Bagian 20

76 4 0
                                    

Dua hari kemudian,

"Bagaimana kata dokter Ka?" tanya pak Anwar setelah menghampiri Azka yang duduk di depan kamar rawat Ratih.

"Eh, ayah." Azka sedikit terkejut dengan kehadiran ayahnya yang tiba-tiba. "Ayah bilang apa tadi?"

"Hmm,, lagi ngelamunin apa sih anak ayah yang mau jadi ayah ini?" jawab pak Anwar sambil mengacak sayang rambut Putranya. Azka cuma tersenyum. "Ayah tanya bagaimana kata dokter tentang kondisi Ratih?"

"Oh, kata dokter Ratih sudah boleh pulang hari ini Yah."

"Wah, alhamdulillah kalau gitu. Tapi kamu kenapa malah kelihatan sedih?"

"Azka memikirkan kondisi Ratih Yah. Kondisi fisiknya mungkin akan segera pulih, tapi bagaimana dengan hatinya? Azka takut kalau Azka terus saja mengkhawatirkannya, perasaan itu akan muncul kembali Yah."

Pak Anwar lansung memeluk Putra kandung semata wayangnya.

"Ayah tidak menyangkal tentang ketakutan itu, dan ayah tidak menyalahkan kamu. Karena merubah perasaan itu tak semudah membalik telapak tangan. Tapi Ayah bangga sama kamu karena kamu sudah berusaha sampai berani memutuskan untuk menempuh hidup baru dengan orang lain. Semestinya kamu lebih fikirkan keluarga baru kamu. Apalagi nak Tanti sedang mengandung calon cucu Ayah sekarang. Soal Ratih, kita tinggal berdoa saja. Semoga apapun keputusan yang dia ambil nantinya adalah keputusan terbaik, keputusan sesuai hatinya tanpa harus kita memaksanya."

"Iya ayah, makasih sudah mendengarkan Azka."

"Sudah sepatutnya, yuk masuk. Ratih pasti tidak sabar mendengar kabar dari dokter."

Azka mengangguk pasti.

§§§

"Assalamualaikum..."

"Waalaikum salam."

"Pak..Ershand..??" tutur hati Ratih.

"Shandy...? gimana kabar lo bro? Ponsel lo ga bisa gue hubungin? Lo baru pulang dari Jogja?" tanya Aga yang langsung menghampiri sahabat lamanya itu dan langsung memeluknya.

Ershand tidak bisa berkata apa-apa, dia cuma bisa membalas pelukan Aga. Memang tidak banyak yang tau kalau sebenarnya setelah kejadian kecelakaan itu Ershand membatalkan rencananya untuk pergi ke Jogja, dia tidak mungkin berpergian jauh di saat Ratih dalam keadaan yang parah.

Sepuluh hari ini sebenarnya dia selalu berkunjung ke rumah sakit, tapi dia memilih waktu malam hari karena dia belum siap untuk bertemu dengan Ratih dan keluarganya. Kecuali saat Ratih akhirnya sadarkan diri, dia sengaja tidak langsung pulang dan menunggu sampai pagi. Hingga akhirnya bertemu dengan Azka yang membawa kemarahannya.

"Pak Anwar, Azka,.." meski Ershand tau kalau Azka masih marah padanya, dia harus tetap melakukan hal ini. Dia tidak boleh bersikap layaknya seorang pengecut yang lari dari tanggung jawab. "...Ratih." akhirnya kedua pasang mata itu beradu.

Setelah hening beberapa saat, akhirnya Ershand yang memutuskan kontak lebih dulu.

"Untuk semua yang ada disini, saya sungguh minta maaf. Sebenarnya saya tidak pantas mendapatkan kebebasan dari masalah yang saya sebabkan. Maaf, karena baru bisa menemui kalian sekarang. Saya berhutang banyak terima kasih karena kalian tidak membawa masalah ini ke jalur hukum. Sekali lagi saya minta maaf dan terima kasih banyak."

"Kamu bicara apa nak Shandy? Itu semua karena kecelakaan. Dan bapak lega akhirnya nak Shandy mau datang, sehingga bisa segera menyelesaikan masalah nak Shandy dengan Ratih." sela Pak Anwar. Meski Pak Anwar saat itu tidak berada di tempat kejadian, Aga sudah menjelaskan kejadian yang sebenarnya.

Relativitas Pilihan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang