13

104 15 0
                                    

Sudah tiga hari. Ini adalah batas seseorang bisa marah. Jungbin dan Arra tak melakukan komunikasi semenjak malam itu. Keduanya bersikukuh untuk saling diam satu sama lain. Meski ternyata sangat sulit. Jungbin adalah tipe gadis yang keras kepala. Ia egois dan tak mau mengalah. Sedangkan Arra sendiri hanyalah gadis pendiam dan akan tetap diam meski dalam mode apapun. Itu membuat keduanya masih betah berlama-lama marah.

"Apa kau tetap mau seperti ini? Tidak merasa kasihan, euh?" Tanya Bohyuk.

Pria itu salah satu yang terkena imbas dari pertengkaran dua rekan kerjanya. Ia harus sebisa mungkin bersikap biasa seperti tidak terjadi apa-apa. Untungnya, kedua orang yang bermasalah itu tidak ditempatkan pada waktu yang sama. Jika Jungbin masuk pagi, maka Arra akan masuk sore. Dan begitu sebaliknya. Jadi ini tidak akan terlalu berat bagi Bohyuk.

"Cih, urusi saja dirimu sendiri," jawab Jungbin sambil membuang muka. Malas melihat Bohyuk yang membuat perasaannya berantakan. Pria itu sudah lama berpidato semenjak menyadari pertengkarannya.

"Wah... Wah... Bin-ie, kau kasar sekali ya pada Wonwoo oppa?"

Jungbin melirik Bohyuk. Pria itu sudah berpose layaknya Wonwoo, si idol kesukaan Junbin. Sontak saja Jungbin memecah tawa karena merasa geli dengan tingkah Bohyuk.

"Dasar Wonwoo palsu," ejek Jungbin. 

Tak lupa gadis itu mencubit sebelah pipi Bohyuk. Membuat pria itu sontak meringis. Dari laga canda yang dibuat Bohyuk dan Jungbin, tiba-tiba kedatangan seseorang. Tak lain adalah Arra yang serta merta membawa tasnya dengan kekuatan penuh.Sadar atau tidak, gadis berkerudung itu tak melirik sedikitpun Jungbin dan Bohyuk. Gadis itu bahkan hanya berjalan menuju tempat air bisa ia dapat.

"Ayo, sana minta maaf," bisik Bohyuk. Pria itu menyenggol siku Junbin dengan kasar.

"Aku? Dia yang salah kenapa aku yang minta maaf? Lagipula ini bukan jam kerjanya, kenapa kemari?" Jungbin menjawab dengan nada dingin. Beberapa kata ia tekankan agar Arra segera mendengar, tapi sepertinya itu tidak terjadi. Bohyuk yang kesal akhirnya lebih memilih beranjak dan mendekati Arra. Tapi bukannya dengan nada pelan, pria itu justru berteriak kesetanan sambil berlari ke arah Arra.

"Arra! Air..."

Arra melamun dan kehilangan fokus. Air yang ia tuang dalam cangkir sudah meluap dari meja sampai lantai. Gadis itu gelagapan dan khawatir. Apalagi ia juga kaget mendengar teriakan Bohyuk. "Maaf, akan aku bersihkan."

Arra segera berlari ke tempat dimana alat kebersihan diletakkan. Ia sudah siap untuk membersihkan kekacauan yang telah ia buat. Tapi dengan kasar seseorang telah merebutnya.

"Bin-ie!"

Jungbin menarik pel dari tangan Arra dan melemparnya tepat dihadapan Bohyuk. Artinya gadis itu yang akan membiarkan Bohyuk membersihkan kekacauan tersebut.

"Aku butuh penjelasan," kata Jungbin.

Arra menghela napa dengan dalam. Ini bukan saat yang tepat untuk bicara. Hari ini Arra sedang kacau. Ia merasa badannya semakin tak karuhan. Ditambah lagi tugas-tugas membuatnya harus terjaga sampai malam. Bekerja adalah satu-satu caranya melampiaskan lelah. Ketika ia bertemu rekan kerja dan para pelanggan, ia merasa lupa dengan sakit.

"Lain kali saja," balas Arra.

Arra berbalik badan hendak menghindar, tapi dengan sigap Jungbin menahannya. Jungbin lalu mengangkat amplop coklat tinggi-tinggi agar pemiliknya tahu. Dan dengan begitu keduanya bisa bicara. Arra mendongak dan mendapati amplop yang tak ia mengerti. Tapi begitu ia melihat secuil logo di pojok amplop, sontak matanya membulat. "Darimana..."

"Jelaskan apa maksud amplop ini terlebih dahulu," kata Jungbin. Walau tatapannya tajam, gadis itu berbicara dengan pelan. Seolah hanya berbisik dan menghindari Bohyuk bisa mendengar.

Define ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang