Bagian 24

112 5 0
                                    

Seusai perayaan resepsi pernikahan, mimik wajah Ratih belum berubah juga. Masih terlihat kesedihan di matanya. Ershand jadi khawatir dibuatnya. Tapi masih ada satu cara yang bisa membuat mood Ratih menjadi baik seperti biasanya. Dan Ershand akan mencobanya.

"Ratih, boleh aku tanya satu hal? "

"Tanya apa Mas?" jawab Ratih sambil melepas sepatu dan beberapa aksesoris pernikahan yang menempel di kerudungnya.

Ershand memilih duduk di pinggiran tempat tidur yang dekat dengan meja rias tempat Ratih duduk sekarang.

"Kenapa akhirnya kamu memilih aku?"

Ratih sempat menghentikan kegiatannya sebentar dan menoleh ke arah suaminya. Ershand hanya tersenyum dan menghendikkan bahunya.

Sebenarnya itu bukan pertama kalinya ditanyakan oleh Ershand. Tapi Ershand masih ingin mendengarkan lagi alasan Ratih kenapa akhirnya memutuskan untuk memilihnya. Dan Ershand harap jawaban Ratih yang seperti biasanya, bisa menghilangkan rasa khawatirnya.

Tapi kali ini jawaban Ratih beda seperti biasanya, Ershand sontak terkejut. Apalagi Ratih terdengar serius menjawabnya.

Sambil menatap lekat Ershand, Ratih mulai menjawab. "Jujur ya Mas, saat itu benar-benar saat yang sulit bagiku. Aku terpaksa memilih kamu. Kalau saja waktu itu...Pak Anugerah..."

Kening Ershand langsung berkerut, benarkah yang diucapkan Ratih kali ini.

"Ratih, apa aku tidak salah dengar? Kalau kamu terpaksa,,, kenapa kamu baru bilang sekarang??? Sa-saat kita sudah menikah."

Ershand langsung berdiri dari duduknya. Tiba-tiba kepanikan merayap di sekujur tubuhnya, rasa khawatirnya bukanya lenyap tapi malah bertambah. Kediaman Ratih membuat Ershand semakin takut.

"Apa...apa karena kejadian di resepsi pernikahan? Saat Aga menyanyikan sebuah lagu yang ku baru sadar, sepertinya lagu itu khusus dinyanyikan buat kamu."

Kedua tangan Ershand mengepal. Dia tidak menyangka malam pernikahannya akan seperti ini.

Perlahan Ratih membawa suaminya untuk duduk kembali. Tiba-tiba Ratih menangkup wajah Ershand, Ershand sontak menegang.

"Aku baru sadar,,,, ternyata suamiku sangat tampan."

Ratih mengusap kerutan kening Ershand dengan jempolnya.

"Meski dalam keadaan cemburu seperti ini."

Ratih akhirnya melepas senyumnya yang dari tadi ditahan.

Ershand semakin bingung akan perubahan sikap Ratih. Tapi dia akhirnya sadar kalau istrinya sedang ngerjain dirinya sekarang.

"Hmmm,,, mau kemana sekarang?"

Ershand langsung menahan kedua telapak tangan Ratih untuk tetap di wajahnya. Ratih sedikit terkejut.

"Ratih, apa kamu pernah dengar hukuman apa yang cocok untuk istri yang suka ngerjain suaminya?"

Ratih tertawa lepas karena dia fikir pertanyaan suaminya konyol. Tapi mimik wajah Ershand yang serius membuat Ratih segera menyudahi tawa lepasnya. Wajah Ershand semakin mendekati wajah Ratih. Melihat wajah suaminya yang seakan-akan mau menerkamnya, Ratih berubah menjadi ketakutan dan langsung menutup matanya. Saat itu dia sangat menyesali keputusannya untuk ngerjain suaminya.

"Haha...wajah kamu lucu sekali kalau ketakutan."

Ratih langsung membuka matanya dan memasang muka cemberut.

Ershand melepaskan tangan Ratih dari pipinya, tapi tetap menggenggamnya.

"Ratih, aku tak pernah berhenti bersyukur kamu mengucapkan kata-kata itu saat di rumah sakit."

Relativitas Pilihan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang