Bagian 22

75 3 0
                                    

"Sepertinya Ratih sudah bisa memutuskan." tutur Ratih akhirnya.

"Benarkah? Apa keputusan kamu Ratih?" jantung Aga tanpa dimau tiba-tiba berdetak dengan cepat.

"Ratih akan tinggal di panti dan bekerja di kantor bapak."

"Alhamdulillah... "

Meski keputusan Ratih belum memastikan siapa yang akan dia pilih sebagai pendamping hidupnya kelak, tapi setidaknya Aga masih dapat peluang karena bakal sering bertemu Ratih.

"Tapi Ratih harus menyelesaikan kontrak di kampus Ratih bekerja dulu, mungkin tinggal beberapa bulan lagi. Masih untung Ratih ga diberhentikan saat Ratih koma."

Aga cuma mengangguk dan tersenyum. "Oh ya, nih titipan dari bi Arum."

"Apa ini pak?" Ratih segera membuka kantong plastik yang ternyata berisi tepak makanan. "Loh, rujak manis? Bi Arum tau darimana?"

"Aku yang cerita. Setelah aku ngasih kabar kalau kamu bakal datang ke rumah, bi Arum menyiapkan ini."

"Wah makasih banyak pak."

Di dalam pesawat,

"Bang.. " panggil Aluna.

"Hmm,,"

"Lihat keadaan abang kayak gini, jadi inget drakor yang sering Aluna tonton. "

Ershand malah mengerutkan keningnya .

"Iya, drakor. Drama korea." jelas Aluna antusias.

Ershand langsung menghembuskan nafas dan menggelengkan kepalanya pelan, ga mengira adeknya akan membandingkan kehidupannya dengan sebuah drama.

"Beneran bang. Kebanyakan drakor yang Aluna tonton, pasti ada satu pemeran cowok yang super baik dan rela berkorban demi kebahagiaan si cewek meski pada akhirnya si cewek memilih cowok lain.

"Haha, kamu bisa-bisa aja sih Lun. Efek jadi korban drama. Lagian yang kamu sebutin tadi berbeda sama yang abang alamin."

"Emang bedanya apa? "

"Pertama, abang ga banyak berkorban buat Ratih. Kedua, abang bukan cowok yang baik bahkan sering menyakiti Ratih, dan ketiga, abang lebih ganteng mestinya. Haha."

"Yee,,, abang. Tetep aja narsis. Tapi tenang bang, setiap manusia kan diciptakan berpasang-pasangan. Kalau belem ketemu pasangannya di tahun ini, mungkin di tahun depan atau tahun-tahun berikutnya. Kalau ga bisa ketemu di dunia, insyaAllah bisa ditemukan di surga."

Ershand tercengang dengan penuturan yang baru saja didengarnya. Dia tidak habis percaya kata-kata itu keluar dari mulut adeknya.

"Iya Ustadzah, aamiin.."

"Yaa abang, kok malah dipanggil Ustadzah sih." Aluna cemberut dengan pipi yang merona merah.

Ershand langsung memencet hidung Aluna karena semakin gemas melihatnya.

§§§

Satu tahun kemudian,

"Unda,, e-cim." pinta balita mungil yang belum genapa beusia satu tahun.

"Tyaz mau es krim..? bentar ya Bunda ambilin, Tyaz duduk diam di sini."

Sepeninggal Bundanya, balita mungil itu tiba-tiba teralihkan karena kedetangan sosok tampan yang sudah tidak asing di matanya.

"Om Aga...! cini om...!cini..!!" panggil Tyaz.

Relativitas Pilihan HatiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang