Bagian 6 : Hilangnya sang Merpati

347 32 1
                                    

Beberapa jam yang lalu Hemma sedang berada di dalam bis bersama Abigail. Ia terpaksa menolak permintaan Aga karena Abigail yang meminta. Sebenarnya ia merasa bersalah kepada Aga, tapi apa mau dibuat? Ia janji akan meminta maaf sesampainya di rumah.

Saat Hemma menyandarkan kepala ke kursi dan memakai earphone, bis tiba-tiba saja berguncang dan berhenti mendadak. Belum sempat lagi ada yang bereaksi, sebuah batu besar menghantam kaca jendela bis hingga pecah. Keributan pun seketika terjadi.

Hemma berdiri, ia menengok keluar jendela dan melihat beberapa orang berpakaian serba hitam dan memakai masker tengah mengepung bis. Hemma mencoba menatap mata salah satu di antara orang-orang itu tapi gagal, mereka selalu bergerak-gerak hingga membuat hemma tidak fokus.

"Ada apa ini, Hem? Siapa mereka?" tanya Abigail panik.

"Kamu tenang aja. Semuanya bakal baik-baik aja, Ab," jawab Hemma menenangkan.

"Kamu terlalu percaya diri, The Senses."

Ketika Hemma berbalik, ia mendapati seseorang bertopeng hitam dan berkacamata hitam sudah berada di depannya. Belum sempat lagi ia bereaksi, orang itu menghajar wajahnya hingga ia tersungkur.

"Hemma!" teriak Abigail kaget. Orang-orang yang berada di dalam bis itu berteriak histeris dan berlarian keluar.

Hemma bangun dan menyeka sudut bibir yang mengeluarkan darah. "Siapa kamu sebenarnya? Apa maumu?"

"Mauku? Kamu bertanya apa mauku?" lalu orang itu menendang perut Hemma dengan keras, membuatnya kembali tersungkur. Darah kembali keluar dari mulut Hemma.

"Kamu, dan semua teman The Sensesmu mati, itu mauku!" jawab orang itu.

"Hentikan!"

Samar-samar Hemma mendengar Abigail berteriak. Telinganya terasa berdengung dan perutnya sangat sakit.

"Oh, jadi kamu kekasihnya?" kini orang itu berjalan mendekati Abigail.

"Jan...ngan...." Dengan sekuat tenaga Hemma kembali berdiri. Ia mengggerung marah melihat pemandangan di depannya. Orang bertopeng itu kini mencekik leher Abigail hingga gadis itu meronta kesakitan.

"Jangan sakiti dia!!" teriak Hemma sebisanya.

Dan ketika Hemma hendak melayangkan pukulan, seseorang dari belakang memukulnya dengan sesuatu yang besar. Hemma roboh seketika. Hal yang ia dengar terakhir kali sebelum jatuh tidak sadarkan diri adalah teriakan Abigail yang memanggil namanya....

* * * * *

Aga memegang bahu Mellta yang sedari tadi diam sambil menggigit kuku jarinya. "Dia bakal baik-baik aja, Ta. Tyo sudah kasih ramuannnya ke Hemma," ujar Aga menenangkan. Keduanya menunggu di luar ruangan Hemma yang tengah dirawat. Sedangkan di dalam ada Tyo dan Anka yang menunggui.

"Tapi dia bahkan belum sadar, Ga. Ini sudah lewat lima jam setelah kita nemuin dia."

Ya, 5 jam lalu, tepatnya di sebuah bis yang dikelilingi oleh garis polisi, Hemma ditemukan. Tidak sadarkan diri dan mengalami pendarahan di kepala.

Aga yang sengaja menyentuhkan tangannya ke orang-orang di sana mengetahui bahwa sebelum mereka sampai di sana ada sekelompok orang tidak dikenal datang menyerang bis dengan brutal. Tidak ada korban selain Hemma, dan menurut saksi mata, orang-orang tersebut memang sudah mengincar Hemma. Hal lain yang tidak kalah penting adalah, Abigail, yang juga berada di dalam bis hilang entah kemana. Tidak ada yang melihat kemana perginya gadis itu. Ia seolah hilang bersama orang-orang asing tersebut.

"Hemma, tenangin diri kamu dulu!"

Samar-samar Aga dan Mellta mendengar suara Anka dari dalam ruangan Hemma. Detik berikutnya pintu ruangan itu terbuka kasar dan keluarlah Hemma masih dengan perban di kepalanya. Wajahnya pucat dan sesekali mengernyit akibat rasa nyeri yang ditahan. Aga dan Mellta langsung mencegatnya.

THE SENSESTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang