Bagian 9 : Menghilang

249 22 7
                                    

Aga menyetopkan kucing raksasanya untuk kesekian kali. Di dekatnya ada sungai tak berujung yang berair jernih. Sudah 12 jam ia pergi menuju Utara tapi tetap tidak ada tanda-tanda akan keberadaan temannya yang lain. Ia mengkhawatirkan mereka. Terlebih....

"Aga!"

Aga mendongakkan kepala dan mendapati seekor merpati raksasa mendekat ke arahnya. Ia memasang sikap waspada, begitu pula dengan kucing yang mulai menggerung. Tapi ketika melihat siapa yang menunggangi merpati itu, Aga menyentuh surai kucing untuk menenangkan.

"Akhirnya aku bisa bertemu satu di antara kalian."

"Hemma?"

Orang itu mengangguk sambil turun dari merpati. "Ya, ini aku Hemma."

Aga mengehela napas lega. Benar kata Hemma. Akhirnya ia bisa bertemu satu di antara mereka berempat.

"Belum ada ketemu dengan yang lain?"

Aga menggeleng. Hemma yang tadi bersemangat, bahunya kembali merendah.

"Kita harus berkumpul secepatnya. Sebentar lagi matahari akan tenggelam."

Tiba-tiba sesuatu yang cepat melintas dari arah Timur di hadapan mereka.

"Apa itu?" Hemma bertanya dan mulai waspada. Aga tidak menjawab, tapi ia juga sudah memasang sikap waspada.

Sesuatu itu melintas cepat lagi. Ukurannya besar. Tidak terlihat jelas apa wujudnya. Tapi dari apa yang bisa ditangkap oleh mata keduanya, sesuatu itu berbulu coklat mendekati merah.

"Aga! Hemma!"

Agas dan Hemma bertatapan satu sama lain.

"Anka?" Tanya Hemma. Aga mengangguk.

Tepat setelah Aga mengangguk, sesuatu itu bergerak cepat dan berhenti di hadapan mereka berdua. Kucing dan merpati bahkan sampai terkejut.

Anka tersenyum senang melihat Aga dan Hemma.

"Cerpelai?" Aga berkata sambil memperhatikan hewan Anka.

Anka mengangkat kedua bahu menanggapi pertanyaan Aga. "Itu hewan cerpelai, ya? Aku kira tadi musang."

"Aku kira juga musang."

Aga tidak menanggapi ucapan Hemma dan mendekati Anka. "Kamu baik-baik aja?"

"Seperti yang kamu lihat. Aku baik-baik aja, Ga. Musang atau cerpelai ini banyak membantuku." Anka memusut surai cerpelai itu seraya tersenyum.

Sekali lagi, tiba-tiba suara sesuatu terdengar. Kali ini suara berdenging yang nyaring.

"Lebah raksasa!" Anka berseru nyaring sambil menunjuk ke langit-langit. Saat mendengar seruan Anka, lebah itu langsung menoleh tajam ke bawah hingga membuat mereka semua terkesiap. Mereka semua hendak naik ke hewan masing-masing ketika seruan seseorang menghentikan gerakan mereka.

"Jangan kabur. Ini aku Tyo."

Lebah itu besar. Raksasa. Dan ekor dari lebah itu menyala bak kunang-kunang hingga membuat keadaan sekitar yang mulai menggelap menjadi sedikit lebih terang.

Tidak bisa menahan gembira, Anka memekik senang. Tyo yang melihat itu menyeringai lebar. "Kangen, ya?"

Anka dan Hemma hanya tertawa menanggapi itu. Hanya Aga yang masih diam tanpa ekspresi. Beberapa detik lengang dan mereka baru menyadari bahwa Aga masih diam tanpa suara.

Ketiganya tahu apa yang Aga tunggu. Bukan hanya Aga, mereka juga sebenarnya bertanya-tanya kemana perginya teman mereka yang satunya. Mellta.

"Kita bermalam di sini sampai Mellta datang."

THE SENSESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang