20| Ata Kembali

84 7 1
                                    

Nina berjalan di koridor sambil memeluk buku paket fisika. Sedari tadi, ia tak henti - hentinya curhat dengan bersungut-sungut pada Mia yang saat ini sedang berjalan di sebelahnya. Mia yang mendengarkan curhatan sahabatnya hanya manggut - manggut.

Bukan karena ia menyimak apa yang sahabatnya ini katakan. Melainkan karena saat ini ia sedang mendengarkan lagu dari headset yang ia pasang di telinga kiri, sehingga Nina tak menyadari hal itu. Mia melakukan itu bukan tanpa alasan, gadis itu bahkan menjadi orang pertama yang memeluk Nina saat sedih. Hanya saja, saat ini, Mia lelah. Pasalnya, dari dua hari yang lalu, Nina tak henti-hentinya menggerutu karena Ata yang tak kunjung menampakan batang hidungnya di hadapan Nina.

Nina berbicara sambil menatap lurus ke depan. Gadis yang hari ini mengikat rambutnya menjadi seperti ekor kuda itu sama sekali tak mau menengok pada Mia. Ia terlalu fokus pada topik yang menjadi 'pelanggan' setia otaknya sedari lima hari yang lalu itu.

Menyadari bahwa Mia sama sekali tak menanggapi ucapannya, Nina memutuskan untuk menoleh. Namun alangkah terkejutnya ia saat melihat siapa yang berada di sebelahnya. Gadis dengan bulu mata panjang itu menghentikan langkah. Ia cengo.

Seorang lelaki tinggi tegap berdiri di sebelahnya. Senyum geli menghiasi wajahnya. Kedua alis mata yang tebal itu pun naik. Memandang jahil kearah Nina. Bibir Nina mengerucut, ia kesal sekaligus kaget melihat lelaki itu. Maka sebagai gantinya, ia menggeplak lengannya.

"Lo tuh ngagetin, tau gak, Li! Gue kira Mia. Taunya malah lo."

Ali tertawa geli. Ia geleng - geleng kepala. Sementara di sebelahnya, Nina sedang cemburu maksimal. Jadi yang tadi ia ajak curhat itu Ali? Bukan Mia? Astaga, Nina malu abis.

"Kok bisa ada lo? Mia mana? Bukannya tadi gue bareng dia?"

"Lah?" Alis Ali naik satu, namun masih terlihat geli seperti tadi. "Kan tadi lo yang bareng dia. Kenapa malah nanya gue?"

"Ish, serius guetuh!"

"Ok, ok," Ali menghentikan tawanya. "Tadi waktu gue abis dari toilet, Mia ngeliat terus nyamper gue. Dia bilang, kalo dia ada urusan bentar sama si Edo. Tapi berhubung gak enak karena daritadi lo nyerocos mulu, jadi dia nyuruh gue buat nemenin lo jalan sambil curhat. Yaudah deh, gue setuju, setuju aja. Gue mah fleksibel." Ujarnya santai.

Nina berdecak sebal. Mia ini!

"Gini deh, supaya lo gak kesel lagi. Gue punya sesuatu," tutur Ali. "Eh? Sesuatu atau apaan ya, namanya?" Ia menggaruk rambutnya yang sebenarnya tidak gatal.

"Ah, pokoknya gue punya something yang bakal bikin mood lo membaik. Gimana?"

"Gak mau," tolak Nina.

"Ck, yaudah sih, mau aja."

"Gue gak mau!"

"Tapi gue yakin lo bakal suka!"

"Gak,"

"Ah, lama lo." Ali dengan tidak sabar, menarik tangan Nina agar mau ikut dengannya. Nina yang ditarik paksa-walau tidak sakit sih-meronta agar lepas. Tapi Ali tak peduli. Ia tetap menarik Nina, dan baru dilepaskan saat keduanya sampai di depan kelas 12 IPA 2.

"Masuk gih." Suruh Ali.

"Ngapain sih?"

Ali kembali berdecak.
"Ck. Lo ini ya. Lama banget tinggal gerak doang. Kuy ah."

Nina hanya bisa memutar bola mata saat tangannya lagi - lagi ditarik. Nina hanya pasrah saat kakinya melangkah di lantai kelas.

"Ta! Dicariin Nina, nih."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 22, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Gastaseno [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang