Bagian 16

74 5 0
                                    

"Oh,,, Ratih sih gue dah kenal bro. Dia dulu kerja di kantor gue."

Sementara Ershand menunjukkan ekspresi wajah yang penasaran, Ratih terkejut dengan jawaban yang diutarakan Aga. Meski cepat atau lambat Ershand akan tau hubungan antara dirinya dan Aga di masa lalu, tapi dia tidak menyangka Aga memberi jawaban jujur secepat ini.

Tiba-tiba Aga terdiam, menyumpahi dirinya sendiri dalam hati. Harusnya dia bilang baru kenal Ratih karena dikenalin Tanti pas acara resepsi kemarin. Kalau Ershand masih ingat Ratih adalah Ratih yang sama yang pernah dia ceritakan dua tahun lalu, bisa gawat. Ratih pun ikut terdiam, dia menunggu Aga memberi penjelasan.

"Oh ya...!!! kok gue ga tau ya Ga?" tanya Ershand akhirnya memecah keheningan. "Kalo ada karyawan lo secantik ini?" lanjut Ershand sambil nyengir.

Akhirnya Aga bisa bernafas lega. Ratih semakin terdiam dan tersipu malu karena Ershand bilang kalau dia cantik di depan Aga. Dia tidak menyangka sama sekali kalau dua pria yang sekarang memasuki kehidupannya adalah dua sahabat lama. Dia belum bisa bersikap sewajarnya jika berhadapan langsung dengan mereka seperti ini.

"Kalau kamu kerja di tempat Aga, berarti kamu juga sudah kenal Tanti dari dulu?" tambah Ershand.

Aga mulai khawatir tentang arah pembicaraan ini.

"Mbak Tanti? Enggak, baru kenal pas acara resepsi pernikahannya kemarin. Memang mbak Tanti juga kerja di tempat kerjaku dulu?" jawab Ratih.

Ingin rasanya Anugerah mengalihkan pembicaraan ini. Dia seperti keluar dari mulut buaya dan akan masuk ke mulut singa.

"Ya enggak. Tapi kan dia sudah cukup terkenal di kantor Aga, karena mereka sempat bertunangan." Jawab Ershand santai.

Aga seperti kehilangan udara untuk bernafas, Ratih terdiam pertanda sangat terkejut.

"Ahh,,, sudahlah Ndi. Kenapa bahas yang sudah berlalu, sekarang kan Tanti sudah jadi milik orang lain. Ga baik ngomongin istri orang di belakang. Hehe. Ratih memang belum lama kerja di sana, jadi mungkin belum pernah bertemu dengan Tanti." Aga mencoba mencairkan suasana, Ratih pun tersenyum dan mengangguk.

"Hmm,, kalau gue tau dari dulu Ratih bekerja di tempat lo, gue bakal ngunjungin lo tiap hari Ga." lanjut Ershand yang sedari tadi mengamati wajah Ratih yang perlahan memerah.

"Jiaah,, sejak kapan lo jadi tukang modus kayak gini Ndi." timpal Aga meski ada perasaan tidak senang melihat sahabatnya menatap Ratih seperti itu.

"Sejak gue mengenal dirinya lah Ga." jawab Ershand santai. Tapi berdampak berbeda pada Ratih dan Aga.

Setelah mengobrol sana sini, tidak terasa sore sudah hampir berakhir. Setelah sholat maghrib berjamaah bersama, Ershand akhirnya pamit pulang.

"Kamu yakin Ratih ga ikut pulang sekarang?" tanya Ershand yang masih ingin membujuk Ratih.

"Ratih tadi kan udah bilang pak kalau Ratih sudah janji sama anak panti untuk menghabiskan waktu sama mereka sampai malam ini."

"Emm, kalau gitu aku menginap disini ya. Biar besok bisa pulang bareng." lanjut Ershand belum menyerah.

"Pak Ershand, bukannya saya melarang bapak menginap. Bapak besok kan ada rapat dengan client penting pagi-pagi. Kalo besok bapak berangkat dari sini, pasti bakal capek. Mending bapak pulang sekarang, nyampek rumah istirahat, besok pagi bangun dan bisa ikut rapat." jelas Ratih.

Meski enggan, tapi akhirnya Ershand tersenyum dan mengangguk. "Baiklah,  aku pulang dulu. Sampaikan salamku pada Pak Anwar, Aga,  dan anak-anak panti. Assalamualaikum."

Relativitas Pilihan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang