Hemma datang paling pertama untuk menghindari apa-apa saja yang bisa di tangkap telinganya. Lingkungan sekolah masih sepi, dan kelas masih kosong. Ia menaruh tas dan melakukan kebiasaan buruknya. Tidak berapa lama kemudian, kelas mulai ramai dengan para murid yang membuat Hemma sedikit terganggu.
"Earyo!"
Seruan seorang gadis membuat Hemma mengerang pelan dan mengangkat kepala dengan malas. Kini di hadapannya sudah ada Abigail yang kemarin membuatnya entah kenapa bisa dekat dengan seseorang.
"Atau mau kupanggil Hemma aja?" Sambungnya lalu duduk di samping Hemma dan mulai merogoh tasnya yang ia taruh di atas meja. Hemma baru sadar bahwa motif tas Abigail adalah burung Merpati. Sudut bibir lelaki itu lagi-lagi menunjukkan bahwa ia sedang tersenyum.
"Tadaaa!!"
Cepat-cepat Hemma menurunkan kembali sudut bibirnya yang terangkat. Ia melihat sebuah earphone putih di tangan Abigail dengan bordiran di masing-masing sisi berbentuk burung merpati. Keningnya berkerut tanda tidak mengerti.
Abigail memutar bola matanya dan mendengus.
'Ini buat kamu!' Seru Abigail dalam hati yang tentu di dengar jelas oleh Hemma.
"Buatku?" Tanya Hemma memastikan yang dibalas Abigail dengan anggukan.
Tiba-tiba saja Abigail mengalungkan earphone itu di leherHemma dan tersenyum senang. 'Ini buat gantiin earphone kamu yang rusak. Kemaren, kan, kamu bilang kalau kamu nggak pakai earphone, telingamu bakal nangkap suara-suara yang nggak pengen kamu denger. Jadi aku kasih ini buat kamu. Suka, nggak?'
Hemma terdiam. Ia menatap mata Abigail lalu kemudian turun ke bibir gadis itu yang tengah tersenyum lebar.
"Halo!" Abigail menggoyangkan tangannya di depan wajah Hemma hingga lelaki itu tersadar. "Kok bengong, sih? Suka nggak?" Tanya Abigail sekali lagi.
Kali ini ia memberanikan diri untuk menunjukkan senyumnya secara langsung. Ia melepas earphone itu dari leher dan menatapnya. "Seharusnya kamu nggak perlu repot-repot buat beliin yang baru. Lagian earphoneku kemaren masih bisa diperbaiki lagi, kok," Kata Hemma pelan.
Earphone itu bagus. Putih bersih dan mengkilat. Terlebih bordiran merpati yang terlihat tidak biasa itu membuatnya semakin cantik.
"Aku nggak beli kok. Itu punyaku sendiri. Aku punya dua, satunya warna hitam dan ada di rumah. Yang ini adalah yang paling sering aku pakai karena bordirnya merpati putih. Tapi nggak papa deh buat kamu aja," Jelas Abigail sambil menatap benda di tangan Hemma itu dengan sayang.
'Karena ini kesayangan aku, jaga baik-baik, ya?'
Hemma mendengar batin Abigail berbicara. Ia mengangguk dan menatap gadis itu sekilas. "Thanks."
* * * * *
Hari-hari berikutnya adalah hari di mana Hemma semakin dekat dengan Abigail. Keduanya selalu kemana-mana berdua. Tertawa bersama di dalam maupun di luar sekolah. menjadi sahabat tak terpisahkan.
Hemma menepati janjinya, ia selalu menjaga earphone pemberian Abigail dan selalu memakainya setiap saat. Sekarang Hemma lebih ceria dan sudah mulai berinteraksi dengan beberapa temannya yang lain.
Tiada hari tanpa bercanda gurau, saling melengkapi dan saling membutuhkan. Ada saatnya keduanya pergi ke penangkaran burung merpati yang menjadi tempat favorit Abigail, dan ada saatnya mereka pergi ke atap gedung tinggi tempat favorit Hemma untuk melihat pemandangan kota atau hanya sekedar menghabiskan malam bersama. Semuanya baik-baik saja dan tidak ada masalah. Sampai kemudian sesuatu itu mulai mengacaukan hidup keduanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SENSES
FantasyMereka bisa mendengar, melihat, menyentuh, merasakan, dan mencium sesuatu, lebih dari yang orang lain lakukan.... * * * * * Earyo Hemma Chandra, ia memiliki sebuah rahasia yang tidak seorang pun mengetahuinya. Hemma berbeda. Lebih tepatnya telingany...