8

754 89 8
                                    

Hari baru telah tiba.

Yuki terbangun pagi sekali. Sementara Chika seperti biasanya dihubungi Cerry, untuk rencana yang baru.

"Tapi itu berbahaya sekali. Kita bisa dipenjara bertahun-tahun!" kata Chika saat tersambung dengan Cerry di telepon genggamnya.

"Tidak berbahaya, Chika. Kau saja, yang melebih-lebihkannya" kata Cerry dengan entengnya.

"Itu sangat berbahaya, Cerry. Lagipula, bagaimana caranya?" tanya Chika.

Chika benar-benar tidak mengerti, mengapa Cerry ingin mengambil resiko yang begitu tinggi. Memang benar, rencana yang diberitahu Cerry tidak akan menyakitkan Yuki secara fisik. Tapi rencana itu, bisa membuat batin Yuki tersiksa.

"Kau harus mau, Chika. Ingat bahwa aku sudah banyak membantumu" kata Cerry, mengungkit kebaikannya lagi.

Chika menghela napas panjang.

"Baiklah. Aku akan melaksanakan apa yang kau minta. Tapi aku sudah memberikan peringatan. Jika suatu saat masalah semakin rumit, maka itu adalah masalahmu" kata Chika.

"Good, girl!"

Tutss

Sambungan pun terputus. Chika terduduk di kasurnya, tidak mengerti mengapa ia harus hidup seperti ini. Chika ingin hidupnya damai, layaknya orang lain. Tapi jika ia memutuskan meninggalkan dendam ini? Maka keluarganya terancam. Tidak ada yang lebih berarti bagi Chika selain keluarganya.

Yuki sendiri sedang berada di dapur, ia mengambil makanan ringan disana.

"Hei!"

Seseorang mengagetkannya. Yuki berbalik, mendapati Stefan yang sedang bersedekap dada sambil menatapnya heran.

"Apa yang lo lakuin?" tanya Stefan.

"Gue ngambil makanan ringan. Lo ngapain sih ikut campur?" kata Yuki, ia kesal pada Stefan yang dirasanya terlalu ikut campur.

"Apa lo lupa ya? Lo terlalu pelupa. Kemarin kan, kita sudah berjanji untuk berusaha saling mencintai. Ya, pernikahan ini nggak boleh ancur begitu saja, terlebih ini permintaan orangtua kita" jelas Stefan.

Yuki benar-benar lupa. Ya ampun, harusnya ia menjaga sikapnya jika ingin pernikahan ini terjaga.

"Ehm, iya juga sih. Yaudah maafin gue. Gue akan ngelakuin tugas gue selayaknya istri lo" kata Yuki.

Stefan tersenyum senang, "gitu, dong. Oh ya, gue mau ngajak lo makan malam. Ya kalau lo mau sih. Kalau nggak, yaudah"

Stefan mengajak Yuki makan malam untuk lebih dekat dengan Yuki lagi. Selama ini, hubungannya sangat tidak baik. Dan Stefan ingin merubahnya. Stefan benar-benar bertekad, ingin mencintai Yuki.

Yuki nampak berpikir. Menimbang-nimbang tawaran Stefan. Kebetulan tugas kuliah Yuki sedang tidak banyak. Jadi mungkin tak ada salahnya, untuk makan malam.

"Oke, gue mau. Eh tapi ajakin Verrel dan Nata juga ya" kata Yuki.

"Hah? Ngapain? Kenapa nggak kita berdua aja coba?" tanya Stefan.

Stefan takut justru makin susah melupakan Nata. Stefan mungkin juga bisa saja cemburu melihat Nata dengan Verrel yang kebetulan Cinta pertama Nata. Ya ampun, membayangkannya saja Stefan sudah takut.

"Ya karena apa ya, biar mereka juga deket. Hubungan mereka juga sedikit buruk" kata Yuki.

"Hah? Lo bercanda?"

Yuki menggeleng dan menatap Stefan heran.

"Asal lo tahu, ya. Verrel itu Cinta pertama Natasya, cuman Nata aja yang ngerelain Verrel buat lo. Gue mungkin cuman pelampiasan Nata. Jadi nggak mungkin banget, lah, kalau hubungan Verrel Nata nggak baik. Jelasnya, mereka itu saling mencintai!" kata Stefan.

Exchange 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang