14

104 14 2
                                    

Park Jungbin, gadis itu telah berdiri selama 2 jam untuk menunggu kedatangan Arra. Jujur saja, perasaan tak tenang menyelubunginya. Pagi tadi ia mendapati seseorang mencari Arra, katanya ada kiriman. Berhubung Jungbin tahu jika Arra sudah pergi pagi-pagi buta, jadi ia yang menerimanya.

Siapa duga jika itu sebuah amplop dengan logo rumah sakit terdekat. Jadi Jungbin khawatir sesuatu  terjadi pada Arra. Gadis itu cukup tahu jika Arra akan tetap diam jika tidak di tanya. Dan lagi, ia harus memastikan isi amplop tersebut.

Jungbin memegang amplop itu erat-erat. Terkadang menatapnya dengan lekat, lalu beralih pada koridor yang tak menampakkan sosok Arra. Jungbin mencoba bertanya pada Wonwoo palsunya, tapi ia bilang jika Arra tak ada di kedai. Jungbin kesal. Ia bertekad untuk tetap menunggu Arra sampai datang. Karena Jungbin tahu bahwa gadis itu tak punya tempat untuk bersembunyi.

"Hah...," Jungbin mendengus. Ia robohkan berdirinya yang memakan waktu tak sebentar. Ia beralih berjongok sambil memainkan tali sepatunya. Baru ia sadari jika menunggu akan selama ini. Tak lama kemudian, suara langkah ganda menggema di koridor. Jungbin sudah membuncah dengan rasa kesalnya. Tapi ia segan untuk mendongak. Jungbin hanya akan menerjang Arra dengan amarah.

Tapi bukannya melaksanakan niatan, Jungbin justru terkaget. Ada dua pasang kaki yang berhenti di hadapannya. Salah satunya, ia kenali milik Arra.

"Maaf, membuatmu menunggu," ucap Arra.

Jungbin langsung saja berdiri. Tapi ia kaget mendapati sosok asing berdiri di samping Arra. Jungbin jadi tak bisa marah. Arra tahu jika Jungbin kini jadi mematung karena adanya Hoshi disampingnya. Arra harap Jungbin tak menyadarinya. Tatapan yang dilayangkan Jungbin kepada Arra sudah menandakan jika ia ingin tahu siapa yang ada disampingnya.

"Kita bicara di dalam," ucap Arra.

Gadis itu membuka pintu kamarnya. Dan mempersilahkan keduanya masuk. Tapi Jungbin masih tetap berdiam diri. "Dia juga?" Tanya Jungbin.

"Iya, dia juga ingin mendengar isi amplop itu," jawab Arra.

Gadis itu lalu melengang masuk dan menyerahkan keputusan kepada Jungbin. Apakah gadis itu mau masuk atau tidak. Arra menyibukkan dirinya pada dapur. Membuat dua cangkir teh panas dengan gula batu. Sejenak ia mendengar pintu di tutup. Diikuti dengan langkah kaki yang memasuki kamarnya.

Arra menuju tempat yang ia sebut sebagai ruang tengah. Lalu ia meletakkan teh yang sudah ia buat di hadapan kedua orang yang saling duduk berhadapan.
"Silahkan di minum," ucap Arra.

Arra masih di ikuti oleh tatapan dari Jungbin. Ia jadi tak nyaman dan akhirnya mendudukkan diri di samping Jungbin. Setelah hening beberapa saat, Jungbin kemudian meletakkan amplop itu di tengah-tengah mereka. Hoshi yang terlalu gatal hampir saja meraih dan mencoba membuka isi amplop itu. Tapi tangan Jungbin menahannya dengan tambahan tatapan dingin. "Kau siapa?" Tanyanya.

Hoshi memundurkan tangannya. Ia masih tak membuka topinya. Tapi ia sudah berniat untuk menunjukkan dirinya. Karena ia yakin meskipun Arra bilang jika gadis dihadapannya ini seorang pengemar grupnya, tapi ia terlihat tak akan mengusik dirinya di masa depan.

"Kuharap kau menyiapkan jantungmu," ucap Hoshi.

Jungbin melebarkan matanya. Pendengarannya tak salah lagi. Ia sudah ratusan kali mendengar lagu grup kesayangannya. Ia tak pernah gagal untuk membedakan suara setiap membernya.

Jungbin menatap Arra. Ia ingin gadis itu bicara, tapi nyatanya Arra hanya menunduk dan enggan membalas tatapannya. Jungbin jadi merasa gugup.

Apalagi Hoshi kemudian membuka topinya. Rambutnya acak-acakan tapi matanya sudah mengisyaratkan siapa dia. Jungbin terdiam masih tak percaya. Lalu, Hoshi beralih pada masker yang menutup sebagian wajahnya. Adegan ini sangat mendebarkan bagi Jungbin. Seolah sedang diperlambat.

Define ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang