Dinda kembali lagi melihat layar ponselnya. Lagi-lagi tidak ada notif line dari Samantha, hanya chat dari OA, grup kelasnya, grup olshop langganannya dan beberapa lagi yang menurutnya tidak penting. Ini sudah satu jam semenjak Dinda meninggalkan lapangan tadi. Membiarkan Samantha dan Albi berduaan di sana. Ugh.
Padahal tadi Samantha bilang akan menyusul ke kelasnya, tapi sampai sekarang pun gadis tinggi itu tidak kunjung terlihat. Dinda ingin menyusulnya ke lapangan, tapi malas, panas. Akhirnya sambil menunggu dia bernyanyi tidak jelas di kelas, bersama sisa-sisa temannya yang masih bertahan di sekolah.
Seperti biasa speaker kelas sudah nyaring terdengar. Lagu-lagu yang terputar dari sana dinyanyikan satu kelas yang bahkan tidak dengan formasi lengkap, tapi tetap saja bising. Kali ini lagu yang baru saja rilis terdengar intronya, anak-anak kelas itu mulai heboh mulai menyanyikan bait pertama. Kemudian we don't talk anymore pun berganti genre penjadi rock. Beberapa murid yang melewati kelas mereka berkerut dahi.
lagi ada kerasukan massal ya?
Bahkan dari jarak 10 meter Samantha berjalan pun, suara ricuh-ricuh itu sudah bisa ia dengar. Dan tanpa harus melihat, Samantha yakin jika suara itu berasal dari kelas Dinda.
Samantha berhenti tepat sebelum sampai di pintu masuk kelas Dinda. Sedikit gugup untuk mengunjungi kelas itu, karena isinya rata-rata manusia aneh. Ehm, kalian tahu, teman-teman Dinda memang sedikit aneh. Samantha sering kali mendapati tatapan mengerikan jika sekali-kali mendatangi kelas itu. Tatapannya seolah Samantha adalah manusia hidung belang yang siap menerkam Dinda setiap dirinya mengajak gadis itu pergi dari kelasnya.
Kadang ada celetukan tidak masuk akal dan menyebalkan tiap mereka melihat Samantha dan Dinda berduaan. Dan karena perbuatan mereka itu, mulai beredar gosip soal hubungannya dengan Dinda. Samantha tidak sepenuhnya menyalahkan teman sekelas Dinda, karena memang tanpa celetukan mereka pun kedekatan Dinda dan Samnatha sedikit berbeda dari sepasang sahabat yang lain.
Tapi, tentu saja Dinda dengan dirinya tidak pernah terlibat hubungan seperti itu. Samantha masih sangat waras. Dinda adalah orang yang sangat Samantha sayangi. Kalaupun Samantha benar-benar memiliki perasaan seperti itu, dia tidak akan melibatkan Dinda. Biar Samantha sendiri yang menanggung perasaan terlarangnya dan membiarkan Dinda menjadi gadis normal pada umumnya.
Tapi Dinda sudah tidak normal, Sam.
Sementara itu, teman kelasnya sendiri berada di kubu berbeda dari kelas Dinda. Hobi mereka adalah menjodoh-jodohkannya dengan Albi. Atau, jika sedang tidak ada kerjaan, Samantha sering mendapat rekomendasi murid laki-laki sekolah high quality dari teman sekelasnya. Katanya si A pintar, anak OSN. Katanya si B tampan dan anak konglomerat. Atau si C yang katanya taat ibadah.
Semata-mata karena mereka ingin Samantha jadi perempuan normal dan pacaran dengan anak laki-laki.
Tapi, Samantha tidak banyak peduli. Dia bisa mengontrol perasaannya sendiri tanpa harus pacaran dengan lawan jenisnya. Samantha sudah cukup pintardan waras untuk bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Okay cukup sampai disini, karena Samantha sendiri sudah ruwet dengan pikiran-pikirannya itu.
"Ngapain lo ngumpet gitu? Maling ayam?"
Samantha tersentak mendengar suara serak dari seseorang di belakangnya. Suaranya sedikit keras membuat anak-anak dari kelas sebelah yang kebetulan sedang nangkring di depan kelasnya menatap aneh pada keduanya. Lebih tepatnya menatap aneh orang yang bersuara tadi. Bagaimana ceritanya ada maling ayam di sekolah? Seekor ayam saja tidak pernah terlihat eksistensinya di sekolah tercinta ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
JUST FRIEND
Teen FictionTentang aku dan dia yang wanita. Tentang aku dan dia yang katanya sepasang sahabat. Tentang aku dan dia yang saling menepis perasaan. Ini semua tentang aku dan dia.