Īt Wãs Beģin!

50 12 4
                                    

"Iya, aku di bunuh!"

"Siapa yang bunuh kamu Can?". Jordhi masih saja penasaran siapa yang ingin membunuh ku.

"Kalian ingin tahu tidak, siapa yang mau bunuh aku?"

"Kami mau tahu siapa orang itu Can!" Jawab Rani.

"Orang yang teah membunuh ku di dalam mimpi itu adalah....". Aku terus saja membuat mereka penasaran akan hal yang menyangkut tentang diri ku ini.

"Cepetan siapa orang itu!?" Desak Rani.

"Dia adalah orang yang aku curigai selama ini!" Jawab ku dengan nada yang serius.

"Ya, siapa dia?!" Tanya Jordhi.

"Sakti dan pria misterius"

"What!!!". Sontak Rani langsung terkejut setengah mati mendengar'kan perkataan ku barusan. Kalau si Jordhi langsung memasang raut wajah yang tidak enak di pandang. Yaitu, dengan sepasang mata yang melotot, dan dengan mulut yang terbuka lebar.

"Aduh, biasa aja kali teriaknya!". Aku selalu kesal kalau ada seseorang yang berteriak di telinga ku.

"Ya, m...maaf. Habisnya aku kaget dengar apa yang kamu bilang barusan!"

Rani melirik Jordhi yang ada di sebelahnya. Jordhi masih saja memasang muka longornya di depan aku dan Rani. Tiba-tiba suara yang sangat besar terdengar di seluruh jalan raya. Semua orang yang membawa kendaraan berhenti, karena mendengar suara tertawa seorang gadis yang berusia 15 tahun ini.

"Aduh, ni cewek gak bisa jaim apa ya?, masih di jalan juga!." Batin ku malu.

"Eh, Rani sudah dong ketawanya!. Kamu tidak lihat kalau semua yang membawa kendaraan melihat ke arah kita?!". Saat itu juga Rani langsung berhenti tertawa.

Aku langsung menarik tangan mereka berdua, untuk segera pergi dari seluruh pasang mata yang melihat kami.

"Maaf-maaf Can. Habisnya mukanya si Jordhi gak nahan!". Rani masih saja cekiki'kan tidak jelas.

"Jordhi, mulut kamu gak bisa mingkem ya?!" Aku langsung memarahinya saat itu juga.

"Sorry Can, habisnya kelepasan" Jawabnya santai.

"Tapi kok bisa ya mereka mau membunuh kamu?" Tanya Jordhi.

"Aku juga tidak tahu alasannya kenapa!?"

"Woy, dah mau jam 07.00 ni!. Nanti si pak Tony tutup gerbangnya lagi!" Sahut Rani dengan sangat panik.

"Ya, ampun. Mampus dah"

Yang ada di dalam otak ku sekarang adalah, kalau aku tidak akan pernah mau dimarahi oleh ibu Sarah lagi dan jangan sampai aku di skors.

"Ya, sudah kita lari saja!" Ajak Jordhi.

"Boleh juga tu!" Rani langsung menyetujuinya.

"Ya, sudah hitungan ketiga kita langsung tancap gas!. Oke?!"

"1...2...3". Langsung kami bertiga tancap gas untuk pergi ke sekolah supaya bisa tepat waktu.

***

Sesampainya disana, aku melihat dari jauh kalau pak Tony masih saja siap siaga untuk menjaga pintu gerbang sekolah. Sekitar ada 10 langkah lagi kami baru bisa mendekati pak Tony.

"Pak...pak...pak, belum mau ditutup'kan gerbangnya?" Tanya ku kepada pak Tony.

"Padahal kalau kalian telat sedikit saja, bapak tadi mau tutup gerbangnya!. Tapi, karena kalian datangnya tepat waktu ya wes lah bapak kasih kesempatan" Jelas pak Tony.

SEBENARNYA... Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang