3

202 24 5
                                    

Siang mulai terpampang, apalagi teriknya kian terasa. Arra mulai beranjak dari kelasnya dan berjalan ke halaman depan. Tadi pagi Jungbin berujar kepadanya untuk datang kesana setelah kelas berahkir. Rencananya kedua gadis itu akan pulang bersama.

Dengan cepat, Arra semakin memperlebar langkahnya. Sesekali ia melirik arloji yang ia kenakan. Tepatnya, sudah lima belas menit Arra terlambat untuk janji pulangnya bersama Jungbin. Bisa-bisa ia terkena marah. Yah, baru beberapa hari kenal, tapi kenyataannya seperti itulah Jungbin. Gadis itu sedikit pemarah, walau tak selalu serius. Hanya semacam rajukan ala anak sekolah dasar.

Rambut panjang dengan setelan yang Arra ingat sudah memenuhi pandangannya. Sosok yang dari belakang terlihat sangat proposional tidak bisa membodohi siapa gerangan orang dibaliknya. Arra bisa langsung mengenalinya.

"Hey," panggil Arra sambil mencolek bahu Jungbin.

Sontak saja pemilik nama langsung berbalik. Melihat Arra yang hanya memamerkan deretan gigi sambil mengepal tangan di depan dada tak membuat Jungbin luluh. Gadis itu tak kesal pada Arra, hanya saja ia kepanasan. Waktu lima belas menit benar-benar  membuat kulitnya sehitam Kim Mingyu, begitu pikirnya.

"Bin-ie, Maaf," gumam Arra. Gadis itu sudah menjulurkan tangannya untuk meminta maaf.

"Kita bicarakan ini nanti saja, sekarang kita harus pergi atau aku akan terlambat," ucap Jungbin. Gadis itu tak menampakkan raut selain lega dan juga khawatir. Ia hanya meraih tangan Arra untuk di bawanya pergi. Entah kemana tujuannya, Arra tak sempat bertanya. Tubuhnya terkondisikan untuk menyetarakan langkah dan juga irama yang dibuat Jungbin, irama terburu-buru.

Jungbin memiliki postur tubuh yang lebih tinggi ketimbang Arra. Maka dari itu, sangat sulit bagi Arra untuk menyeimbangi langkah Jungbin. Jika langkah ringan terlihat pada Jungbin. Lain halnya dengan Arra, gadis itu lebih terlihat sedang berlari.

"Bin-ie, bisa pelan sedikit," ujar Arra sedikit tersengal. Mengingat bagaimana keadaannya yang tak begitu baik, ia terlalu cepat merasa lelah.

Jungbin mengeleng tanpa melihat Arra. Gadis itu masih fokus pada satu tempat yang akan menjadi tujuannya. "Tahan sebentar, kita akan segera sampai," jawab Jungbin.

Jungbin semakin meperlebar langkahnya. Membuat Arra semakin sempoyongan. Ingin rasanya Arra menjelaskan bahwa ia sedang tak enak badan. Ia tak bisa jika terus seperti ini.

Brak!

"Akh," pekik Arra.

Tubuhnya sudah mendarat pada tanah dengan kedua tangan sebagai tumpuannya. Melihat itu sontak membuat Jungbin panik. Gadis itu langsung duduk menyetarakan diri dengan Arra. "Kau baik-baik saja?" Tanya Jungbin.

Arra hanya mengangguk dan mencoba untuk bangun. Tapi, lain halnya dengan Jungbin. Gadis itu menahan Arra untuk tetap pada posisinya. Justru dirinya kini berdiri sambil berkacak pinggang. "Yak! Kau tidak mau minta maaf?"

Arra tak paham pada siapa Jungbin berteriak. Mengikuti arah pandang Jungbin membuat Arra paham. Ada satu sosok yang berdiri tepat lima langkah di belakangnya. Ia hanya diam dan tak bergerak. Lebih tepatnya hanya menonton bagaimana keadaan Arra terjatuh setelah menabrak dirinya.

"Kau bisu? Tuli? Cepat minta maaf!" Teriak Jungbin lagi-lagi.

Arra jadi tak enak hati dengan eadaan yang sedang terjadi. Meski ia juga berharap orang di hadapannya ini segera meminta maaf dan menyelesaikan kekacauan yang terjadi.

Define ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang