38

54 4 2
                                    

Hoshi terus menagih janji makan bersama Arra. Meskipun Hoshi sudah istirahat dari aktivitas grup. Tapi tidak menutup kemungkinan Hoshi menjadi sasaran empuk wartawan. Pada akhirnya keduanya berakhir dengan makanan pesan antar dan memakannya di kedai Bohyuk yang sudah tutup. Arra memilih pasta dan teman-temannya sebagai makan malam. Setelah memakannya, Arra bahkan terang-terangan merasa terharu karena sudah sekian lama sejak terakhir kali makan carbonara, kesukaannya.

"Pelan-pelan, aku tidak akan memintanya." Hoshi menyodorkan selembar tisu kepada Arra. Gadis itu menerima tisu, lalu menyeka mulutnya.

Keduanya tak banyak bicara ketika makan bersama. Lebih tepatnya karena Arra terpaku dengan makanannya sendiri dan Hoshi yang lebih senang memandangi Arra makan dengan lahap. Sampai akhirnya tak ada lagi yang tersisa di piring.

"Kau benar sangat suka dengan Carbonara?" Tanya Hoshi. Dan Arra mengangguk.

Tiba-tiba Hoshi sudah lebih dulu mengusap sisa cream dari Carbonara yang tertinggal di sudut mulut Arra. Gadis itu sedikit terkejut dan memundurkan wajahnya. Itu membuat keadaan di antara keduanya menjadi canggung.

Untungnya, Arra segera memulai pembicaraan. "Pertunjukkan teater sebentar lagi. Aku sudah tidak sabar," kata Arra.

Hoshi tahu itu. Beberapa kali Arra membicarakan teater yang sangat dinantikannya. Pertunjukan teater dari anak-anak dari jurusan teater. Beberapa kali, Hoshi turut mengantar Arra untuk melakukan latihan. Ternyata waktu begitu cepat berlalu dan pertunjukkan itu sudah di depan mata.

Hoshi baru kali ini merasakan euforia menjadi mahasiswa. Hal yang sebenarnya ia lakukan sekadar mendapat ijazah dan wisuda. Hoshi bahkan sudah kelewat sering jika membolos dan lain sebagainnya. Toh, dia akan tetap menjadi idol, begitu pikirnya. Tapi akhir-akhir ini dirinya malu. Melihat Arra begitu semangat sekolah walaupun dia sakit.

Itu bukanlah sakit ringan. Dan meski dia akan menjadi cepat lelah atau sampai mimisan sekalipun, Arra tidak pernah benar-benar istirahat. "Kapan pertunjukannya?" Tanya Hoshi.

"Minggu depan," jawab Arra. Gadis itu dengan telaten membersihkan bekas makan keduanya dan membawa ke tempat cuci yang tak jauh dari sana.

"Boleh aku menonton?" Tanya Hoshi lagi. Ia mengamati punggung Arra yang sibuk dengan mencuci piring. Gadis itu hanya mengangguk sebagai jawaban.

"Aku akan ajak anggota grup Pria Tujuh Belas," kata Hoshi. Arra sontak membalik badan dengan tangan penuh busa sabun.

"Yang benar saja?! Nanti timbul masalah," kata Arra. Ia kembali berbalik badan dan bergegas menyelesaikan kegiatannya.

Hoshi mengeleng. Ia sedikit meregangkan badan karena kekenyangan. "Kami kan hanya menonton teater, bukan melakukan kejahatan. Lagi pula kami pasti menyamar kok. Boleh ya? Mereka terus-terusan ingin melihatmu secara langsung. Aku jadi kesal sendiri," tutur Hoshi panjang lebar.

"Aku tak mungkin mencegah. Soalnya meskipun itu teater kami mengadakannya di lapangan terbuka. Jadi rasanya cuma main drama saja." Arra mengoceh sambil membawa dua gelas dan memberikan Hoshi salah satunya.

"Diluar? Bukannya di dalam gedung serbaguna di kampus?"

"Ada masalah terkait itu. Sudah ada yang memakainya di tanggal itu dan kami kalah mendapatkan perizinan. Kalau di tunda, dosen kami yang jadi cerewet. Mau tidak mau harus di lapangan terbuka," jawab Arra. Gadis itu tampak sedikit muram.

"Kalau begitu tidak usah ikut berperan. Nanti kau kelelahan," ujar Hoshi. Ia telah menandaskan air yang ada di gelas.

"Mana bisa begitu. Lagian itu tidak masalah di luar ataupun di dalam. Meski sekecil apapun peranku, aku sangat menantikannya," jawab Arra lebih mengebu-gebu. Saking mengebunya, lagi-lagi gadis itu mimisan.

Define ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang