"Kenapa ? Aku sebodoh ini. Kenapa aku tak percaya padamu dan kenapa aku ... melupakannya. Padahal kau sudah ..."
Hiks hiks hiks Erina menangis tersedu-sedu karena ia menyesalinya. Ia tahu bahwa ini sudah terlambat, tapi ia harus segera meminta maaf untuk semuanya. Semua yang telah ia lupakan.
Sebelumnya
"Mentari lama sekali, aku akan menunggunya disini"
Erina menunggu mentari yang sedang berkencan, ia menunggu dengan membaca novel kesukaanya. Suasana yang sejuk serta angin yang datang membuat daun berguguran dan membentuk melodi yang indah.
Ia menutup matanya sejenak karena suasana itu sangat hangat. Tiba-tiba angin bertiup kencang, pita rambutnya terlepas dan terjatuh di dekat surat kecil yang tertutup daun.
Erina memegangi rambutnya yang terurai oleh angin dan ia mengambil pitanya, namun saat ia melihatnya. Ia langsung penasaran dengan isi surat itu, apakah ada seseorang yang meninggalkanya untuk penerima itu atau hanya lelucon belaka.
Ia langsung mengambilnya "maaf ..." ucapnya. Perlahan tanganya mulai mengambil surat itu. Akan tatapi ia takut untuk membukanya, ia menggigit ibu jarinya karena ragu.
"Ku buka atau tidak ya, tapi jika surat itu punya orang lain aku akan minta maaf nanti, dan aku akan mencari tau penerima surat itu.
Jika memang benar itu surat yang penting dan bukan lelucon.
Tapi kenapa tanganku gemetar, dan jatungku berdegup dengan kencang. Perasaan apa ini, aku ragu"Dengan tekadnya ia mencoba membranikan diri untuk melihat isi surat itu. Dan ia membaca semua lembaran yang ada di surat itu dan ia meneteskan air mata.
Ia menghapus air matanya yang keluar dan melanjutkan membaca surat itu lagi dan lagi. Ia mengulanginya beberapa kali. Tanpa pikir panjang ia berlari dari tempat itu dengan menggenggam surat itu sambil menangis.
Ia terus mencari dan mengingatnya tapi ia tak menemukan satu petunjukpun. Ia mulai putus asa tapi ia yakin pasti bisa menemukannya.
Keesokannya ia tetap mencarinya sampai ia mendapatkannya. Ia tau bahwa dirinya bersalah waktu itu jadi ia ingin meminta maaf.
"Sampai kapan aku harus seperti ini ? Kumohon datanglah satu petunjuk saja" katanya.
Ia pun berjalan menyusuri sungai saat senja karena disanalah tempat yang paling nyaman menurutnya. Ia berhenti dipohon besar.
Pohon itu tua, besar, dan rindang. Ia berbaring di rumput sebagai alasnya dan dedaunan sebagai atapnya. Saat itu angin senja yang menyejukan perlahan membuat matanya tertutup.
______________________________________
"Hei apa yang kau lakukan di atas pohon ?"
Suara yang tak asing bagiku tapi siapa ? Eh ...? Bukannya itu aku tapi kenapa aku ... ?"Hei kau tak mendengarku ya !"
Dia siapa ? Sepertinya aku kenal dengan adegan ini."Turunlah nanti kau jat ..."
Brukkk !!!
"Sudah ku bilang kan dasar gadis ceroboh"
Aku mengingat kejadian dimana aku jatuh dari atas pohon tapi dimana ?"Eh kau menangis ? Tapi kenapa kau tak berteriak kesakitan. Padahal kakimu berdarah banyak"
Apa aku waktu itu bertemu dengab seseorang ya, setahuku aku cuma menangis. Argh ingatanku samar."Jangan-jangan kau gadis bisu yang dibicarakan paman tadi"
Siapa bocah laki-laki itu ? Oh ya waktu itu aku memang bisu dan kata itu paling kubenci dasar."Eh jangan menangis kumohon. Jika Bunda ku tahu kau menangis di depanku, aku bisa dimarahi"
Maaf jika aku waktu itu tak membalas pertanyaanmu."Nah sekarang tenanglah dan tersenyum. Oh ya nama mu ?"
Waktu itu aku menuliskannya ya. Ku pikir dulu tak ada yang memperhatikanku."Rain mau jadi temanku ?"
Aku menerimanya ya. Eh kenapa aku meneteskan air mata."Rain maaf aku tak bisa bermain dengan mu lagi"
Eh kenapa ?"Aku harus pergi, oh ya jika kita bertemu lagi aku akan membantumu dan aku yang akan memanggilmu Rain" tersenyum.
"Dan ya aku akan mengingat semua tentangmu Rain, kau juga harus mengingatku janji" bersemangat.
_______________________________________
"Eh ? Kenapa wajahku basah ?" Mengusap wajah.
"Mimpi kah ? Jangan-jangan bocah itu ... ? Kumohon maafkan aku sekali lagi maafkan aku"----- & -----
Jangan lupa klik
☆ n Comment
KAMU SEDANG MEMBACA
HUJAN dan RAIN
Short StorySeseorang yang membenci hujan karena hujan telah membuat hidupnya sengsara. Penuh dengan hinaan, iri, dendam, etc. Akhirnya ia mulai menyukainya karena seseorang yang berarti dihidupnya. Tapi ia menyadari keberadaan seseorang itu dengan terlamb...