Detik-detik menuju pembagian rapor. Seharusnya gugup luar biasa, tapi kelas Dinda santai saja. Seperti biasanya memutar musik dari speaker kelas. Kali ini volumenya sedang, karena kelas mereka paling dekat dengan ruang guru dan di sana para guru sedang melaksanakan rapat singkat sebelum pembagian rapor.
Pembagian rapor untuk semester ganjil memang biasanya lebih santai, tidak ada orang tua murid yang datang dan rapor yang di bagikan hanya berbentuk selembaran dalam sebuah map. Tidak seperti semester genap nanti yang akan lebih serius dengan kedatangan para wali murid.
"Din kira-kira lo bisa masuk 3 besar lagi nggak?"
"Nggak, kayanya cuma 5 besar atau 7 besar. Soalnya kemarin UTS, gue nonton drama korea terus."
"Anjir. Gue yang belajar semaleman aja paling cuma 15 besar."
"Karena gue belajarnya gak cuma pas mau test, tapi tiap hari. Malem sebelum test cuma baca-baca selewat biar inget lagi. Emangnya lo belajar sistem kebut semalam gitu."
"Iya nyai."
Dhita menyesal bertanya, karena akhirnya harus kembali mendengar kultum dengan sedikit bumbu sombong dari Dinda. Tapi memang Dhita kagum pada manusia di sampingnya yang sedang bermain Hay Day pada ponselnya itu. Lihat saja, kerjanya hanya nonton korea, main game anak-anak, baca novel romansa tapi tidak pernah absen dari posisi 10 besar di kelas.
"Menurut lo Akbar dapat posisi pertama lagi nggak?"
"Gak tau. Dia susah di tebak."
Memang laki-laki itu sulit di tebak dan penuh kejutan. Dhita setuju, apalagi soal gossip Akbar yang menyukai Dinda. Benar-benar sulit di tebak dan sukar di terima akal sehat.
"Btw, dia beneran suka sama lo?"
"Siapa sih yang nggak suka sama gue?"
"Anjing."
"Ya gapapa, gue juga lebih suka kucing sih."
"Setan."
"Itu lebih bagus. Gimana kalo misal setan suka sama gue? Ketempelan mulu kali gue."
Dinda berhenti dari kegiatanya mengurusi perkebunan pada gamenya. Beralih menengok ke sampingnya dimana ada Dhita yang wajahnya sudah super kesal. Dan perempuan itu hanya terkekeh sambil mengusap-usap punggung Dhita.
"Sabar ya temenan sama gue."
***
Parkiran yang semula sepi perlahan mulai ramai. Di penuhi dengan siswa dan siswi yang berbondong mengambil kendaraanya. Masing-masing membawa sebuah map berisi nilai-nilai dan angka ranking mereka. Ada yang tersenyum cerah dengan tangan medekap rapornya, ada yang bermuka masam ogah membuka kembali rapor itu dan ada juga yang santai menenteng-nentengnya masa bodo.
Dinda temasuk yang memeluk rapor dengan senyum mengembang tidak lepas dari bibirnya. Duduk di salah satu kursi kayu panjang dekat parkiran. Menunggu seseorang yang lagi-lagi ada urusan dengan club futsal. Katanya ada pertandingan antar junior pekan depan jadi harus sedikit mengatur jadwal latihan. Heran, padahal sudah libur semesteran tapi masih ada pertandingan merepotkan itu.
Meskipun kesal pada club futsal Samantha itu, tapi tidak menghilangkan rasa senangnya yang jauh lebih besar. Setiap lima menit sekali Dinda membuka rapornya, melihat angka-angka di sana dan satu buah angka yang merujuk pada posisi rankingnya semester ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST FRIEND
Подростковая литератураTentang aku dan dia yang wanita. Tentang aku dan dia yang katanya sepasang sahabat. Tentang aku dan dia yang saling menepis perasaan. Ini semua tentang aku dan dia.