"Bener nggak mau ikut?"
Hemma menggeleng pelan. Ia kini sedang berada di halte sekolah. Hari ini dengan berat hati ia tidak bisa menemani Abigail pulang. Tapi mau bagaimana lagi, keadaannya sekarang sedikit mendesak. "Kamu pulang aja duluan. Hari ini aku ada urusan sebentar," Katanya menenangkan.
Abigail mengangguk kecil walau terlihat enggan. "Ya sudah, aku duluan. Kamu kalau sudah pulang kabarin aku, oke?"
"Oke, oke," Jawab Hemma cepat sambil mengacungkan dua jempolnya.
Abigail naik ke dalam bis dan duduk di samping jendela. Ketika bis mulai berjalan, ia melambaikan tangannya pada Hemma yang masih berdiri di halte. Dan ketika bis itu baru saja hilang di tikungan jalan, sebuah mobil berwarna hitam berhenti tepat di depan Hemma. Kaca mobil itu gelap sehingga Hemma tidak mengetahui siapa pengemudinya. Sampai kemudian kaca pengemudi terbuka dan menunjukkan sosok Tyo.
Tyo memperbaiki kacamatanya dan menaruh siku di jendela. "Jadi ikut, kan?" Tanyanya kemudian. Hemma mengangguk. "Buruan masuk," Perintah Tyo dan menunjuk kursi penumpang yang kosong di sebelahnya dengan dagu. Tanpa disuruh dua kali, Hemma pun masuk ke dalam mobil. Di dalam, ternyata bukan hanya ada Tyo, tapi ada Mellta dan juga Anka.
Kening Hemma mengernyit kecil. "Aga?" Tanya Hemma pada para gadis yang duduk di jok kedua.
"Aga nyusul. Ada yang mau dia kerjain dulu," Jawab Mellta datar. Seolah-olah apa yang dikerjakan Aga adalah hal yang tidak disukainya. Gadis itu menggunakan kacamata hitam, menghindari Hemma agar bisa mendengar pikirannya.
Baru saja Hemma hendak bertanya lagi, Anka berdeham hingga membuat lelaki itu menatap matanya.
'Jangan tanya-tanya soal Aga di hadapan Mellta sekarang. Mereka lagi berselisih,' kata Anka memperingatkan. Lalu kemudian ia membuang muka ke jendela.
Setelah itu Hemma tidak berbicara apa pun. Mobil mulai berjalan menuju komplek perumahan sederhana. Tapi ketika mobil berhenti, Hemma mendapati rumah mewah bertingkat dua dengan model kuno. Dilihat dari rumah-rumah di sekeliling, rumah ini adalah satu-satunya rumah mewah yang terdapat di komplek itu.
Dari luar, rumah ini cukup menyeramkan, tapi ketika memasukinya ternyata tidak seseram apa yang terlihat dari luar.
"Welcome home," Seru Anka semangat. Ia berjalan ke ruang tamu dan duduk di sofa diikuti Tyo. Sedangkan Hemma, ia sedikit terheran-heran dengan infrastruktur rumah ini. Dari di gerbang tadi ia sudah melihat patung yang berbeda-beda. Sekarang ia disuguhkan dengan lukisan dan pajangan yang tidak biasa untuk sebuah rumah.
"Kalian tinggal serumah?" tanya Hemma penasaran. Apa mungkin mereka tinggal bersama?
Mellta yang sedari tadi hanya berdiri di samping pintu akhirnya bereaksi. Ia berjalan mendekati Anka dan duduk di sebelahnya.
"Iya, kita tinggal serumah. Sama seperti kamu, orang tuaku juga sudah nggak ada. Orang tua kita semua sudah nggak ada, Hem. Makanya rumah ini terasa sepi kayak nggak pernah disentuh sama orang dewasa. Tapi sebenarnya rumah ini punya banyak pelayan khusus untuk mengurus kita semua," kata Mellta menjawab pertanyaan Hemma tadi. Ia melepas kacamatanya dan menaruhnya di meja.
"Orang tua kalian sudah meninggal ... juga?"
"Ya. Orang tuaku, Mellta, Anka, dan Aga juga sudah nggak ada. Sama seperti kamu. Mereka semua pergi di waktu yang sama. Enam tahun yang lalu. Dan penyebabnya sama-sama kecelakaan," jawab Tyo yang sedari tadi tidak bersuara.
Hemma berjengit pelan. Ada apa ini? Apa ini semua hanya kebetulan?
"Lebih baik kamu duduk dulu. Biar kita jelasin apa maksud kita datengin kamu," Pinta Anka serius. Baru kali ini Hemma melihat Anka berbicara serius sejak pertemuan pertama mereka.
Hemma menurut. Ia duduk di sebelah Tyo dan menunggu orang-orang di depannya ini menjelaskan apa yang harus ia ketahui.
Dimulai dari Tyo. Cowok itu duduk bersandar di samping Hemma dan menghela napas berat. "The Senses adalah sebutan buat orang-orang yang memiliki kelebihan pada panca inderanya," Mulai Tyo.
"Orang-orang?"
Tyo mengangguk. "Setiap seratus tahun sekali The Senses lahir. Dan itu sudah terjadi selama seribu dua puluh tahun yang lalu. Jadi kalau dihitung-hitung, kita adalah generasi The Senses kesepuluh," Tyo menjelaskan lagi. "The Senses adalah kesalahan dari pemimpin Dunia Fixio, dunia di atas dunia. Dunia di mana seharusnya kita berada."
Tyo menjelaskan secara perlahan agar Hemma paham akan kondisi mereka semua. "Mendengar, melihat, meraba, mengecap, dan penciuman. The Senses akan memiliki kelebihan dalam hal-hal itu. Mereka akan melipat gandakan kemampuannya hingga bisa menggunakan alat indera mereka lain dari biasanya," kata Tyo menyelesaikan penjelasan awal.
Hemma memusut wajah pelan, ia mulai memahami penjelasan Tyo yang sebenarnya tidak masuk akal.
"Ori, Xiuna, Luho, Kyoda, dan Bodyio. Mereka adalah pemimpin dunia Fixio yang punya semua kemampuan The Senses dan beberapa kelebihan lainnya kecuali Ori. Ori benar-benar cuma punya kemampuan The Senses, berbeda banget dengan Bodyio yang banyak memiliki kelebihan lain. Mulai dari menyembuhkan, mematikan, menurunkan salju, mengontrol air, api, udara, tanah, petir, dan lain sebagainya. Mereka berlima pemegang kekuasaan atas Dunia Fixio dan dijunjung tinggi oleh penghuni Dunia Fixio, terlebih Bodyio.
"Dunia Fixio sendiri adalah dunia yang sangat maju mulai dari ribuan tahun yang lalu. Berbeda banget dengan Dunia Bumi yang kita tinggali sekarang ini. Orang-orang di sana sangat pintar dalam membuat peralatan canggih. Sampai akhirnya sekitar seribu lima puluh tahun lalu ada sebuah alat yang mengetahui bahwa ada dunia di bawah dunia, yaitu Dunia Bumi. Penemu itu dipertemukan oleh para pemimpin dan ia menjelaskan penemuannya. Awalnya para pemimpin tidak percaya, tapi ketika melihat seorang Makhluk Bumi yang berhasil ditangkap oleh penemu itu, akhirnya para pemimpin percaya.
"Para pemimpin terkejut bukan main. Selama seumur hidup, mereka mengira bahwa dunia yang mereka tinggali itu adalah dunia satu-satunya, tapi ternyata mereka salah. Seperti pemikiran orang jenius, Dunia yang ada ini tidak sesederhana seperti yang terlihat. Semuanya rumit, tapi serumit apa pun itu, pasti akan dapat dijelaskan, hanya menunggu waktu yang menjawab.
"Bodyio bertanya apa keistimewaan Makhluk Bumi pada si penemu alat, tapi si penemu alat menggeleng lemah dan berkata bahwa Makhluk Bumi tidak memiliki kelebihan apa pun. mendengar itu, para memimpin lain menjadi tidak bersemangat lagi membahas Dunia Bumi dan meninggalkan Bodyio berdua dengan si penemu alat. Namun ketika Bodyio hendak meninggalkannya, si penemu alat berkata, jika benih penghuni Dunia Fixio dan Dunia Bumi melebur, akan terjadi sesuatu yang luar biasa.
"Si penemu alat mengetahui bahwa Bodyio adalah orang yang serakah dan gila kekuasaan, sehingga ia berniat mempengaruhi Bodyio agar penemuannya tidak terbuang sia-sia. ia berkata juga jika benih penduduk Dunia Fixio yang menyatu dengan Ovum penduduk Dunia Bumi akan menghasilkan anak yang memiliki kekuatan tidak terkalahkan, dan berdarah suci. Penghuni Dunia Fixio percaya bahwa seseorang yang berdarah suci adalah orang yang sangat agung. Mendengar perkataan si penemu alat, Bodyio mulai terpengaruh. Terlebih ketika melihat Makhluk Bumi yang ditangkap penemu ini adalah seorang wanita yang cantik jelita. Dan seketika semua terjadi begitu saja. Bodyio menyergap wanita itu dan menyetubuhinya, menanam benihnya sendiri di dalam Makhluk Bumi. Tidak mengetahui bahwa semua itu sangat berbahaya bagi dua dunia."
Tyo berhenti menjelaskan dan berdeham pelan. "Ceritanya panjang banget, Hem. Aku nggak sanggup kalau harus jelasin sendiri," keluh Tyo sambil mendengus melihat Anka dan Mellta hanya diam dari tadi. "Aku haus dan capek." Lalu kemudian ia bangkit dan berjalan menuju dapur. Membiarkan Hemma dalam kebingungan yang menggantung.
Hemma mendesah.Ceritanya belum selesai. Ia masih penasaran sekali!
* * * * *
TBC...
Sangat menggantung. Merasakah kalian? :3 wait for next part ya! it will be nice if you vote, comment, dan share. Thank you!
Love, Alfina❤
150317
KAMU SEDANG MEMBACA
THE SENSES
FantasyMereka bisa mendengar, melihat, menyentuh, merasakan, dan mencium sesuatu, lebih dari yang orang lain lakukan.... * * * * * Earyo Hemma Chandra, ia memiliki sebuah rahasia yang tidak seorang pun mengetahuinya. Hemma berbeda. Lebih tepatnya telingany...