"Jadi maunya yang mana?"
"Lagunya virgoun sama medley soundtracknya drama Reply 1988."
Masih keras kepala dengan jawabannya, tentang lagu apa yang akhirnya akan mereka tampilkan di pensi pekan depan. Dari dua bulan yang lalu, Dinda dan Samantha sudah latihan dengan berbagai macam lagu, sampai akhirnya mereka harus menentukan 2 lagu yang pasti. Sebenarnya Samantha tidak begitu keberatan, tapi mengingat lagu kedua adalah lagu dari luar negri, Samantha tidak yakin Dinda bisa menghapal keseluruhan liriknya. Walaupun Samantha sangat tahu bahwa Dinda ini gila korea, tapi dia yakin was wes wosnya Dinda berbicara korea selama ini hanya asal-asalan, asal tangkap telinganya Dinda saja.
"Serius? Mau yang medley itu?"
"Iya! Kenapa sih? Kamu keberatan? Chordnya susah?"
"Bukan masalah chord, tapi kamu udah hafal belum liriknya?"
"Alah itu sih soal gampang."
Katanya tersenyum menyebalkan sambil mengambil selembar kertas berisi lirik lagu yang Dinda tulis tangan sendiri.
Dinda sangat yakin, karena dia sudah hapal di luar kepala saking seringnya memutar lagu-lagu itu. Ditambah membaca liriknya dari Google. Lagi pula jika salah lirik tidak akan banyak yang protes, tahu sendiri populasi pecinta musik K-pop di sekolahnya tidak begitu banyak.
"Pokoknya Virgoun sama Reply 1988!"
Samantha mengambil nafas dalam, mau tidak mau mengikuti kemauan gadis ini. Si keras kepala Adinda.
"Iya sayang iya. Ayo cepet latihan keburu sore, mau pulang."
SAYANG
Perlu di garis bawahi, setiap Samantha menyelipkan kata sayang di percakapan mereka, Dinda akan hilang fokus. Dan sekarang harusnya tidak boleh, karena mereka akan latihan untuk pensi, tentu saja Dinda harus fokus.
Dinda mengambil nafas dalam-dalam pura-pura pemanasan padahal berusaha meredam detak jantungnya yang menggila.
Gadis ini tidak se jomblo itu, sebenarnya dia pernah pacaran - jika jadian hanya empat hari bisa di sebut pacaran. Ya intinya, Dinda tidak pernah serius pacaran dan hal-hal berbau romantisme benar-benar asing baginya, kecuali romantis-nya drama korea. Jadi dipanggil sayang sekali saja langsung salah tingkah seperti ini. Bukan karena Dinda menyukai Samantha, tapi karena Dinda tidak bisa di panggil sayang. Oke, hanya itu.
"Medley dulu ya, Virgoun gampang."
Samantha memperbaiki duduknya mencari posisi yang nyaman dengan gitar dipangkuannya. Mereka berdua duduk bersampingan di atas sofa kecil tempat Dinda menonton TV di kamarnya. Sementara Dinda berdeham, bersiap benyanyi setelah berusaha kembali fokus
Petikan gitar dari Samantha menjadi Opening, kemudian mulai masuk suara Dinda yang lembut dan merdu menyatu dengan suara gitar yang Samantha mainkan dengan lihai.
nae gyeoteman meomulleoyo tteonamyeon andwaeyo
geurium dugo meonameon gil
geudae mujigaereul chajaol sun eopseoyoDinda menyanyikan satu paragraf lagu pertamanya kemudian gerakan jemari Samantha begitu lincah menyambungkan chord pada lagu berikutnya. Seterusnya seperti itu sampai 5 lagu Dinda nyanyikan dalam waktu kurang dari 3 menit.
saedeureun wae naragana
barameun wae bureoona
nae gaseum modu taewo jul su issneun geon
ojik sarangppun
ojik sarangppun
sarangppun sarangppuneoril jeok neolpgeman boideon
jobeun golmokgire
dajeonghan yet chingu
nareul bangyeo dallyeooneunde
jinagan geoseun jinagan daero
geureon uimiga issjyo
tteonan iege norae haseyo
huhoeeopsi saranghaessnora malhaeyoeonjegan gagetji pureureun i cheongchun
jigo tto pineun kkotip cheoreom
dalbalgeun bamimyeon changgae heureuneun
nae jeolmeun yeongaga guseulpeo
Lagu berakir dengan dentingan panjang dari gitar Samantha sebagai penutup. Tiba-tiba suasana menjadi hening, saling bertatap kemudian tertawa.
"Tuh kan keren, ini baru latihan loh."
Dinda sangat puas, menurut perkiraannya penampilannya kali ini akan sukses besar. Musiknya yang easy listening jadi tidak akan menjadi masalah meskipun banyak yang pertama kali mendengarnya. Oke, Dinda benar-benar sudah siap untuk Pensi sabtu nanti.
"Lanjut Virgoun atau besok aja?"
Samantha bertanya sebelum meneguk jus mangga yang tadi di persiapkan oleh tante Dewi- Ibunya Dinda. Dinda ikut mengambil gelas satunya, meminum sampai setengah tandas. Kerongkongannya cukup kering setelah bernyayi dan sempat salting tadi.
"Lusa aja, besok kan kamu tanding."
"Ya bisa pulangnya."
"Enggak lusa aja, selesai tanding besok kamu istirahat dulu."
Samantha hanya mengangguk setuju. Lagi pula ini itu Dinda, si keras kepala. Sekali mengatakan A maka harus tetap A.
"Yaudah aku pulang ya. Gitarnya aku simpen disini."
"Iyaa."
Dinda mengantar Samantha sampai gerbang depan. Menatapi Samantha bersiap dengan helmnya sampai motornya hilang di belokan jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST FRIEND
Teen FictionTentang aku dan dia yang wanita. Tentang aku dan dia yang katanya sepasang sahabat. Tentang aku dan dia yang saling menepis perasaan. Ini semua tentang aku dan dia.