4| Ulang tahun Mia

102 8 0
                                    

"Ayok turun." Ucap Ata pada Nina.

Mereka sekarang sudah sampai di depan rumah Mia. Tadi sebenarnya Ata telat jemput setengah jam, katanya macet. Tapi hari ini Nina gak ngomel. Takutnya merusak suasana.

Mereka berjalan bersama. Tangan Nina menggandeng lengan Ata, seperti pasangan pada umumnya. Malam ini mereka tampak serasi. Ata memakai tuxedo hitam lengkap dengan dasi kupu - kupu, sedangkan Nina memakai gaun tak berlengan yang juga berwarna hitam, lengkap dengan sepatu hak, yang sebenarnya terlalu tinggi menurut Ata.

Tak lama mereka sudah sampai di taman belakang rumah Mia, tempat acara dilaksankan. Kedua remaja itu kemudian menghampiri si yang berulang tahun dan mengucapkan selamat. Nina langsung memeluk sahabatnya ini dan cipika - cipiki. Ata sendiri hanya tersenyum dan bersalaman. Gak mungkin 'kan Ata ikutan meluk? Apalagi cium. Bisa ngamuk nanti Ibu Negara.

"Gue nyamperin Joni sama Rego dulu, ya, Na. Lo ngobrol aja dulu." Ucap Ata yang sebenarnya malas kalau mendengarkan cewek - cewek yang ngobrol, karena biasanya dia dicuekin.
Nina mengangguk, sedangkan Ata menghampiri 2 sahabatnya itu.

Acara pun dimulai. Entah apa permintaan Mia sebelum meniup lilinnya. Setelah itu, gadis yang hari ini genap berusia 18 tahun itu menyuapi mama papanya lalu beralih ke Edo, pacarnya.

Acara dimulai jam 8 dan selesai jam 11 malam. Semua orang yang diundang pulang karena besok masih hari sekolah, begitupun dengan Nina dan Ata. Sebelum pulang, Nina sempat - sempatkan melakukan ritual khas cewek. Yaitu peluk trus cipika - cipiki. Ata tersenyum pada Mia dan Edo lalu berjalan kearah mobilnya.

***

Setelah masuk mobil, mobil Ata berjalan dengan kecepatan sedang. Padahal sebenernya ia selalu ngebut kalo bawa kendaraan, entah itu mobil, motor, bahkan sepeda. Mungkin kalau Ata jadi tukang bajaj atau angkot, ia akan sering ditilang. Tapi berhubung ini sudah malam, jadi gak boleh ngebut. Takutnya nabrak, soalnya 'kan gelap.

Ata sesekali menengok kearah Nina yang daritadi diam saja, tidak cerewet seperti biasanya.
Maka tanpa aba - aba, Ata memelankan laju mobilnya lagi.
Ata tau Nina ngantuk berat karna ia gak biasa begadang. Tidur saja, Nina paling mentok jam 10 malam.

Tak lama Nina mengubah posisi duduknya menghadap kearah Ata yang sedang sibuk menyetir.
Ata yang merasa ditatap, tiba - tiba memberhentikan mobilnya di pinggir jalan. Lalu ia ikut menatap Nina.

"Kenapa?" Tanya Ata.

Nina tersenyum.
"Makasih ya gaunnya, gue suka banget."

Ata mengangguk, tersenyum tipis dan menatap mata Nina yang mulai redup karna ngantuk. Tiba - tiba Nina memajukan tubuhnya dan memeluk Ata. Ia menghirup aroma parfum milik Ata yang menurutnya sangat menenangkan. Ia memejamkan mata dan bersandar di bahu Ata.
Ata sempat memeluk balik, namun tak lama, karna ia melepaskan pelukannya.
Nina cemberut.

"Kenapa sih? Ini 'kan gak ada orang, cuman kita berdua, bukan tempat umum juga," ucap Nina sebal. "Jadi gak mungkin ngundang perhatian."

"Justru karna gak ada orang dan kita juga cuman berdua, makanya jangan pelukan lama - lama. Ini udah malem. Nanti kalo ada apa - apa gimana? Masih mending kalo yang lewat polisi, dia cuman bakal 'ngira' kita ngapa - ngapain. Nah, kalo yang lewat setan gimana? Bisa ngapa - ngapain beneran." Jawab Ata panjang lebar bak pak Ustadz.

Nina terdiam. Benar juga kata Ata. Nanti kalo ada setan lewat 'kan bisa berabe urusannya.

"Udah, mukanya gak usah kaya tokoh antagonis yang baru tobat gitu. Gak pantes. Mending sekarang kita pulang, udah setengah 12," ucap Ata sambil melihat jam tangannya. "Lo tidur aja. Nanti kalo udah nyampe gue bangunin." Tutur Ata lagi.

Nina menggeleng. Ata menaikkan satu alisnya.
"Gausah parno, gue gak bakal macem - macem. Sumpah deh. Mending lo tidur, mata lo udah redup banget."

Gadis itu mengangguk.
Nina sebenarnya bukan takut Ata macam - macam. Jangankan macam - macam, cium pipi Nina aja jarang. Nina menggeleng tadi karna ia gak tega sama Ata. Masa Nina enak - enak tidur, sedangkan Ata capek nyetir. Dengan terpaksa Nina mulai memejamkan matanya. Ia hanya tak mau Ata ngoceh lagi karna keras kepala Nina. Ata udah capek. Kalo ngomong lagi, bisa - bisa ia makin capek. Kasian anak orang. Ibu bapaknya lagi kerja. Ehhh.

Nina terbangun karena tepukan di pundaknya. Matanya terbuka enggan. Ia mengerjap beberapa kali agar bisa menerima cahaya yang ada disekitar. Hal pertama yang ia lihat adalah sepasang mata coklat terang milik Ata. Ternyata tadi ia benar - benar tidur. Padahal rencananya merem doang.

"Turun yuk? Udah sampe." Ucap Ata lembut.

Nina mengangguk pelan dan turun dari mobil Ata yang ternyata berhenti di depan garasi rumahnya. Nina tersenyum tipis dan mengucapkan terimakasih pada Ata, yang dibalas senyuman juga. Setelah itu Ata pulang dan Nina langsung masuk rumah agar bisa cepat - cepat tidur di kamar.

A.n

Update juga akhirnya setelah aku tinggal off bentar.
Semoga suka ya.

Keep vote

Gastaseno [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang