"kaosnya mana Mark?" tanya Arin begitu sampai didepan BK.
Mark melempar kaos study tour milik Arin. Arin menerimanya sekali tangkap. dibuka bungkus plastik kaos, dilihat label ukuran kaos itu. L. sesuai pesanan Arin.
"mmm ini ... kita jadi pulang bareng?" tanya Arin tanpa memandang Mark.
Mark bangkit dari duduk. jalan melewati Arin. terus tangannya,,
gandeng tangan Arin.
"ayo keburu jalannya macet."
asdfghjkl Arin ngga tau harus bilang apa.
dengan santai Mark gandeng tangan Arin menuju parkiran. tapi model gandengnya kayak nyeret Arin. terserah cogan kan ya.
setelah menemukan motor Mark, Arin berdiri kaku disamping motor Mark. Mark memakai helm dan me-stater motornya.
mata Mark dan Arin bertemu begitu Mark noleh ke Arin.
"ngga bawa helm?" tanya Mark.
"bawa, eh itu ngga bawalah. kan anu gua pulangnya naik itu, bis," jawab Arin terbata saking saltingnya.
meskipun Mark pakai masker bisa dilihat Mark tersenyum melalui matanya.
"ayo naik,"
Arin bersiap naik ke motor sambil jinjing rok. tapi tangannya bingung harus pegangan pundak Mark atau ngga. bingung. tangannya ragu-ragu mau pegang bahu Mark.
Mark menyodorkan tangan kirinya ke belakang.
"buruan naik. pegangan sini atau pegangan sana?"
kalau suruh pilih Arin pilih dua-duanya. pegangan sini dapet tangan Mark, pegangan sana dapet bahu Mark.
rejeki nomplok aduyyy.
"pegang yang sana aja deh," Arin bertopang pada bahu Mark ketika akan naik.
ini jantung Arin ngga kontrol. degap-degupnya kenceng.
duh Mark denger suara jantung gua ngga ya?, batin Arin
di jalan Mark dan Arin sama sekali ngga ngomong. Mark fokus nyetir (boong ini mah dia lagi mikirin topik), Arin lihatin sekitarnya (ini sih dia berusaha menghindar dari kaca spion. takut Mark lihat mukanya yang salting).
ngenggggg
Mark tancap gas. anjir ini sih dia sengaja biar Arin nubruk punggungnya.
"jangan bengong woi!" seru Mark. suaranya sedikit terhalang oleh masker jadi ngga begitu keras.
"apaan ih!" Arin gebuk punggung Mark. Arin kalau salting selalu kelihatan.
"saltingnya tolong kontrol. ini lampu merah neng," perkataan Mark membuat Arin malu kuadrat.
begitu lampu udah hijau, mereka ngga ngomong lagi setelah itu.
entah kenapa, Mark bisa tau rumah Arin. padahal jarang main. terakhir waktu mereka masih sd. di jalan juga Mark ngga nanyain 'rumah lo dimana Rin?'. ngga nanya dulu masih di rumah yang lama atau pindah.
Arin seneng aja Mark ingat rumahnya. hehew.
"yang ini kan?" tanya Mark begitu sampai di rumah Arin.
"iya kok lo masih inget?" Arin balik tanya.
"apa sih yang ngga aku inget tentang kamu,"
gombal parahhhhhhh.
Arin menampol wajah Mark yang udah terlepas dari helm dan masker.
"dasar!" ketus Arin.
"yaudah sana masuk," Mark menunjuk pagar rumah Arin dengan dagunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
silly boy ─ mark lee × arin ✔
Fanficgua yang tulus bisa apa? ©2016, markchalatte