❀ thirty one

8.9K 982 342
                                    

"Rin lo udah dijemput belum?" tanya Chaeyoung.

"belum, Chae. papa bilang masih perjalanan," jawab Arin.

Arin dan Chaeyoung menunggu giliran mengambil koper masing-masing. teman-teman nggak sabaran mau cepet nempel sama kasur di rumah. mereka jadi ganas begitu turun dari bus.

efek udah dijemput orangtua jadi begini. maklumin aja.

Chaeyoung membantu Arin mendapatkan kopernya. setelah mendapat koper, Chaeyoung dan Arin berjalan bersama──menunggu di pinggir jalan.

tas ransel yang dibawa Arin dijadikan ia sebagai tempat duduk. sedangkan Chaeyoung nggak masalah duduk di trotoar.

"Rin, gua udah dijemput. lo nggak apa-apa sendirian?" tanya Chaeyoung menggendong ransel di pundak.

Arin mengangguk lalu melambaikan tangan sebagai salam perpisahan──sampai bertemu besok di sekolah. Chaeyoung menepuk bahu Arin sebagai balasan.

Chaeyoung berjalan mundur sambil melambaikan tangan. ia tidak tega meninggalkan Arin sendirian disana.

berakhirlah Arin menanti papa menjemput. tadi bilangnya perjalanan tapi nggak sampai juga. Arin udah bete nungguin papa yang nggak kunjung datang. tapi Arin nggak boleh marah. hari ini papanya rela ninggalin tugas akhir bulan demi jemput Arin yang nggak berani pulang naik taksi.











"sendirian?" suara seseorang yang tiba-tiba berdiri di sebelah Arin.

Arin mendongakkan kepala. oh, Mark.

"iya," jawab Arin singkat.

Mark melirik ke bawah. yang ia dapati hanya atas kepala Arin saja. Mark berdehem. kini mereka berubah menjadi canggung semenjak sarapan tadi.

mereka tidak ingin berbicara satu sama lain. bukannya tidak ingin, tapi mereka tidak tau harus berbicara apa.

Arin memainkan tali gelang yang melingkar pas di tangannya. Mark sendiri mengetuk-ngetuk atas koper dengan jemarinya.

mereka sama-sama menunggu dijemput tapi tak kunjung datang.

"hhhhh lama banget jemputnya," hela Mark modus berjongkok di sebelah Arin.

Arin menelan saliva saking gugupnya. sampai tak disengaja Arin tersedak air liurnya sendiri.

"uhuk uhuk," Arin menepuk-nepuk dada supaya baikan.

"masuk angin?" tanya Mark tanpa memasang ekspresi khawatir.

Arin menggelengkan kepala karena tak mampu mengeluarkan kata-kata.

diam. semuanya kembali diam. satu persatu teman Arin dan Mark dijemput. tapi mereka berdua masih menunggu dengan bosan disini.

"lo heran nggak Rin?" Mark membuka obrolan.

Arin menoleh. "apa?"

"heran aja jepit yang gua kasih bisa hilang."

deg

Arin nggak tau harus jawab apa. karena Arin sendiri juga nggak tau kenapa jepitnya bisa hilang. padahal sudah jelas ia taruh di dalam tas tapi saat dicari jepit itu entah kemana perginya.

"lo suka sama Chanhee ya?" Mark terus melontarkan pertanyaan.

"Mark, Chanhee itu cuma temen," jawab Arin nggak tahan karena semua orang menganggap dirinya dan Chanhee memiliki hubungan spesial.

Mark menganggukkan kepala.

"santai aja Rin, gua cuma nanya. orang-orang banyak yang ngomongin kalian pas di Bali," terang Mark melemparkan kerikil di dekatnya ke jalan.

silly boy ─ mark lee × arin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang