26

57 8 0
                                    

Beberapa hari ini Arra disibukkan dengan pembuatan properti untuk teater. Kebanyakan waktunya di habiskan bersama dengan Chakyung dan teman-teman lainnya. Tak jarang Arra harus lembur di kampus. Ia juga bolos kerja dengan izin Bohyuk. Arra sebenarnya merasa tak enak. Ia berjanji pada Bohyuk akan mengganti dengan bekerja lembur di akhir pekan. Tapi Bohyuk melarangnya mentah-mentah.

"Eh!" Arra terkejut.

Chakyung membawakan satu botol mineral dan menempelkan pada wajah Arra. Membuat gadis itu sedikit terkejut. Arra menerima pemberian Chakyung dan mengucapkan terima kasih.

"Tak baik melamun sambil bekerja," kata Chakyung.

"Huh?"

"Iya... kau, mengecat papan ini sambil melamun. Bisa-bisa kau malah mengecat lantai dan bukannya papan ini." Chakyung merebut kuas yang di gengam Arra sambil mengerutu tak jelas.

Arra meminum airnya. Kemudian ia memilih untuk duduk santai sambil melihat bagaimana papan mulai terwarnai oleh tarian tangan Chakyung. Hari ini ia ada janji makan malam. Yorim meminta Arra untuk makan malam bersama sepupunya. Dan meski Yorim sangat Arra percaya sekalipun, ia masih ragu dengan makan malam nanti.

"Itu artinya aku menyuruhmu berhenti melamun," ucap Chakyung dengan tatapan kesal kepada Arra.

"Oh, maaf..." kata Arra.

"Cih! Sepertinya raut wajahmu itu kaku. Kau sakit?"

Arra mengeleng dengan cepat. Tapi sepertinya Chakyung tidak percaya. Ia sudah meletakkan kuasnya dan mendekati Arra. Tangannya sudah merentang untuk diletakkan di dahi Arra.

"Oy!"

Syukurlah, batin Arra. Salah satu teman mereka berteriak dan mendatangi keduanya. Dia sedikit berlari sambil membawa kertas di tangannya. "Rupanya disini," katanya.

"Ada apa, Hunjae?"

Hunjae hanya meringis dan mulai menggaruk belakang kepalanya. Gerakannya kaku dan terlihat ragu. "Bicaralah," seru Chakyung.

"Oh, begini.... Aku minta tolong pada Arra untuk jadi peran cadangan. Kalian tahu, Jung Shelin itu memilih untuk peran figurannya di sebuah drama. Dia jadi tidak pasti untuk bisa tampil jika jadwal syutingnya bertabrakan."

"Yak, gila ya?! Ini sudah jalan 50% dan dia mementingkan akting jeleknya. Artis gadungan itu..." geram Chakyung.

"Kepalaku juga hampir pecah rasanya... apalagi aku yang bertanggung jawab untuk para pemeran. Jadi, aku minta tolong ya... Arra," kata Hunjae memohon.

"Eh, tidak! Cari orang lain sana," jawab Chakyung.

"Aku bertanya pada Arra, bukan padamu. Oh, kumohon Arra.... Tidak ada orang lain yang mau menggantikannya. Kau harapan terakhir," Hunjae kini mendramatisir dengan mengepalkan kedua tangan layaknya meminta pengampunan.

Arra jadi merasa tak enak kalau sudah di mintai tolong seperti ini. Tidak ada salahnya juga mengambil peran. "Baiklah," jawab Arra.

Hunjae memberi ekspresi lega. Ia memberikan teks dialog yang berjilid kepada Arra. Tak lupa ia terus mengucapkan terima kasih dan berjanji untuk membelikan Arra set makan siang selama latihan kedepannya. Sebuah sogokan yang menarik, begitu pikir Arra.

"Mau maunya ditipu Hunjae sialan itu," gerutu Chakyung.

"Aku mau mencoba berperan juga," jawab Arra.

Chakyung yang awalnya kesal jadi merasa tak bisa berkomentar banyak. Chakyung sebenarnya hanya khawatir jika Arra jadi gelimpungan karena pertunjukkan yang tak lama lagi. Dan lagi, menghafal dialog serta berlatih bukanlah hal yang mudah. Dua aktivitas itu tidak lebih baik dari membuat properti. Karena setidaknya hanya tenaga yang dibutuhkan dalam membuat properti. Seperti itupun, Chakyung hanya bisa menghela napasnya.

Define ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang