8th Mossaic

261 61 0
                                        

I'm going crazy, I wanna be greedy
Even holding you and telling you I love you

♫ ♪ ♫ ♪

In Author's Eyes...

"Dia tahu tentangku, Woo Ryung."

"Dia?" Woo Ryung mengulang, tatapannya sekarang tertuju pada Jongdae yang tengah sibuk dengan beberapa buah cawan kayu di meja.

"Hyunhee. Dia tahu aku adalah seorang penyihir." Jongdae menerangkan, sementara jemarinya masih sibuk dengan beberapa macam dedaunan kering.

"Bagaimana dia bisa tahu?" tanya Woo Ryung tidak menyembunyikan keterkejutannya. Pemuda itu lantas mendekati Jongdae, meninggalkan sebilah pedang yang sedari tadi ditimangnya penuh sayang.

Tak ayal pertanyaan Woo Ryung juga membuat aktivitas Jongdae terhenti. Sesungguhnya ia juga tidak tahu bagaimana Hyunhee bisa tahu tentang identitasnya. Ia ingat benar tak ada satupun tindakannya yang menunjukkan bahwa ia berbeda, tapi Hyunhee tahu.

"Aku juga menanyakan hal yang sama pada Hyunhee." jawab Jongdae, sekon kemudian kembali melanjutkan aktivitasnya yang sempat terhenti.

"Selain aku, siapa lagi yang tahu kalau kau adalah penyihir?" Woo Ryung agaknya tengah berucap pada diri sendiri, tapi di telinga Jongdae sekarang ucapan pria itu terdengar seolah ia tengah bertanya.

"Aku tidak tahu, Woo Ryung. Aku sungguh tidak tahu."

"Lalu apa yang Hyunhee katakan?" tanya Woo Ryung kemudian.

Jongdae terdiam sejenak sebelum ia akhirnya menggeleng pelan. "Tidak ada. Ia tidak mengatakan apapun. Hanya memohon padaku untuk menolong Hyunwoo dan Pelajar lainnya."

"Dan kau setuju?"

"Ya. Aku berjanji akan menolong adiknya."

Ucapan Jongdae sekarang malah berhasil membuat Woo Ryung terlongo. Apa yang Hyunhee dan Jongdae lakukan terlampau aneh dalam pemikiran Woo Ryung. Tidak masuk akal. Ia tidak bisa membayangkan bagaimana bisa keduanya bersikap biasa saja setelah mengetahui sebuah fakta mengerikan seperti itu.

"Dia pasti sudah tidak waras."

"Siapa? Hyunhee?" tanya Jongdae memastikan.

"Ya. Tentu saja dia. Maksudku, bagaimana bisa dia sama sekali tidak terkejut karena mengetahui kau adalah seorang penyihir? Kupikir dia sudah tidak waras lagi." ucap Woo Ryung membuat Jongdae tergelak.

"Aku juga berpikir seperti itu," ucap Jongdae kemudian, "tapi entah mengapa aku merasa senang, karena setidaknya ia tak akan menjauh dariku." sambungnya membuat Woo Ryung menghembuskan nafas panjang.

"Kau senang? Kau malah terlihat lebih aneh karena merasa senang."

Hanya sebuah senyum kecil yang Jongdae berikan sebagai jawaban.

"Cinta sudah membutakanmu, hyung?" tuntut Woo Ryung. "Kau tidak ingat siapa dia sekarang? Dia sudah jadi gisaeng di istana, bersama beberapa gelintir gisaeng pilihan lainnya. Tidakkah kau tahu apa hal yang paling masuk akal untuk terjadi?"

Jongdae terdiam sejenak. "Dia akan menjadi salah satu selir Raja, begitu?" tanyanya dijawab Woo Ryung dengan sebuah anggukan pasti. "Kau sudah tahu jelas jawabannya."

Memilih membiarkan Woo Ryung berspekulasi, Jongdae menyibukkan diri dengan menata cawan-cawan miliknya di atas rak kayu kecil yang ada di meja. Sementara Woo Ryung masih menatapnya penuh tanya, sekaligus berpikir bagaimana bisa keadaan seaneh ini bisa terjadi.

"Sebelum ia menjadi selir Raja seperti perkiraanmu, aku akan mengungkapkan perasaanku padanya." ucapan Jongdae berhasil membuat Woo Ryung terperangah.

SWITCH [finished]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang