2. PURE AMOUR

4.9K 497 30
                                    

Malam itu, hal yang paling menarik untuk dilihat hanyalah langit yang tak dihiasi bintang. Ia bahkan tidak bisa menebak, kapan hujan akan turun meskipun langit tidak bersahabat. Pikiran tidak karuan, tidak ada kata yang bisa menjelaskan semuanya. Semua hanya tertahan di dalam hati, entah kapan akan meledak.

Kedatangan Kou hari ini, membuat Hinata tidak bisa konsentrasi pada pekerjaanya. Padahal besok, dia harus menghadiri grand opening di salah satu restoran yang dimilikinya.

Ia memandang flashdisk di tangan, Kou memberikan pada Hinata. Namun sampai sekarang begitu enggan untuk memeriksa.

"Apa Anda merasa sering diikuti akhir-akhir ini?" begitu kata pria itu. Ia bahkan tidak bisa merespons dan memilih bergeming. "Tuan muda Kawaki meminta saya untuk melakukan ini, dia mengatakan memiliki firasat buruk pada Anda."

Sulit sekali menjelaskan semuanya, jujur saja kalau dia begitu syok. Tanpa melihat isi rekaman di dalam flashdisk sekali pun, dia tahu siapa orang itu. "Kita tidak berpisah secara hukum." gumamnya. Mata mengarah pada foto pernikahan yang masih terpanjang di dinding kamar. Bingkai yang dilapisi dengan emas, gambar yang diambil oleh fotografer ternama. Sangat disayangkan bila harus dihancurkan.

Suara dari belakang mengalihkan perhatian Hinata, itu putranya Kawaki berdiri di ambang pintu. "Ibu," panggilnya, nada suara itu benar-benar lembut. Ia menyukai ketika putranya memanggilnya seperti itu. "Bisa kita bicara sebentar? Maaf jika aku memanggilmu di jam seperti ini."

Hinata menggeleng pelan kepalanya, "Tidak masalah," katanya. "Kau ingin minum alkohol? Kalau tidak salah Ibu menyisakan satu botol absinthe di lemari."

Kawaki tersentak, padahal wanita itu selalu menasihati agar tidak sering meminum alkohol. "Tapi Ibu ̶ ̶ ̶"

"Umurmu sudah legal," sanggah ibunya. "Tidak apa jika sekali-sekali, adikmu juga sudah tidur. Dia pasti sangat marah karena melihatmu menikmati alkohol," putra keduanya sangat cemburu, karena masih memiliki tindakan batasan, sebab belum miliki umur legal. "Ini tidak akan sampai satu gelas, lagi pula besok ibu harus menghadiri grand opening restoran."

Lelaki itu tidak akan sampai hati untuk menghancurkan perasaan ibunya. Tidak ada yang bisa menolak ketika senyuman cantik itu terukir di wajah Hinata. Bagi Kawaki, melihat senyuman itu merupakan suatu kebanggaan baginya.

"Ya ... lagi pula aku tidak bisa menolak jika Ibu sudah seperti ini."

◊◊◊◊

Mereka berada di ruangan meja makan, sesuai kata ibunya kalau absinthe yang dituangkan di dalam gelas tidaklah penuh. Hanya absinthe, dan itu tidak akan membuat mereka mabuk.

"Sebelum itu aku minta maaf pada Ibu karena melakukan ini tanpa sepengetahuan Ibu," Kawaki menunduk, bermuram durja. "Aku hanya ingin melindungi Ibu, karena itu aku melibatkan orang lain. Apa pun yang pernah dia lakukan padamu, kali ini aku tidak akan tinggal diam lagi. Bahkan, jika perlu aku memasukkannya ke dalam penjara. Dia sudah memukul Ibu, kekerasan dalam rumah tangga, aku dan Boruto akan menjadi saksi bila perlu."

Satu hal yang sangat menyakitkan bagi Hinata, perasaan menggebu kepada pria pirang itu. Orang yang dia banggakan ternyata adalah orang yang membuatkan patah hati. Harapan itu tidak selamanya selalu terpenuhi. Masalah yang paling fatal dalam berkeluarga adalah perselingkuhan. Berakhir dengan kekerasan fisik ketika dia ingin meminta berpisah. Sebenarnya, apa yang ada di dalam pikiran pria pirang itu?

"Aku tidak bermaksud untuk mengungkit masa lalu," lelaki itu menatap mata ibunya. Setiap kali mereka mulai bercerita seperti ini, sulit sekali membaca perasaan ibunya. "Apakah aku terlalu berpikir berlebihan? Aku tahu kalau aku bukan anak kandung ̶ ̶ ̶"

Pure AmourTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang