16| Mendekat lagi

73 10 0
                                    

Hari ini Nina sudah masuk. Cepet banget emang ni anak sembuhnya. Ata sampe iri, eh.
Mereka saat ini sedang duduk berdua di kursi yang ada di koridor IPA. Tapi yang mereka lakukan malah sibuk dengan ponselnya masing - masing. Bukan mengobrol atau sejenisnya, untuk sekedar melepas rindu misalnya.

"K-kak Ata, ya?" Satu suara pelan seorang gadis tiba - tiba terdengar.

Nina mendongak keatas dan menemukan seorang gadis yang nampaknya masih kelas 10. Ata tak acuh, ia malah makin sibuk dengan ponselnya. Nina kembali menatap adik kelas itu. Tampang gadis itu sudah tak enak. Mungkin karena gugup atau bagaimana dan sekarang ditambah dengan Ata yang mengacuhkan panggilannya. Nina menyikut lengan Ata hingga ia menoleh.

"Apaan sih, Nin? Ganggu aja lo."

"Noh. Ada yang manggil juga, bukannya nengok malah main HP." Tunjuk Nina dengan dagu.
Ata mengikuti arah pandang Nina.

"Kak Ata, 'kan?" Tanya gadis itu lagi.

Ata melirik nama yang terjahit rapi di seragamnya lalu menoleh kearah gadis itu lagi.
"Bukan. Nama gue Seno." Ucapnya ngawur.

"Huss. Jangan dengerin dek. Namanya Ata kok," balas Nina,
"Yang bener dong."

Ata menarik napas dan membuangnya perlahan.
"Iya gue Ata. Ada apa ya nyari gue?" Tanyanya sok cool.

"I-ini kak," gadis itu menyodorkan amplop warna pink pada Ata. "Buat kakak." Ucapnya sambil menunduk.

Ata menerima amplop itu. Wangi ternyata. Wanginya Nina aja kalah. Tapi tak berapa lama, gadis itu malah langsung lari. Di kejauhan gadis itu malah tampak melompat girang di hadapan seorang gadis lain yang kayaknya temannya.

"Apaan tuh?" Tanya Nina.

"Sop iga, Nin." Balas Ata.

Nina mencubit lengan Ata dengan keras.
"Gue serius!"

Ata meringis kesakitan. Sudah pernah Ata bilang 'kan kalau cubitan Nina ini ajib?
"Ya amplop lah, Nin. Udah keliatan banget gini, masih aja nanya."

"Iya gue tau itu amplop, Ta. Tapi isinya apaan. Gitu!"

"Yaudah gue buka dulu."

Ata mengeluarkan sebuah kertas dari dalam amplop itu. Ternyata isinya surat cinta. Ata senyum - senyum sendiri membaca isinya. Persis seperti anak SMP yang baru pertama kali dapat surat cinta. Nina hanya bisa memutar bola mata. Harusnya ia tau kalau itu isinya pasti surat cinta. Yang ngasih sampe gugup gitu. Mana warnanya pink, lagi. Wangi pula.
Ah, masih ada saja gadis khilaf yang menyukai makhluk aneh macam Ata ini. Bukan berarti Nina tidak menyukai Ata sih.

"Bagus. Ni anak kayaknya anak bahasa. Diksi yang dipake bagus, tepat. Tanda baca juga." Komentar Ata.

" ... "

"Mau baca juga, Nin?"

"Gak!"

"Kenapa? Bagus loh, ini."

" ... "

"Cie, cemburu!"

"Apasih? Mana ada gue cemburu."

"Alah, mata lo gak bisa boongin gue."

"Sotoy."

"Yang penting cogan."

"Au ah, gue mau ke kelas aja."

Nina langsung saja berdiri meninggalkan Ata di kursi koridor. Ata bukannya mengejar, malah sekarang sibuk siul - siulin cewek - cewek yang lewat. Mana cewek - cewek itu keliatan excited banget, lagi, pas digituin Ata. Suka kesel sama Ata.

Gastaseno [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang