Bagian 23

95 4 0
                                    

Tok.. Tok.. Tok..
"Assalamualaikum."

"Wa'alaikum salam." Ratih tersadar dari lamunannya. "Siapa?"

Tanpa ada jawaban,  tiba-tiba pintu kamar Ratih perlahan terbuka memperlihatkan sebentuk wajah anggun berhijab yang sudah tidak asing lagi bagi Ratih.

"Wah,, sini-sini masuk." pinta Ratih.

Tidak menunggu lama,  Ratih tiba-tiba mendapatkan pelukan yang erat. Ratih pun langsung membalasnya.

"Kakak ga nyangka akhirnya kamu bisa dateng, katanya minggu ini lagi ujian midsemester."

Sambil melepaskan pelukan, "Iya Kak, midsemester nya dimajukan. Jadi minggu kemarin udah kelar."

"Alhamdulillah kalo gitu."

"Oh ya kak, maafin kekacauan yang kubuat tadi ya."

"Ga papa Lun, kakak malah seneng kamu akhirnya bisa dateng. Sempet terkejut juga sih tadi, tapi lega banget setelah tahu itu kamu." tutur Ratih pada gadis yang beberapa Bulan terakhir semakin dekat dengannya.

"Habis Aluna ga mau ngelewatin momen-momen Bang Shandy ngucapin kalimat sakral itu. Kak Ratih ga tau sih, gimana gugupnya Bang Shandy saat latihan di rumah." jelas  Aluna.

"Serius? Bisa gugup juga?" Ratih mulai tertarik dengan penjelasan gadis yang kini berstatus sebagai adik iparnya.

"Beneran kak. Pas latihan, nama Kak Ratih sampai keliru jadi nama ibu, nama Aluna, bahkan sampai nama Bang Aga. Hahaha... "

Melihat Aluna tertawa seperti itu,  mau tidak mau Ratih jadi ketularan juga.

"Andai Kak Ratih bisa lihat wajah frustasi Bang Shandy waktu itu. Pasti kka Ratih ga bakal bisa menahan tawa. Dan Aluna ga bisa bayangin, andai tadi Bang Shandy keliru nyebutin nama Kak Ratih. Pasti lucu banget, haha." Aluna semakin terpingkal-pingkal.

"Ehm!! Ada yang lucu?" tiba-tiba ada sahutan dari arah pintu kamar.

"Ups." Ratih cuma bergumam pelan, ketika melihat siapa yang sedang berdiri bersandar di sebelah pintu kamar.

Aluna yang sudah mengenal suara itu langsung mendadak meghentikan tawanya dan memejamkan mata. Dia menyesal kenapa tadi lupa menutup pintu kamar. Saat itu dia berharap punya jurus yang bisa menyembunyikan tubuhnya.

"Eh, ada Bang Shandy. Mau ke Kak Ratih ya Bang?" tanya Aluna yang mulai gugup.

Ershand perlahan tapi pasti mulai memasuki kamar. Mengetahui hal itu, Aluna segera bersembunyi di balik tubuh kakak iparnya. "Bang Shandy keren tadi, lantang banget ngucapin ijab kabul nya." lanjut Aluna mengalihkan perhatian.

Ershand sudah semakin dekat dengan Aluna. Tapi sebelum Ershand sempat menangkapnya, tiba-tiba Aluna mendorong kakak iparnya ke  Abangnya. Ershand refleks langsung memeluk Ratih biar tidak sampai jatuh. Dan hal ini dimanfaatkan Aluna agar dia bisa segera keluar.

"Auh!  Aluna masih belum cukup umur. Lebih baik Aluna keluar sekarang." tutur Aluna sambil pura-pura  menutup matanya.

Ratih tersenyum melihat tingkah laku anggota keluarga barunya.

"Mas, Aluna sudah keluar." tutur Ratih sambil melihat tangan Ershand yang masih berada di pundaknya.

Ershand yang memperhatikan hal itu, bukan malah melepaskan tangannya tapi malah memluk Ratih dengan erat.

"Hmm,,, nyamannya." gumam Ershand sambil meletakkan kepalanya di bahu Ratih. "Satu menit. Satu menit biarkan seperti ini."

Sambil tersenyum,  Ratih menganggukkan kepalanya. Perlahan dia mencoba membalas pelukan pria yang kini sudah berstatus sebagai suaminya. Ershand tersenyum menghargai usaha Ratih.

Relativitas Pilihan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang