EMPAT BELAS

4.2K 279 36
                                        

Warning: typo, gaje





BRUK

Samantha menendang pelan daun pintu di depannya, sementara kedua tangannya masih berusaha menyangga paha Dinda yang sekarang dengan manisnya menempel di punggungnya. Alis matanya sedikit mengernyit begitu melihat seisi kamar Dinda, ada yang berbeda dari terkahir kali Samantha mengunjungi kamar ini.

Dinding sebelah utara yang tepat berhadapan dengan pintu masuk sedikit berubah. Awalnya di sana kosong, hanya di tempel wallpaper motif dedaunan kering khas musim gugur. Tapi sekarang pin board yang panjang dan lebar ikut mengisi dinding disana. Dan seluruh permukaannya di tempel dengan foto Dinda dan Samantha.

Dinda yang berada di punggung Samantha menggoyang-goyangkan kakinya mendapati Samantha malah berdiri melamun memperhatikan papan panjang itu.

"Saa! Malah bengong."

Samantha tersentak begitu Dinda bersuara, gadis itu segera menjatuhkan pelan tubuh Dinda di atas ranjang.

"Kakinya masih sakit?"

Samantha kembali memijat pelan pergelangan kaki Dinda yang membengkak, kemudian mengoleskan sebuah salep yang dia beli saat perjalanan pulang pada bagian yang memar. Dinda memekik tertahan begitu tangan Samantha menekan pergelangan kaki Dinda terlalu keras.

"Pelan-pelan Samantha!"

"Ini udah pelan loh Din, panggil tukang urut aja ya? Kalau di biarin malah tambah parah nanti."

"Iya nanti aku minta mamah panggilin." Jawabnya dengan bersungut-sungut.

Samantha menyimpan salep tadi di atas meja nakas dekat tempat tidur Dinda. Matanya tertarik pada kumpulan fotonya dengan Dinda. Fotonya terlalu banyak, sampai-sampai Samantha tidak ingat kapan foto-foto itu mereka ambil

"Ini foto pas kapan Din?"

Samantha berbalik menatap Dinda yang tengah melepas ikatan rambutnya. Rambutnya yang sekarang tergerai terlihat sedikit berantakan. Anggap saja Samantha gila, tapi di matanya Dinda benar-benar terlihat jauh lebih cantik dengan rambut berantakan seperti itu.

Sudah gila memang. Samantha memilih kembali fokus dengan foto-foto tadi dari pada sibuk memikirkan perkara tentang beratakannya-rambut-Dinda.

"Itu pas di Pangandaran, liburan semester kemarin."

Samantha mengangguk teringat momen saat itu. Dimana Dinda dengan tidak warasnya mengajak Samantha menuju sebuah dermaga reyot hanya untuk mengambil sebuah foto saja. Walaupun hasilnya memang bagus, pemandangan di belakang mereka terlihat sangat indah dan rambut-rambut mereka yang berterbangan tertiup angin membuat keduanya terlihat seperti model iklan shampoo.

"Padahal liburan sekarang pengen kesana lagi. Tapi kakinya malah gini."

"Makannya panggil tukang urut biar cepet sembuh."

"Iyaaa, nanti pas mamah pulang, Samantha bawel ih!"

Dinda mendumel sambil mengangkat sebelah kakinya yang bengkak ke atas kasur kemudian mengusap-usap pergelangannya pelan. Sedikit meringgis ketika tangannya tidak sengaja menekan bagian yang membengkak

"Sa, minta tolong dong."

"Apa?"

Dinda menyengir sambil menunjuk lemari pakaian dengan dagunya.

"Tolong ambilin baju aku di sana, susah jalannya."

Samantha mengangguk kecil kemudian beranjak menuju lemari baju yang tidak biasanya tersusun rapih. Mengambil sepasang baju di antara tumpukan pakaian di sana lalu melemparnya pelan ke arah tempat tidur, tapi malah tepat menimpuk wajah Dinda. Samantha malah cekikikan mendengar Dinda mulai mengomel sementara dia kembali fokus pada foto-foto tadi

JUST FRIENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang