35

58 6 2
                                    

"Kemana sih perginya Hoshi si Happy Virus?" Bisik Dino kepada Vernon. Anggota termuda grup Pria Tujuh Belas itu hanya berbaring di ruang tengah sambil menerka-nerka apa yang terjadi di kamar Hoshi. Anggota lainnya berkumpul di dalam sana semenjak Wonwoo memberikan kabar yang mengejutkan. Bahkan ayam goreng yang sempat menjadi idaman kini mulai dingin di dalam kotaknya.

"Memangnya jatuh cinta sampai seperti itu ya? Aku bahkan tak pernah melihat Hyeong menangis kecuali saat kita menang penghargaan. Cinta membuatnya cengeng," tambah Dino. Vernon juga sama tak mengertinya dengan Dino. Tapi pria itu memilih untuk tak banyak berkomentar. Toh sudah bukan ranahnya jika berhubungan dengan romansa anggota lain. Itu terlalu privasi.

Mendengar teriakan, umpatan, bahkan tangisan dari dalam kamar Hoshi membuat pria blasteran itu menduga, cinta memang terlalu rumit. Vernon memilih menelusuri ponselnya sembari membunuh waktu. Ia adalah tipe yang jarang membuka website pencarian. Tapi ia ingin sedikit bertanya tentang cinta pada malam itu.

Tapi alangkah terkejutnya dia mendapati peringkat pencarian saat itu dengan nama anggota grupnya, Hoshi. Tanpa banyak bicara, Vernon membuka salah satu artikel dan membacanya. Beberapa adalah foto Hoshi di parkiran rumah sakit. Judulnya tidak ada kaitan dengan gadis yang ditemui Hoshi, tapi Vernon sedikit khawatir.

Ia bangkit dan masuk ke kamar Hoshi. Memberikan ponselnya pada Seungcheol dan menunggu reaksinya. "Kau tertangkap paparazi di rumah sakit. Hanya kau untungnya," kata Seungcheol sembari menunjukkan ponsel Vernon kepada Hoshi.

Hoshi merebut ponsel Vernon. Matanya membesar dan menjadi merah. "Sialan," umpatnya penuh geram.

"Lihat! Aku bahkan membuat masalah lagi. Kumohon, hyeong.... biarkan aku keluar dan menyelesaikan semuanya. Ini demi kebaikan kita semua," Hoshi berlutut di depan Seungcheol sambil menundukkan kepala.

"Kau gila! Kau pikir bisa meninggalkan kami semudah ini. Aku tidak tahu apa yang gadis itu perbuat kepadamu atau kegilaan apa yang kau alami. Tapi kutekankan bahwa aku tak akan mewujudkan keinginanmu untuk keluar dari grup ini!" Seungcheol marah. Hari-harinya dipenuhi kekesalan kepada Hoshi. Apalagi setelah kali ini ia mendengar hal gila dari pria itu.

"Hyeong!" Hoshi tampak memohon.

"Ini emosimu sesaat, Hosh! Aku akan memikirkan cara lain! Jadi diamlah!"
Seungcheol sudah tidak tahan. Pria itu keluar kamar dengan membanting pintu.

Tangis Hoshi pecah bersamaan dengan tawa yang hambar. Semua anggota lain meninggalkannya untuk memberi ruang. Tapi hanya Wonwoo yang tetap tinggal sambil memandangi Hoshi dengan miris. Wonwoo sudah lama mengenal Hoshi, tapi baru kali ini ia melihat sisi yang berbeda dari diri Hoshi. Memikirkan bagaimana ia sempat tertarik dengan Arra, Wonwoo hanya tersenyum kecut. Bahkan ia tak akan melakukan hal segila ini jika jadi Hoshi. Sebegitu besarkah cinta Hoshi kepada Arra? Padahal mereka hanya bertemu lewat hitungan jari.

"Kau mau cerita?" Tawar Wonwoo.

Pria itu mendekati Hoshi dan mengiring pria itu untuk duduk di ranjang. Wonwoo berlalu sebentar untuk mendapatkan segelas air dan memberikannya kepada Hoshi. Pria itu menandaskan air yang ada dalam sekejap.

"Bohyuk cerita semuanya?" Duga Wonwoo.

Dan Hoshi mengangguk. Tatapannya kosong dan matanya merah. Hidungnya cukup berair karena kecengengannya. "Apa separah itu?"

"Orangtuanya hilang karena kecelakaan pesawat beberapa waktu lalu. Dia terkejut dan penyakitnya tambah parah. Dia melakukan kemoterapi dan kini dia sudah tidak punya rambut...." Hoshi menghela napas. Ia mendongak sambil menatap langit-langit, berharap bisa menahan air matanya keluar lagi.

Wonwoo menepuk pundak Hoshi untuk menenangkan. Ternyata memang separah itu hal yang dilalui Arra. Bahkan Wonwoo merasa ajaib jika Arra masih mampu bertahan. Memang pantas jika Hoshi memilih untuk bertahan bersama gadis itu. Dengan penyakit seperti itu, umur tidak akan ada yang tahu.

Define ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang