Rahangnya kuat. Ekspresi wajahnya setenang air dan dingin. Rambutnya dibiarkan panjang menutupi telinga. Dan earphone biru malam itu selalu menutupi telinganya setiap saat. Ia tidak punya teman. Ia tidak punya prestasi apa pun. Tapi dia juga bukan termasuk trouble maker di sekolahnya.
Earyo Hemma Chandra, lelaki itu berdiri di depan gerbang sekolahnya, menatap langit-langit, lalu melepas earphonenya. Wajahnya, oke. Stylenya apalagi. Tapi, jangan pernah jadi temanku kalau kamu nggak mau rahasia terbesarmu kuketahui. Itu motonya.
Bruk!! Seseorang menabraknya dan ... Krakk!! Earphonenya terhempas ke jalan hingga pecah di salah satu sisi. Hemma mengeram kesal dan langsung berbalik. Di belakangnya, ia mendapati seorang gadis sedang memusuti kepala dengan mata terpejam, mungkin tadi kepala gadis itu yang membentur tubuhnya. Gadis itu tidak lebih tinggi dari bahunya. Tubuhnya kecil dan manis. Rambutnya dikuncir kuda dengan ikat rambut berbentuk burung merpati dan memakai seragam yang sama dengannya.
"Kamu punya mata nggak?!" Ia berbalik dan memungut earphonenya sambil mengomel. "Dasar cewek nggak tahu di–," Ucapan Hemma seketika terhenti ketika ia kembali berbalik untuk menghadap si gadis. Ia tertegun melihat gadis itu yang kini menatapnya dengan mata hitam legam dan bibir bawah yang tergigit.
'Duh, gimana nih... aku, kan, nggak sengaja,' Rutuk gadis itu dalam hati.
Dengan sedikit panik, gadis itu berucap pelan. "Ngg, maa ... maaf ya. Aku benar-benar nggak sengaja."
'Dia bakal marah nggak yahh? Duh, masa hari pertama di sekolah baru sudah dapet musuh, sih?! Lagian kenapa pakai acara dikejar anjing segala coba?!' Sekali lagi gadis itu membatin.
Kening Hemma mengerut lalu kemudian sudut bibirnya sedikit terangkat. Ia mengangkat bahu dan memasukkan sebelah tangannya yang bebas ke dalam saku celana. "Karena kamu nabrak aku gara-gara habis dikejar anjing, oke aku maafin. Tapi lain kali, you wish!" Dan Hemma pun langsung pergi meninggalkan gadis itu yang tercengang dengan apa yang dikatakannya.
* * * * *
'Kira-kira Kikan bakal nerima aku tidak ya jadi cowoknya?'
'Nanti menu makan siangnya apa ya?'
'Stok rokok habis lagi. Mana duit lagi kempis.'
Hemma mempercepat langkahnya untuk mencapai kelas. Kepalanya terasa pening mendengar ucapan-ucapan yang hinggap di indra pendengarnya. Andai saja earphone yang ia punya tidak rusak, mungkin ia bisa berjalan dengan tenang seperti hari-hari sebelumnya. Tapi dengan terpaksa, hari ini ia harus menahan rasa pening dan mual akibat ratusan suara yang hinggap di indera pendengarannya... indera pendengar yang keduanya.
Teng!! Teng!! Teng!!
Bel berbunyi tepat saat Hemma duduk di kursi, kursi paling belakang, paling ujung, pojok kanan, dekat jendela. Dan tak lama kemudian seorang guru masuk ke kelas hingga membuat kelas senyap.
"Pagi anak-anak," Sapa Mrs. Petthy tegas. Setelahnya, gema sahutan dari manusia kelas pun berkumandang. Tapi Hemma tidak perlu repot-repot untuk menjawab karena itu hanya membuang waktunya.
Hemma melakukan kebiasaan buruknya dengan menelungkupkan kepala di meja lalu memejamkan mata, mencoba untuk tidak menghiraukan opening Mrs. Petthy yang terkenal membosankan dan tidak penting. Tapi kemudian, ucapan guru itu membuat mata Hemma sedikit terbuka meski tetap tidak mengangkat kepala.
"Kita punya murid baru." lalu bunyi pintu terbuka pun terdengar.
Semua murid laki-laki di kelas 2-2 langsung memasang sikap siap dan tegap. Bagaimana tidak? Murid barunya perempuan!

KAMU SEDANG MEMBACA
THE SENSES
FantasyMereka bisa mendengar, melihat, menyentuh, merasakan, dan mencium sesuatu, lebih dari yang orang lain lakukan.... * * * * * Earyo Hemma Chandra, ia memiliki sebuah rahasia yang tidak seorang pun mengetahuinya. Hemma berbeda. Lebih tepatnya telingany...