Bagian 21

76 5 0
                                    

Selama perjalanan pulang dari rumah sakit, hati Ershand sungguh tidak tenang. Kalimat terakhir yang diucapkan Ratih masih terngiang di kepalanya. Dia tidak habis fikir kalau Ratih menganggap dia tidak benar-benar menyukainya. Padahal kalau perasaan Ershand sesederhana itu, dia tidak mungkin seberat ini untuk melepaskan Ratih ke orang lain.

Kemantapan tekad yang dibawa Ershand saat akan ke rumah sakit tiba-tiba langsung menguap. Dia sudah tidak yakin apakah keputusannya untuk menyerah terhadap Ratih sudah tepat apa malah sebaliknya.

Sesampai di rumah,

Ceklek.. 

"Assalamualaikum Abang Cendol...!"

"Wa'alaikum sa-lam."

Ershand sungguh tidak menyangka siapa yang sedang berdiri di haapannya kini. Memang saat di perjalanan tadi Ershand berkeinginan untuk segera menemui keluarganya, tapi dia tidak percaya kalau sekarang salah satu anggota keluarganya sudah berada di tempat yang sama dengan dirinya.

"Culun...? Benarkah itu kamu?"

"Iihh,,, Abang Ershand. Sudah Aluna bilang jangan panggil Aluna kayak gitu."

Meski Aluna sedikit kesal, tapi dia langsung menghambur ke dalam pelukan Ershand. Ershand pun langsung mendekapnya dengan erat.

"Aluna kangen banget sama Abang."

"Abang juga Lun. Bagaimana kabar ibu?" tanya Ershand yang masih memeluk Aluna, sekali-kali mengusap punggungnya.

Aluna melepaskan diri dari pelukan,  kemudian menatap mata Ershand seraya berkata, "Alhamdulillah, ibu sehat Bang. Tapi kadang dia masih memikirkan Bang Ershand. Ibu menunggu kapan Bang Ershand datang ke Jogja sambil membawa kabar gembira." jawab Aluna sambil mengedipkan sebelah matanya.

Mau tidak mau Ershand tersenyum melihat tingkah laku adiknya ini. "Sebenarnya dalam minggu ini Abang udah berencana ke Jogja Lun."

"Benarkah? Menginap kan? Ga cuma mampir?" tanya Aluna antusias.

Ershand tersenyum lagi, "Emm,,, hm." Ershand cuma menganggukkan kepalanya. "Mungkin beberapa hari."

"Aahh,, itu benar-benar kabar gembira bang." Aluna memeluk abangnya sekali lagi. "Ibu pasti bakal seneng banget."

Ershand tidak bohong kali ini. Dia memang berencana pulang ke Jogja selama beberapa hari untuk merefresh otaknya.

"Uh,,,! Bau asem bang. Mandi sana gih!"

"Okey nyonya culun. Haha.. " Ershand langsung berlari menghindar sebelum disemprot adek kesayangannya ini.

Sementara menunggu Abangnya mandi, Aluna mencoba untuk memasak beberapa makanan. Dia akan membuktikan pada Abangnya, bahwa dia sekarang bukan Aluna yang manja lagi.

Aluna adalah satu-satunya saudara kandung yang Ershand punya. Dulu mereka bersama kedua orangtuanya hidup bahagia bersama di rumah yang sekarang ditempati Ershand. Tapi setelah kepergian ayahnya, ibu dan adeknya pindah ke Jogja untuk menjaga nenek Ershand yang sering sakit-sakitan.

Aluna sekarang sudah di penghujung akhir masa putih abu-abunya. Kedatangannya ke Surabaya selain menjenguk Ershand, dia juga ingin megambil formulir pendaftaran ujian masuk perguruan tinggi yang diimpikannya.

Setelah selesai memasak, Aluna mencoba mengetuk pintu kamar Abangnya. "Bang, udah selesai belum? Ayo kita makan bareng."

Tidak ada sahutan.

"Bang, ayo. Aku bikin masakan favorit kita dulu."

Tetap tidak ada sahutan.

Akhirnya Aluna memberanikan diri membuka pintu kamar yang ternyata tidak dikunci. Dan dia terkejut setelah melihat keadaan di dalam kamar. Abangnya tertidur pulas dengan kemeja yang masih dikenakannya tadi.

Relativitas Pilihan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang