15

647 74 4
                                    

Sore harinya.

Yuki benar-benar telah nampak cantik dengan dress berwarna peach tak berlengan yang nampak sangat sederhana. Yuki siap, ke taman bersama Stefan.

Stefan juga sudah terlihat tampan dengan kaos selengan serta celana jins yang dipakainya. Tidak lupa, Stefan menata rambutnya serapih mungkin agar ia terlihat lebih tampan.

"Lo siap?" tanya Stefan, begitu berada di mobil bersama Yuki.

Yuki mengangguk, tatapannya mengarah ke depan, terlalu takut menoleh pada Stefan. Takut kalau sampai ia tersipu melihat Stefan yang begitu tampan.

"Lo cantik banget, Yuki" kata Stefan.

Secara reflek, Yuki menoleh pada Stefan. Yuki nampak tersenyum dan pipinya agak memerah.

"Cie, yang baper" kata Stefan.

"Apaan sih? Ngapain juga coba gue baper sama ucapan lo?" kata Yuki, berusaha terlihat biasa-biasa saja namun jantungnya telah berdebar-debar tak karuan.

"Bilang aja deh!" Stefan mencolek dagu Yuki lalu terkekeh. "Gue serius, lho"

"Yaudah sih! Lagian gue emang cantik" kata Yuki, lalu tersenyum dengan bangganya.

"Eh, nggak jadi deh! Lo nggak cantik. Sama sekali nggak" kata Stefan sambil menggeleng-geleng.

Yuki memanyunkan bibirnya, membuatnya nampak imut. "Yaudah, gue gak cantik di mata lo. Yang penting gue cantik dimata orang lain"

"Pede amat bu! Gue nggak yakin, deh" kata Stefan.

"Ya emang kenyataannya! Mau bukti apa lo?"

Stefan nampak berpikir sejenak. Hingga sebuah ide terlintas dipikirannya. Ya, itung-itung untuk membuat Yuki terhibur.

"Gimana kalau..." Stefan sengaja menggantung ucapannya, membuat Yuki penasaran.

Yuki menaik turunkan alisnya, menatap penuh tanda tanya pada Stefan. "Kalau apa?"

"Kalau pas di Taman, kita tanyain lima cewek yang keliatan cantik, apa lo cantik atau nggak. Nha, kalau mereka bilang lo cantik ya gue akuin lo cantik" kata Stefan.

Yuki berdecak. Tantangan Stefan benar-benar nggak berguna buatnya.

"Sorry ya Stef, gue nggak butuh diakuin kok, kalau gue cantik! Apalagi sama lo? Dih!" kata Yuki.

"Tapi tadi lo keliatan seneng lho, pas gue bilangin cantik" Stefan mengerling jahil pada Yuki. "Mau nggak nih? Atau lo takut, ucapan lo itu nggak sesuai kenyataan?"

Dengan malas, Yuki pun mengangguk. "Oke, lah! Sekarang buruan kek! Lo kebanyakan ngobrol!"

Stefan pun mulai melajukan mobilnya, sementara Yuki memutar musik.

Sepanjang perjalanan, mereka berdua hanya diam. Sibuk memikirkan apa yang bisa terjadi nanti di Taman.

***

"Stef, gue mau eskrim dong!"

Yuki menarik-narik tangan Stefan, menuju stan eskrim di sekitar taman itu. Stefan terlihat pasrah, ditarik-tarik oleh Yuki. Karena tujuannya memang hanya satu, ia ingin Yuki melupakan tentang mimpi buruk itu.

"Mbak, eskrim vanilla satu ya!" kata Yuki.

"Gue kagak dipesanin?" tanya Stefan.

Yuki menoleh sekilas pada Stefan, lalu menatap pada si mbak penjaga eskrim lagi, "pesan aja sendiri"

"Begini amat dah, istri gue. Maunya doang ditraktir, huft!" gerutu Stefan.

"Ini, mbak. Makasih ya! Harganya 25ribu" si penjaga eskrim memberikan pesanan Yuki, yang segera diambil oleh Yuki.

Exchange 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang