❀ twelve

8.5K 1.3K 144
                                    

"Temen-temen, yang belum bayar kaos besok bayar ya. Kaos udah mau jadi nih," seru Siyeon membuat seisi kelas berhenti beres-beres sebelum pulang.

"Berapaan?" tanya cowok 1.

Mina menghela nafas. "Kan kemarin udah dibilangin. Yang pesen lengan pendek 55k, yang lengan panjang 60k."

"Yang udah bayar siapa aja?" tanya cowok 2.

"NGGAK USAH NANYA YANG UDAH BAYAR SIAPA MENDING KALIAN BESOK BAYAR!" Mina mulai marah.

"Ini kita pesen di tempat yang sepi pesanan dan hasilnya oke juga. Kalian udah dikasih yang bagus dan cepat jadi tapi malah nunda-nunda bayar," keluh Siyeon dengan wajah melas.

Mina yang disampingnya udah habis kesabaran. Gimana nggak? Yang bayar baru 16 anak dari 32 anak. Nasib Mina jadi bendahara.

"Ketua udah bayar belum?" tanya cowok 3.

"Udah dari awal," jawab Renjun santai.

"CIEEEEEEEEEE," seru seisi kelas kecuali anak-anak cewek.

"Kalau yang ngurusin Siyeon si ketua cepet," cetus cowok 2.

Mark memasukkan pulpen satu-satunya miliknya ke dalam tas. Biasalah anak laki-laki pada nggak punya tempat pensil. Asal masukin aja satu pulpen sama satu pensil. Masalah hilang atau udah habis tinggal pinjem terus lupa dibalikin.

"Rin, mau bikin tugas kimia kapan?" tanya Mark sambil memakai jaket.

"Terserah aja sih. Rumah kita deket jadi gampang," jawab Arin yang masih sibuk memasukkan alat tulisnya ke dalam tempat pensil. Maklum aja alat tulisnya lengkap. Pulpen, pensik, pencil tic, tip-x, stabilo, spidol, rautan, staples, solasi, lem, dan masih banyak lagi. Alat tulisnya sering dipinjem satu kelas. Cukup alat tulisnya aja yang digilir jangan sampai orangnya juga.

"Gua ngikut lo aja. Mau dimana bikinnya?" tanya Mark yang duduk diatas meja sambil lihatin Arin yang sibuk membereskan buku.

"Di sekolah aja. Gua kalau waktunya pulang mending pulang aja nggak usah bikin tugas kelompok segala macem," jawab Arin.

"Berarti tiap malem lo nggak belajar?" tanya Mark menggelengkan kepala.

"Belajar sih kalau ada pr sama ulangan," Arin memasukkan bukunya ke dalam tas, nggak lupa tempat bekal tupperware juga.

"Tadi lo bilang kalau udah waktunya pulang ya pulang aja nggak usah bikin tugas segala macem," kata Mark mengulang ucapan Arin.

"Bukan gitu," Arin memeriksa kolong mejanya ada sampah atau nggak. "Kalau malem baru belajar atau bikin pr. Emangnya mau bikin tugas kelompok malem-malem? Gua sih ogah."

"Terus lo kalau bikin tugas biasanya kapan?" tanya Mark-lagi.

"Bikin di sekolah. Kecuali kalau tugas print-out kaya makalah biasanya dibagi tugas. Yang cari materi ini siapa, yang cari materi itu siapa. Ntar tinggal di print ukuran kertasnya sama. Pas di sekolah tinggal di jilid. Selesai," Arin mengumpulkan semua sampah ke dalam plastik bening bekas gorengannya.

"Ooo gitu. Enakan gitu. Lo pernah besoknya ulangan tapi di rumah nggak belajar?" tanya Mark yang tangannya asyik memainkan kunci motornya.

"Pernahlah. Jangan pikir gua rajin belajar meskipun cewek. Kok lo banyak nanya sih?" tanya Arin mendongakkan kepala menatap Mark.

"Habis gua ajak ngomong lo sibuk beresin ini-itu. Daripada gua diem lihatin lo," jawab Mark. Daritadi diajak ngomong nggak dilihatin gimana nggak greget.

Arin salting di tempat. Matanya nggak kedip.

"Nggak usah ge-er!" Mark menjentikkan jarinya di hadapan muka Arin. "Ayo bikin kimianya sekarang."

silly boy ─ mark lee × arin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang