1| Gastaseno Ganindra

206 14 0
                                    

"Kemarin lo udah belajar belom, Ta?" Tanya Nina saat mereka sedang berjalan bersama di koridor yang belum terlalu ramai karena hari masih begitu pagi saat mereka berdua menginjakkan kaki di sekolah.

"Kayanya sih, belom." Jawab Ata santai.

Nina menggeplak pundak Ata.
"Lo gimana, sih. Lo 'kan hari ini ulangan Fisika, kalo lo gak bisa jawab gimana?!"

Ata meringis. Nina memang feminin, tapi pukulan tangannya yahud juga. Heran si Ata.

"Udah, Kanjeng Ratu. Gue udah belajar," Ata mengusap hasil kejahatan pacarnya ini. "Ini sakit, tau gak."

"Lo duluan, sih. Gue nanya serius lo malah becanda. Gue 'kan gak mau lo nyontek sana-sini karena gak belajar semalem." Ucap Nina.

"Cie, perhatian nih, ceritanya." Ucap Ata menjahili Nina.

"Au, ah. Bete sama lo."

"Cih, ambekan. Kaya ABG yang lagi labil aja."

"Serah, lo, Ta. Serah."

Dan Ata mengedikan bahu. Bukan Ata tak peduli, tapi Nina memang suka seperti ini. Nina senang membesar-besarkan apapun. Tadi Ata bercanda saja, Nina bisa ngambek.

Mungkin hari ini Nina sedang PMS, makanya sensitif, begitu pikirnya.

                             ***

"Mampus, gue." Bisik Ata pada dirinya sendiri. Ia meremas rambutnya sendiri, kebiasaannya bila sedang bingung.

Pagi ini kelas Ata memang ulangan Fisika. Ata tadi malam sudah belajar, menghapal rumus, serta menyimak contoh-contoh soal. Namun masalahnya, Ata salah mempelajari bab!
Harusnya ia belajar bab 4, tapi kemarin ia malah belajar bab 5. Tentu saja ia tak mengerti apapun sekarang. Pantas saja kemarin ia merasa aneh saat membaca contoh soal.

Ia mengedarkan pandangan ke sekitar. Teman-temannya sedang sibuk menulis dan beberapa juga nampak stress seperti Ata. Ata menatap Rego, salah satu sohibnya. Ia sedang menulis dengan heboh, bibirnya sampai komat-kamit tidak jelas bagai Mbah Dukun. Bukan berarti Rego sangat pintar di Fisika, tapi ia sedang menyalin jawaban Sandra, pacarnya.

Enak banget tuh, anak!

Sedangkan sahabatnya yang satu lagi, Joni, sedang leha-leha di mejanya. Tampaknya ia sudah selesai. Ata yakin laki-laki itu menjawabnya secara asal-asalan. Tak mungkin tidak, terbukti setiap pembagian hasil ulangan Fisika, ia akan ditegur oleh Bu Ismi, guru Fisika mereka karena jawaban Joni yang melenceng jauh.

Dan matanya tiba-tiba berbinar cerah ketika ia teringat pada Ali, si jagoan fisika di kelas Ata yang notabene juga sohibnya. Sekelebat ide muncul di otak Ata. Bahasa lebaynya, seperti ada bohlam yang bersinar terang diatas kepalanya. Tanpa aba-aba, Ata langsung memanggil Ali dengan jurus 'pssst, pssst' andalannya.

Ali menoleh dengan tampang bertanya. Senyum Ata mengembang.
"Gue nyontek, dong?" Bisik Ata.

Dengan ringannya Ali menyodorkan jawabannya. Ata langsung menjulurkan tangannya lebih panjang agar bisa menjangkau 'harta karun' dari Ali. Benar 'kan dugaan Ata? Ali pasti udah selesai.
Ata tersenyum sejuta dolar pada Ali, sedangkan Ali mengacungkan jempolnya.

"Buruan salin, ntar keburu ketauan." Ucap Ali tanpa suara.

Walau Ata sama sekali tak tau Ali berkata apa, tapi ia tetap mengangguk dan mulai mengerjakan.

Dikit lagi, nih batin Ata begitu sudah 70% mengerjakan soal. Namun tiba - tiba ...

"Gastaseno Ganindra!" Ucap suara yang sudah tak asing lagi di telinga hampir semua murid di SMA Wijaya karena terlalu seringnya berteriak. Siapa lagi kalau bukan Bu Ismi.

Gastaseno [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang