Drrt.. drrt..
"Yeoboseyo?"
"Tae, apa kau sudah kembali dari supermarket?"
"Ya, aku sudah dekat dengan kos, kenapa?"
"Mm, aku lupa memintamu membeli detergen, sudah habis," suara Yoongi terdengar dari seberang.
"Ahh, hyung! Ini sudah malam aku harus, kem- Ck, baiklah. Tapi kau harus mengganti uangku nanti!"
"Begini caramu berterimakasih pada seseorang yang setiap hari mencucikan baju baumu?"
Taehyung mendengus, "Arasseo!"
"Ah, merepotkan!" Ia menggerutu. Kemudian menendang batu kerikil di depannya.
"Aww!"
Batu itu mengenai seseorang. Taehyung terkejut. Ia tidak menyadari ada orang di dekatnya, yang akhirnya menjadi korban tendangan batu kerikil Taehyung barusan. Batu kerikil itu mengenai dahi seorang perempuan. Lecet. Taehyung pun menghampirinya.
"Um, joeseonghamnida. Gwaenchanhayo?" Taehyung sedikit membungkukkan tubuhnya untuk melihat wajah perempuan di depannya yang sedang menunduk sambil mengelus-elus luka di dahinya. Ketika perempuan itu akan mengangkat wajahnya. Ia tiba-tiba tampak kaget, sepersekian detik setelah melirik wajah Tae.
"Ahh, a-aku, tidak apa-apa. Maaf," kata perempuan itu seraya meninggalkan Tae yang masih pada posisi membungkuk. Ia terlihat buru-buru.
Taehyung akhirnya menegakkan tubuhnya. "Lah? Kenapa malah dia yang meminta maaf? Untuk sesaat Taehyung tak memedulikannya, hingga baru beberapa langkah ia berjalan, tiba-tiba dirinya terhenti seperti menyadari sesuatu.
"Itu, tadi.."
Taehyung merogoh kantongnya dan menelepon Yoongi.
"Hyung, aku pulang sedikit terlambat."
"Hah? Kena-"
Pip.
Taehyung menekan-nekan layar dan menelepon yang lain.
"Iya, hyung. Ada apa?"
"Kookie, ayo, temani aku keluar sebentar."
•••
"Dahyun! Kenapa lama sekali?" Teriak Tzuyu dari atas sofa di depan televisi. Ia sedang menonton drama sambil memakan camilan.
"Ah, Eonnie. Mian," kata Dahyun sambil melepas sandalnya di depan pintu. Dahyun meletakkan belanjaannya di atas meja. "Ini, aku beli jus juga," Dahyun mengatakkannya kemudian duduk di sebelah Tzuyu, teman sekamarnya.
"Ahhh~ Gomawo, Dahyun. Huh, sayang sekali kau baru datang. Tadi saat lelaki itu menghampi- Hei, kenapa itu dengan dahimu?!" Tzuyu yang sebelumnya sedang menunjuk-nunjuk layar televisi, langsung menatap dahi dan mata Dahyun berturut-turut. Dahyun memalingkan wajahnya.
"Bukan apa-apa, aku tadi, ee.. menyenggol pintu supermarket. I-iya, pintu supermarket," Dahyun meyakinkan.
"Jangan bohong! Kau tidak pandai berbohong, tahu! Itu berdarah!" Tzuyu cepat-cepat beranjak dari sofa dan menuju ke tempat kotak P3K disimpan. "Aku sudah lama mengenalmu. Jadi, mau berusaha membohongiku seperti apapun juga itu percuma, tau," Tzuyu mengocehi Dahyun. Tangannya sibuk mengobati luka Dahyun dengan kapas dan obat merah.
"Jadi, katakan yang sebenarnya," Tzuyu meminta penjelasan. Kemudian meminum jusnya.
"Aku bertemu dengannya.."
"Siapa?"
"Taehyung Oppa," tatapannya kosong.
"Ah, Tae.. Hah? Taehyung?"
"Iya."
"Terus? Apa hubungannya dengan luka lecetmu ini?" Tanya Tzuyu seraya berjalan untuk mengembalikan kotak P3K.
"Itu.. Tadi tiba-tiba saja saat perjalanan ke mari ada kerikil yang mengenai dahiku. Lalu Taehyung oppa mendatangiku dan meminta maaf. Dia yang menendang kerikil itu. Dan ketika dia mendekatiku, aku langsung cepat-cepat pergi. Sepertinya dia tidak menyadari itu aku," jelas Dahyun panjang lebar.
"Huftt.." Tzuyu mengambil bungkus camilan dan kembali menonton drama, "Mau sampai kapan kau seperti ini?Ini juga bukan cara yang benar." Tzuyu mulai mengunyah.
"Kau tidak mengerti, Eonnie," Dahyun menunduk memainkan jari-jemarinya.
"Tidak mengerti kau bilang? Selama ini kau yang menceritakan masalah-masalahmu pada kami, kita sudah seperti saudara, dan kau sudah kuanggap adikku sendiri. Tentu saja aku mengerti!" Suara Tzuyu agak meninggi.
"Kalian dari tadi ribut terus. Kenapa? ada apa, sih?" Momo yang sedari tadi di dalam kamar bermain game, tiba-tiba menjulurkan kepalanya di antara mereka berdua.
"Ahh, tanyakan saja pada Dah-"
"Heol! Dramanya sudah dimulai, ya? Dahyun, geser sedikit! Momo melompat dari balik sofa dan duduk di antara Tzuyu dan Dahyun sambil meneriakkan nama tokoh yang bermain di drama tersebut.
"Bagaimana ceritanya tadi?" Tanya Momo pada Tzuyu.
"Yang mana? Kau tanya drama atau tentang Dahyun?" Tzuyu menghela nafas.
"Hehe," Momo cengengesan, "Um, kalau begitu aku mau dengar tentang Dahyun terlebih dahulu," Momo menoleh ke Dahyun sambil tersenyum simpul.
"Bagaimana?""Hah?" Lamunan Dahyun buyar.
"Ceritamuu.. Bagaimana tadi? Aku mau dengar."
"Ah, ee, tanyakan ke Tzuyu Eonnie saja, ya? Aku mau belajar," Dahyun pun pergi menuju kamarnya.
"Hah? Belajar? Besok Minggu, kan? Wah.."
"Dia menghindar," celetuk Tzuyu.
"Menghindar? Kenapa? Apa ini tentang Jungkook?" Momo menebak. Tepat sasaran.
"Tentu saja," Tzuyu mengganti channel TV.
"Hei! Kenapa diganti?!" Momo menyerobot remote TV dan mengembalikan ke channel sebelumnya, perhatiannya mudah teralihkan. "Wah, Dahyun benar-benar nekad. Sebegitunya, kah dia mera-
Tok.. Tok.. Tok..
"Ada tamu, ya? biar aku yang bukakan," Momo beranjak dari sofa secepat kilat. Menuju ke pintu untuk melihat layar di samping pintu agar mengetahui siapa yang datang.
"Ngomong-ngomong, kenapa tidak dibunyikan bellnya saja? Kenapa justru mengetuk pintu?" Momo menoleh ke Tzuyu.
"Bellnya rusak. Suaranya tidak berbunyi. Aku sudah menulis di pintu kalau bellnya rusak. Jadi mungkin mereka mengetuknya, setelah menekan bell.
"Hei, Tzuyu," Momo tidak memalingkan wajahnya dari layar."Hm?" Tzuyu menjawab datar. Ia masih sibuk mengunyah sambil menggonta-ganti channel tanpa dosa. Mencari acara televisi yang bagus menurutnya.
"Bukankah ini Jungkook?"
Tbc.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wish You Were Here • JJK × KDH ✔
FanfictionSebenarnya cinta itu tak serumit seperti yang banyak orang katakan. Bukan cintanya, namun subjeknyalah yang memperumitnya sendiri. Asal mau saling memahami pasti semua akan berjalan dengan baik. Tapi, bagaimana jika kedua pihak sama-sama belum yakin...