Ingatan

12 1 0
                                    

     Setelah wanita itu pergi meninggalkannya, Erina berfikir akan perkataan wanita itu apa ia pernah mengenal seseorang lalu melupakannya begitu saja.

      Ia berfikir sambil membawa kursi rodanya mengelilingi taman. Ia melewati pohon yang sangat besar dan ia berhenti, tangannya memegang pohon itu dan ia melihat goresan yang tertera pada pohon tua itu.

     Dipohon itu terdapat gambar anak kecil serta tulisan, tapi karna goresan itu sudah lama jadi pudar. Ia mencoba mengingatnya namun tak bisa.

     Ia terus berfikir kenapa semua orang yang ada disini mengatakan bahwa ia pernah menemui seseorang disini. Tapi ia tetap tak mengingatnya.

     Hari demi hari ia lewatkan diRS untuk memulihkan kondisi fisiknya. Ia sudah bisa berbicara walaupun sedikit-sedikit. Dan ia mencoba untuk berjalan karena saat kecelakaan itu terjadi kakinya lumpuh untuk sementara.

"Erina mungkin beberapa hari lagi kamu sudah diperbolehkan untuk pulang"
"Benarkah dok ?" Suaranya yang begitu pelan.
"Iya, tapi apa kamu masih belum mengingatnya ?"
"Anu maaf dok saya tak mengingatnya" merasa bersalah.
"Ah tak apa toh nanti kamu juga ingat, kalau begitu saya kasih klue "Namaku yang paling kau benci didunia ini namun aku orang yang paling kau butuhkan nanti"  itu pesan darinya untuk mu"
"Terimakasih sudah memberi klue padaku dok, tapi kenapa dokter dekat dengannya ?"
"Jika kau mengingatnya kamu pasti ingat denganku.

     Wanita itu meninggalkan ruangan Erina dan mrlambaikan tangannya.
Ia hanya bisa berbaring dan mengngingan kenangan yang lalu agar wanita itu tak meneteskan air matanya saat bertemu dengannya.

     Hari demi hari ia lalui sampai akhirnya ia diberbolehkan untuk pulang, namun ia masih belum mengingatnya. Karena ini hari terakhirnya diRS ia menemui dokter (wanita itu) itu diruangannya sebelum ia pergi dan mrnyampaikan sesuatu.

"Permisi, eh terima kasih dok telah merawatku sampai aku sehat"
"Iya, itu kan memang tugas seorang dokter"
"Tapi saya minta maaf karena belum mengingatnya, tapi saya akan usahakan"
"Gak usah dipaksakan rin toh nanti kamu inget lagi"
"Ah iya dok, oh ya sampai jumpa lagi dok"
"Iya, hati-hagi ya. Satu hal lagi "sebelum pergi mampirlah ke taman karena disana ada petunjuk kenangan itu" "
"Baiklah. Termia kasih"

     Setelah ia mendengar kata-kata dokter ia segera pergi ketaman dan mencari petunjuk itu namun saat ia mencarinya ia tak menemukan pegunjuk sama sekali.
"Apa dokter salah bicara ya, aku sudah mencarinya tapi" gumamnya.
Lalu ia memutuskan untuk pulang karena hari mulai larut.

     Sesampainya dirumah ia berbaring karena sudah lama ia tak merasakan aroma kamarnya serta suasananya.

     Keesokanya ia pergi kesekolah, ia pergi melewati jalan yang sama, menghirup udara yang sama, dibawah langit yang sama.

     Sesampainya ia langsung pergi menuju kelas dan langsung duduk. Temannya Mentari menyapanya.

"Erina T.T hiks hiks maaf gua gak jenguk elu, soal gak ada waktu"
"Enggak apa apa ko tar"
"Wuehhh elu bisa omong rin ?" Terkejut.
"Iya tar, aku bersyukur bisa bicara lagi"
"Enak dong, ayo kapan-kapan kita pergi ke karaoke" semangat.
"Baiklah"
"Oh ya ini semua tugas dan catatan yang lu tinggalin, selama ini gua ngerjain mati-matian demi ini T.T hiks hiks"
"Makasih tari, aku akan menyalinnya dengan cepat nanti"

     Sekarang kehidupannya berbeda dari yang sebelumnya, ia bisa bercanda tawa dengan orang lain tanpa harus menggunakan tulisan. Tapi sayangnya ia masih memiliki rasa benci pada hujan. Ditengah pelajaran sekilas ia memikirkan Eren.
Apakah Eren sudah masuk ?
Bagaimana kabarnya ?
Apa aku harus menemuinya dan memberitahunya kalo aku sudah bisa bicara ?

"Rin lu ngelamun apaan ?" Membuyarkan lamunanya.
"Tidak ada"
"Pasti dia kan ?"
"Dia siapa"
"Kakak kelas Eren Hujaniar"
"Eh ... em iya kok tau" sambil menggaruk kepalanya dan memalingkan wajahnya.
"Tau dong mentari gitu loh"
"Iya, omong-omong sekarang dia masuk kah ?"
"Tidak, gua juga gak tau kenapa rin. Pihak sekolah juga menutupinya. Tapi yang gua heranin ia selalu ada dibsennya"
"Gitu ya... kemana perginya ? Gumamnya"
"Pulang nanti ikut gua ya rin penting"
"Iya tar"

      Sepulang sekolah sesuai rencana mereka pergi ke suatu tempat yaitu taman yang pernah dikunjungi Erina dan Eren. Dan itu tempat terakhir bertemu dengannya. Erina menemani Tari temanya disana ternyata Tari sedang berkencan dengan kekasihnya.

     Karena Erina tak mau mengganggunya ia pergi duduk ditaman dekat dengan air mancur dan dibawah pohon. Ia menunggu cukup lama disana.

"Erina nunggu lama ya ... eh kok ilang anaknya. Apa gua jahat ya suruh dia nemenin date gua. Mentari bodoh masa ada yang mau jadi obat nyamuk."

"Pesan diterima : Erina
Maaf tar aku pulang gak pamit, ada urusan mendadak. Sekali lagi maaf ya"

"Erina bodoh seharusnya gua yang minta maaf ah sudalah dia juga udah pulang"

Ikuti terus ceritanya
Jangan lupa vote n comment minna

    

HUJAN dan RAINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang