?" tanya Chelsea cepat sambil mendongak menatap Aden yang tersenyum menatapnya.
"Entar juga tau, udah yang penting sekarang lo udah nggak kedinginan lagi. Muka lo aja udah panas gini," Aden mengusap pelan wajah Chelsea. Tak tau saja jika sekarang cewek itu tengah merona karena tingkah Aden. Beruntung cahaya yang ada di ruangan itu temaram hingga rona merah di pipi Chelsea tersamarkan.
"Eh lo nggak sakit kan? Wajah lo makin panas gini, duh di sini nggak ada selimut. Fasilitas terbatas, lo mau gue cariin obat? Atau mau teh hangat? Gue beli di jalan depan," Aden tampak khawatir. Chelsea yang mendengar itu tak kuasa lagi menahan malu dan membenamkan wajahnya ke leher Aden.
Aden membeku, merasakan hembusan napas Chelsea di lehernya. Wajar karena dia belum pernah merasakan jantungnya berdegup terlalu cepat, badannya yang tiba-tiba lemas, dan sulit bernapas karena sesak. Entah itu tanda-tanda sakit apa, tapi yang dirasakan oleh Aden saat ini membuatnya senang.
Setidaknya dia bisa mati dalam keadaan seperti ini, sungguh bunuh diri dengan cara seperti ini mungkin adalah bunuh diri terindah yang belum pernah terpikirkan oleh Aden.
Mereka diam membiarkan posisi mereka yang cukup intim, hingga dengkuran halus Chelsea menjadi lagu pengantar tidur bagi Aden. Mereka tidur di sofa itu, saling memeluk, membiarkan hujan terus turun tanpa merasa kedinginan karena berada dalam selimut paling hangat.
***
Suara gaduh berhasil membangunkan salah satu dari kedua manusia itu dari tidur nyenyak mereka. Aden bangun terlebih dahulu dengan mata awas memandang sekitar, hingga tatapannya berhenti pada sosok cantik yang masih memejamkan mata, yang ada di pelukannya.
Aden kembali terlena, karena melihat sosok dewi dalam tubuh Chelsea. Tangannya mengusap kening Chelsea dan merasakan betapa lembut rasa kulit itu di tangannya. Sungguh sempurna hingga membuat Aden merasakan keinginan kuat untuk memiliki Chelsea seutuhnya. Menjadikan cewek itu ibu dari anak-anaknya, masih terlalu dini tapi tak ayal pemikiran itu membuat Aden tersenyum lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raden (New Version)
Teen FictionNEW VERSION Aden, sebagai pemeran utama yang bertindak sebagai cowok konyol -bukan bermaksud tidak serius-. Pecicilan, walau terkadang suka mewek kalo nggak Ada orang. Chelsea, sebagai pemeran utama cewek. Sadis, ciumable, moodboosternya Aden tentu...