Awal dari segalanya

210 17 5
                                    

Pagi yang cerah selalu ku paparkan dengan senyuman. Susan Kirana Cantika, itulah nama lengkap ku. Entah kenapa kebanyakan orang memanggilku dengan sebutan "SUKICAN". Aku tidak tahu alasannya kenapa, tapi aku merasa bahagia karena semua orang memanggilku dengan sebutan itu, pengecualian untuk mamaku dan para guru yang ada di sekolah.

Hari ini aku akan pergi ke sekolah menggunggunakan sepeda ku yang super duper kuno itu. "Ma...aku pergi dulu ya", teriakku kepada mama. "Tapi kamu belum sarapan, Susannnnnnnnn.... . "Anak itu di kasih tahu tidak pernah mau mendengar", sorak mama dengan raut muka yang sangat amat kesal. Huuuuuuuuh... untung saja aku bisa bebas dari lontaran suara mamaku itu, ujarku.

Tanpa aku sadari, karena ngomel-ngomel tidak jelas di sepeda kuno itu, aku melirik jam tanganku, ternyata "ya ampunnnnnnn... 5 menit lagi bel masuk sekolah". Dengan sangat paniknya aku langsung mengayuh pedal sepeda ku itu dengan sangat-sangat cepat, agar aku bisa tepat waktu datang ke sekolah. Air keringat yang membasahi seluruh wajah ku tidak dapat kulap, karena aku takut terlambat datang ke sekolah. Di dalam pikiranku hanyalah, aku siap di hukum oleh ibu Sarah, dan aku akan dimarahinya dengan menggunakan cibiran-cibiran yang tidak sedap di dengar.

***

Sesampainya di sekolah, ternyata gerbangnya sudah di tutup."Aduhhh, bagaimana ini sudah ditutup lagi gerbangnya!". Gumamku dengan sangat cemas. Pak... pak... pak... tolong bukaiin ya gerbangnya???. Tanyaku dengan pak Tony, sekalian membujuknya agar dia mau membukakan gerbangnya. "Ndak bisa toh, bel sekolah sudah berbunyi jadi, gerbangnya memang harus ditutup!!!, ujar pak Tony". Tapi pak nanti saya bisa kena marah sama ibu Sarah. Ya, resiko toh siapa suruh datangnya terlambat!!!.

Dengan santainya si pak Tony itu langsung pergi begitu saja tanpa meninggalkan jejak sedikit 'pun. "Benar-benar ya si pak Tony, bisanya bikin orang kesal saja", sahutku dengan raut muka yang sedikit mengkerut. Aku harus berpikir, bagaimana caranya agar aku bisa masuk ke kelas?, tanyaku sendiri.

Angin terus berhembusan di sekujur tubuhku, seolah aku akan menghadapi bahaya yang sangat besar. Aku angkat jam tanganku perlahan dan ternyata jarum jam menunjukkan pukul 07.30, aku harus bergegas.

Oh iya kenapa aku tidak memanjat gerbangnya saja?. Ujarku, seolah-olah aku ini oon. Tanpa membuang-buang waktu, aku langsung memanjatnya, aku sedikit ketakutan karena sebelum ini aku belum pernah memanjat atau 'pun menaiki gerbang sekolah. Aw...!!! Lutut ku terkena dataran sekolah, pendaratan yang tidak mulus. Tapi tidak apa-apa, semua ini ku lakukan agar aku bisa masuk ke kelas dengan aman.

***

Ku lihat si pak Tony, ternyata dia sedang tidur. Dengan sangat lelapnya, sampai-sampai dia tidak mendengar kalau tadi ada suara seseorang yang sedang melompat. Tanpa dia sadari, aku mengendap-endap seperti layaknya detektif yang sedang mencari musuh.

Akhirnya, sampailah aku di depan pintu kelas, ku lirik sedikit siapa yang ada di dalam kelas, ternyata ada ibu Sarah. "Gawat nih, kalau sampai ketahuan",Ujarku. Huhhhh sebentar, aku memejamkan kedua mata ku dan seolah ada yang memberi petunjuk, kalau aku harus menerima resikonya apa 'pun itu!!!. Perlahan aku membuka mataku, dengan sangat berat hati aku mengetuk pintu kelas itu.

"Assalammualaikum", permisi bu. Sapa ku kepada ibu Sarah.
Walaikum...SUSAN KAMU TERLAMBAT LAGI!!!." I...i..ya bu". Jawab ku sambil sedikit tersenyum." Kamu kira sekolah ini tidak punya peraturan apa!!!", tanya ibu Sarah. Sambil memasang raut wajah yang sangat tidak enak di pandang.

"Maaf bu, tadi saya lama di jalan", jawab ku. Banyak sekali alasan kamu untuk mengelak, pakai tersenyum lagi. Pokoknya habis pelajaran ini kamu harus ke ruangan ibu, mengerti!!!. Me...ngerti bu, ya sudah kamu masuk sana. Aku hanya terdiam saja memikirkan nasib yang akan aku terima nantinya di ruangan yang mana paling aku benci untuk menginjakkan kaki ku di sana.

***

SEBENARNYA... Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang