Seseorang yang membenci hujan karena hujan telah membuat hidupnya sengsara. Penuh dengan hinaan, iri, dendam, etc.
Akhirnya ia mulai menyukainya karena seseorang yang berarti dihidupnya.
Tapi ia menyadari keberadaan seseorang itu dengan terlamb...
Setelah hari itu Erina selalu menyempatkan diri untuk menemui Eren. Mereka terlihat sangat senang disana. Mereka selalu bercanda tawa bersama.
Tapi sayangnya ini yang terakhir
Erina POV
Aku sangat senang melihatnya tersenyum kembali tapi kenapa denganku, ada perasaan yang aneh saat melihatnya. Perasaan yang akan sangat menyakitkan untuk aku kenang, mungkin.
Hari itu seperti biasa aku pergi ke tempatnya, tempat yang sangat sepi dan nyaman untuk kita berdua. Tapi entah kenapa ia tiba-tiba mengajaku.
"Rain ayo kita pergi" "Kemana hujan ?" Jawabku. "Berkencan" dia tersenyum. "Tapi kau harus istirahat" aku sangat menghawatirkannya. "Kumohon ini yang terakhir" katanya.
Saat aku melihatnya memohon seperti itu, sakit sekali. Dan aku menerima ajakannya. Dia mengajaku pergi menaiki sepeda berkeliling disana.
Kami berdua berhenti dipadang yang penuh dengan bunga. Disana bunga-bunga bertebaran seperti salju. Saat itu aku melihat tubuhnya yang semakin kurus, rambutnya yang mulai menipis.
Tak ku sadari dia telah menungguku cukup lama dan aku tak bisa berbuat apapun untuknya bahkan kali ini saja aku tak berani melihat matanya.
Karena aku takut kehilangannya, takut untuk merindukannya, takut untuk menyatakan perasaanku padanya. Aku sangat takut melakukan itu semua. Tapi kenapa ia selalu berbuat lebih padaku.
Dia orang pertama yang mengulurkan tangannya untuk ku. Dia orang pertama yang menerima keberadaanku. Dia orang yang pertama yang mengisi kekosongan hatiku.
Tapi apa yang ku buat untuknya ... hanya saja masalah. Ku mohon maafkan aku.
"Rain kemarilah !" Teriaknya.
Lamunan ku buyar karena terikannya itu. Teriakan yang sehangat matahari. Tapi kenapa seperti itu ?
"Hei Rain kau masih membenci hujan kah ?"
Pertannyaan yang ingin ku hindari, tapi jika aku tak menjawabnya apa reaksinya. Dan bodohnya aku hanya diam tak bisa berkata apapun.
"Oh masih benci rupanya, ternyata luka mu masih ada ya. Apa yang kulalukan selama ini sia-sia" katanya sambil tersenyum.
Saat melihatnya waktu itu raut wajahnya seperti orang yang kalah dalam pertempuran tapi demi orang lain ia menutupinya dengan senyuman.
Memang, lukaku tak akan pernah hilang karena kau hidupku berantakan. Karena kau juga aku bertemu dengannya. Aku benar-benar benci dengan hujan.
"Bagaimana dengan ku ?" Tanyanya. "Eh ?" "Kau sangat membenci hujan kan ? Bagaimana dengan ku, apa kau membenciku ?" "Itu tidak benar" ku membantahnya. "Kau itu berbeda dengannya, kau itu hangat" jawaban yang klise kan.
"Tapi kau membenci hujan" matanya terlihat berbeda saat mengatakan itu. Dan aku merasa ada angin yang menusuk tubuhku, sakit.
"Aku benci hujan tapi aku tak membencimu hujan" kata-kata itu keluar dari mulutku begitu saja. Waktu itu aku sangat malu tapi dia ...
"Syukurlah ... " ia merasa lega saat ku menjawab pertanyaannya.
Kumohon jangan kau rebut Hujan dariku, kumohon kali ini saja ...
Aku memohon pada hal yang paling kubenci, tapi mau bagaimana lagi karena dia orang yang kucintai.
Jadi kumohon jangan mengambilnya dariku, karena ...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.